Chereads / Gendut Is Not Problem To Be Love / Chapter 2 - ?GENDUT - 1

Chapter 2 - ?GENDUT - 1

"Menikah itu tidak di lihat dari bentuk tubuh, kurus ataupun gemuk. Banyak wanita yang awalnya langsing, setelah nikah malah gemuk. Seandainya kamu kurus, lalu setelah kita nikah kamu berubah jadi gemuk, berarti aku harus cerain kamu, dong?"- Albi Permana.

🍁🍁🍁

.

.

Seantero Jakarta geger oleh berita tentang pernikahan Albi, dan yang paling menghebohkan adalah calon mempelai wanita yang akan bersanding dengan Albi adalah sosok wanita yang sangat mengerikan. Bukan karena wajahnya mirip hulk, atau matanya memerah mirip vampir penghisap darah, ataupun bertaring seperti seekor srigala.

Bukan itu yang membuat orang-orang heboh, karena demi apapun, wanita itu terlihat sangat cantik dengan lesung pipi di wajahnya. Tapi yang membuat orang-orang tak habis pikir adalah wanita itu bertubuh gemuk.

Hello...seorang Albi Permana yang selama ini selalu dikabarkan berkencan dengan seorang model ataupun pramugari, dengan bentuk tubuh yang sangat seksi, malah menikahi seorang wanita bertubuh gemuk? Ada apa dengan selera Albi?

"Publik di kejutkan oleh berita pernikahan Direktur PT. Permana, yang dikabarkan akan segera menikah dengan seorang guru lulusan Universitas Indonesia. Dan yang sangat mengejutkan, bahwa wanita yang akan menikah dengan Albi Permana di kabarkan bertub...."

'Klik.'

Albi segera mematikan layar televisi, sebelum si pembawa berita menyelesaikan informasi yang akan ia sampaikan. "Media bener-bener berisik." Ucap Albi malas sambil menghela nafas kasar. Membuat seseorang yang duduk tak jauh darinya tertawa pelan.

"Hahaha...."

Albi hanya diam sambil memiringkan kepalanya untuk mengamati wanita itu, yang saat ini tengah menertawainya. Albi yakin, tidak ada yang lucu dari kata-katanya. Karena itu, ia jadi sangat penasaran apa yang membuat wanita itu tertawa sebegitu lugas di depannya.

"Kenapa?" Tanya Albi, sedikit mendesak agar wanita itu segera menjawab pertanyaannya. "Kamu kenapa ketawa?" Ulangnya sekali lagi.

"Ketawa ngeliatin kamu ngomel-ngomel gak jelas." Wanita itu tertawa, sebelum ia kembali melanjutkan kata-katanya.

"Ya iyalah media berisik, secara ya, seorang pengusaha tampan seperti kamu, nikahin Aku." Kata wanita itu dengan tawa kecil di bibirnya. Wanita itu, dia adalah Radintya Karina yang kerap Albi panggil Aladin. Hanya sesekali Albi mau memanggil Radin dengan cara yang benar. Meskipun wanita itu kerap kali protes, tapi bukan Albi namanya jika ia menurut begitu saja.

"Emang ada larang, seorang Albi tidak boleh menikahi Aladin?" tanya Albi penasaran. Albi tidak penasaran dengan anggapan orang-orang tentang keputusannya menikahi Radin, ia lebih penasaran tentang apa yang dipikirkan oleh wanita di hadapannya ini.

"Bukan gitu-"

"Terus?"

"Mau di lihat dari sisi mana pun, tetap aja nggak masuk akal. Laki-laki setampan kamu, sekeren kamu, sesukses kamu, mau menikahi seorang wanita bertubuh gemuk kayak aku. Ya, jelas semua orang bakalan kaget, aku aja kaget kok." Jawab Radin.

Albi menautkan kedua alisnya lalu bergumam, "Menikah itu tidak di lihat dari bentuk tubuh, kurus ataupun gemuk. Banyak wanita yang awalnya langsing, setelah nikah malah gemuk. Seandainya kamu kurus, lalu setelah kita nikah kamu berubah jadi gemuk, berarti aku harus cerain kamu, dong?"

"Ya nggak gitu juga, Ab."

"Makanya, kamu gemuk aja, nggak usah jadi kurus biar cinta aku ke kamu nggak akan luntur hanya karena bentuk tubuh kamu berubah."

Radin menghela nafas pelan seraya tersenyum malu-malu. Pria ini, selalu tahu cara membuat hatinya berdesir, hanya dengan kata-kata gombalan. "Iiihhh, gombalnya bisa banget." Celetuknya.

Radin mengubah posisi duduknya menghadap Albi sepenuhnya, seraya menatap Albi dengan tatapan serius. Walau tidak benar-benar serius, karena justru wanita itu tertawa geli begitu tatapan mereka bertemu.

"Gini-gini, sebelum kita bener-bener nikah. Aku mau nanya sama kamu, kamu yakin mau nikahin aku?" tanya Radin seraya menunjuk-nunjuk pipi Albi dengan jari telunjuknya.

Untuk sesaat Albi hanya diam saja, namun beberapa detik kemudian, ia tertawa gemas melihat ekspresi Radin. "Hahaha...."

"Aku lagi serius, kok malah ketawa sih, Ab!" Geram Radin.

Albi segera meredam suara tawanya, untuk seperkian detik, ia hanya diam sembari sesekali menatap Radin yang juga tengah menatapnya. Selanjutnya Albi mengubah posisinya miring menghadap Radin, salah satu sikunya ia sandarkan di lengan sofa, sementara kepalanya ia topang di atas lengannya. Mereka saling menatap dalam diam, sesekali tersenyum atau pun tertawa bersama.

Radin tersipu malu di tatap dengab cara seperti itu oleh Albi, ia menangkup wajahnya lalu berucap, "Kamu ngapain sih, Ab?" tanya Radin dengan tawa kecil di bibirnya. "Nggak usah sok, cool, deh." Ledek Radin.

Albi hanya tersenyum menanggapi ledekan Radin. "Kalau kamu nyuruh aku batalin acara pernikahan kita," ucap Albi, ada jeda beberapa menit yang Albi gunakan untuk mengubah posisinya.

Ia beranjak dari sofa panjang, lalu menghampiri Radin yang duduk di sofa terpisah dengannya. Albi membungkukkan punggungnya agar wajahnya sejajar dengan wajah Radin, lalu kembali berucap dengan nada gemas, "Udah telat, Aladiiiin!!!" Kata Albi gemas sambil mencubit pipi Radin.

"Awwhhhh, sakit Ab!" protes Radin sambil melepas diri dari Albi.

"Haha, aduh...lucu banget sih, gembulnya Albi." Ucap Albi seraya tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi Radin. Kedua tangannya masih semangat menarik pipi Radin dengan gemas.

"Lepas atau keluar dari rumah aku!" ancam Radin. Tapi di hiraukan begitu saja oleh Albi. Laki-laki itu malah semakin semangat mencubit pipi Radin.

"Sumpah! Gemes banget nyubitin pipi kamu, Aladiiinn!" Tawa lebar Albi semakin terdengar memenuhi ruang tamu rumah itu. "Kenapa nggak dari dulu coba, aku ketemu sama kamu?" Ucap Albi masih dengan tawa di bibirnya.

Radin menghela nafas pasrah dan membiarkan Albi mencubit pipinya hingga pria itu merasa puas. Tapi sudah dua menit berlalu, Albi belum juga melepas tangannya dari pipi Radin, laki-laki itu malah semakin semangat mencubit pipinya, membuat Radin kesal dan menajamkan matanya.

Menyadari Radin menatapnya tajam, Albi segera melepas tangannya dari pipi Radin dengan cengiran lebar tercetak di wajahnya. Lalu ia bertanya, seolah-olah bukan dia pelaku yang membuat pipi Radin memerah. "Pipi kamu merah Din! Kamu kenapa? Aladin-nya Albi sakit ya? Di mana yang sakit, Din? Coba kasih tau aku, biar aku obati." Tanya Albi dengan wajah serius.

"Tau ah! Ngeselin kamu, mah." Sela Radin, ia menepis tangan Albi dari wajahnya, lalu mengusap wajahnya sendiri.

"Ciee ada yang ngambek...." ledek Albi seraya tertawa geli.

Albi memposisikan dirinya di lengan sofa, ia menangkup pipi Radin, kemudian bertanya, "Di mana yang sakit? Sini biar aku obatin, di sini?" Tanya Albi sambil menunjuk pipi kanan Radin dengan jari telunjuknya. Dan tanpa aba-aba, Albi mendaratkan satu kecupan di sana.

Radin yang sedang kesal, tiba-tiba terkejut mendapat perlakuan seperti itu Albi. Terlalu tiba-tiba sampai ia ia sendiri tidak tahu harus merespon apa. "Kamu ngapain, Ab?!" teriak Radin panik.

Albi menghiraukannya, laki-laki itu malah kembali bertanya, "Di mana lagi yang sakit, hmm? Di sini juga sakit, nggak?" tanya Albi seraya menunjuk pipi kiri Radin.

Radin tidak menjawab, wanita itu masih mencerna dengan baik kejadian yang baru saja ia alami. Sementara pria itu, tanpa segan, tanpa menghiraukan jika penghuni lain di rumah itu melihat aksinya, lagi-lagi Albi kembali mendaratkan satu kecupan di pipi Radin. Kali ini di pipi kirinya.

Setelah memberi kecupan singkat di kedua pipi Radin, Albi kembali menatap Radin. Kedua matanya bergerak mengamati Radin yang sedari tadi hanya diam saja. "Masih ada yang sakit nggak? Yang ini juga sakit? Mau aku obatin?" tanya Albi sambil menyentuh bibir Radin dengan ibu jari, lalu mengusapnya pelan.

Radin menahan nafas, ia tidak tahu harus berkata apa lagi sekarang. Apa yang baru saja Albi lakukan di kedua pipinya sudah cukup membuat jantungnya berkerja sangat cepat. Dan jika Albi melakukannya lagi, terlebih di kedua bibirnya, bisa-bisa jantungnya akan segera melompat keluar dari rongga dadanya, saat ini juga.

Albi yang sedari tadi menunggu jawaban dari Radin, mulai tidak sabar. Perlahan ia mendekatkan wajahnya ke Radin, seraya menatap wanita itu. Ketika bibir mereka sedikit lagi akan bertemu, namun dengan cepat, Radin mengalihkan wajahnya ke arah lain seraya berucap dengan nada gugup. "Su-sudah, sudah sembuh!" ucapnya, membuat Albi yang tadinya kecewa karena gagal mecium Radin, malah tertawa terbahak-bahak melihat ekspresi wanita itu yang tengah tersipu malu.

"Hahahaha."

"Kok ketawa sih?!" ucap Radin kesal. "Nggak lucu tau!" Radin mengerucutkan bibirnya, sedikit kesal karena Albi menertawainya seperti orang bodoh.

"Serius udah sembuh?" Albi menaikkan kedua alisnya, menunggu jawaban Radin. Namun belum sempat Radin menjawab, Albi kembali mengoceh. "Lain kali kalau kamu sakit, aku aja yang ngobatin, nggak usah pergi ke dokter, ya?" ujar Albi seraya mengacak rambut Radin.

"Albiiiiiiii!" teriak Radin setengah jengkel. Sementara Albi sudah berlari menjauhi Radin, sebelum gembul kesayangannya itu menghajarnya. Aksi kejar-kejaran pun terjadi, tapi tak berlangsung lama karena seseorang menegur mereka berdua.

"Ekhem! Mengerti dong, masih ada anak di bawah umur, di rumah ini." Celetuk Randana Mahesty dengan nada ketus, melihat Radin dan Albi tengah bermain kejar-kejaran di ruang tamu.

Randana Mahesty atau kerap di sapa Randana oleh keluarganya, adalah adik perempuan-nya Radin. Sekarang sudah kelas 2 SMP, sejak kecil bercita-cita ingin menjadi seorang aktris, tapi semenjak mengenal Albi beberapa bulan yang lalu, cita-cita Randana berubah. Sekarang cita-citanya hanya satu, yaitu merebut Albi dari kakaknya, Radin.

"Cih, udah kayak anak kecil aja." Celutuk Randana, cemburu melihat Albi berbagi tawa dengan Radin.

Randana melipat kedua tangannya di bawah dadanya, sementara matanya menatap tajam ke arah Radin juga ke arah Albi secara bergantian. "Jangan berbuat senonoh di sini!" ucap Randana sekali lagi.

Membuat Albi seketika menghentikan langkahnya, dan menatap gadis remaja itu dengan senyum tipis di wajahnya. "Maafin, Mas Albi, Ran. Ini tuh, salahnya Mbak Radin, cius deh...." Ucap Albi sambil mengangkat lengannya dan membentuk jari tengah dan jari telunjuknya menjadi huruf V.

Radin membulatkan matanya mendengar tuduhan Albi padanya. "Kok kamu nyalahin aku sih, Ab?" tanya Radin kesal. Ia tidak terima di kambing hitamkan oleh Albi. Bukannya menjawab, Albi malah mengejek Radin dengan menaruh kedua tangannya di saping wajahnya, lalu mengeluarkan sedikit lidahnya dari dalam mulutnya.

"Albiiiiiii! Ih ngeselin banget!" teriak Radin tak terima. "Sini kamu Ab!!!"

"Hahaha...." Tawa Albi merekah.

***

Happy Reading Gaes!

Hohoho...inget tuh kata Mas Albi. Menikah itu gak melihat bentuk tubuh, toh abis nikah juga biasanya berat badan naik?😁