Sebilah cakar abu-abu menerkam ke arahku dengan sangat cepat.
Seketika menebas bagian dadaku, garis tipis di ujung mataku berkurang sedikit. Pada saat yang bersamaan rasa tegang akannya ketakutan menjalar keseluruhan tubuhku.
Garis hijau yang panjang bernama "HP
Segera mengambil langkah mundur, guna untuk menghindari serangan selanjutnya yang akan datang. Rasa tegang membuat panik dalam diriku, memaksakan diri mengambil nafas sedalam mungkin untuk menenangkan diri. 'Tubuh' yang disini tidak memerlukan sebuah oksigen tapi jauh di dunia nyata mungkin saja sedang terengah-engah. Tubuhku mungkin berkeringat sangat banyak dengan jantung yang berdetak kencang.
Tentu saja.
Berpikir bahwa ini hanyalah Virtual Reality
Pertarungan yang kujalani saat ini memanglah tidak adil, itu karena musuh yang di depanku adalah sebuah monster berupa singa besar yang memiliki buntut ular berbisa. Bukanlah binatang, bukan juga makhluk hidup. Mereka hanyalah kumpulan data digital yang akan terus muncul beberapa kali walaupun dibunuh.
Sebuah sistem yang bisa disebut AI
Ini membuat monster bernama Chimera itu, memiliki sebuah kemampuan berpikir seperti makhluk yang memiliki pikiran masing-masing.
"...Benarkan?"
Tidak mungkin ia mengerti apa yang kukatakan, tapi Chimera yang kulawan ini bukanlah yang seperti biasanya, seekor monster level delapan puluh lima dengan julukan King Of Chimera. Gemuruhnya terdengar jelas dengan taring dan cakar besar yang ditunjukannya.
Dan kematian nyatalah yang membuatku percaya, bahwa yang ada di dunia ini semuanya adalah kenyataan. Tidak ada Virtual Reality ataupun kepalsuan apapun di dalam dunia ini.
Aku pun mengubah posisi Longsword satu tanganku dengan tangan kanan yang sejajar dengan bagian tengah tubuhku sambil terus memperhatikan musuh yang ada di depan.
"Rghhhh..."
Gemuruhnya terus terdengar, ia pun mengubah posisi dengan menundukkan kepala dan bagian belakang badannya terlihat condong. Terbaca olehku, selanjutnya ia akan menyerang sambil meloncat ke arahku.
Angin dingin bertiup di dalam Dungeon ini dan mengguncangkan api obor. Lantai yang basah dengan lembut memantulkan sebuah sinar obor yang berkelip-kelip.
"Wraghhhh!!!"
Bersamaan dengan raungan yang keras tersebut sang King Of Chimera melompat maju. Cakar dari sebuah terkamannya membuat kilatan cahaya yang tajam ke arahku. Sebuah cahaya putih yang menyilaukan menyala dari sebuah lintasan cakar tersebut. Spesial Attack kelas tinggi pun muncul begitu saja dari sebuah cakarannya. Dengan jarak empat meter ia bisa menempuh dengan waktu 0,2 detik.
Tapi, sayangnya serangan tersebut sudah terbaca dengan jelas dan aku pun menantikan serangan itu.
Dengan menambah jarak secara perlahan-lahan untuk menciptakan situasi agar AI yang menggerakkan Chimera menggunakan salah satu Skillnya itu. Terlihat jelas serangannya yang cepat oleh mataku yang berjarak beberapa senti saja.
Gerakan Skill yaitu Trikster mampu menembus laju serangannya yang membuatku berada dibawah tubuhnya. Pedang yang diselimuti oleh cahaya ungu gelap, memotong melalui perutnya yang hanya memiliki lapisan tipis, tetapi bukanlah darah yang keluar melainkan cahaya merah yang bertebaran. Monster itu berteriak dengan suara pelannya.
Tetapi pedangku tidaklah berhenti begitu saja. Sistemnya membimbingku mengikuti gerakan yang terprogram dan melanjutkan ke tebasan yang selanjutnya dengan kecepatan yang biasanya mustahil.
Ini adalah elemen paling penting dalam bertarung di dunia ini,
Pedangku melesat dan menebas ekor ular yang berbisa tersebut, seketika terputus. Dari posisi ini, aku berputar dan serangan ketiga mengenai lebih dalam dan menghasilkan sebuah Critical
"Wraghhhh!!!"
Bersamaan pulihnya King Of Chimera dari keadaan Stun
Tetapi rangkaian seranganku belum selesai. Pedang yang sedang mengayun ke kanan tiba-tiba berbalik arah dan mengenai salah satu titik vitalnya yaitu jantung.
Tubuh yang besar itu jatuh, meninggalkan jejak yang panjang, kemudian terhenti tiba-tiba.
Sama seperti kaca yang pecah, King Of Chimera itu pecah menjadi pecahan kecil yang tak terhitung jumlahnya dan seketika menghilang.
Dan inilah apa yang disebut kematian dalam dunia Virtual ini. Singkat dan cepat. Kehancuran sempurna tanpa meninggalkan jejak sedikit pun.
Aku melihat XP
Lalu aku menghela napasku yang kutahan sejak tadi dan menutup mataku. Keningku mulai terasa pening, mungkin karena letih akibat pertarungan yang panjang. Aku menggelengkan kepalaku beberapa kali untuk menghilangkan rasa pusing dan membuka mataku.
Jam yang bersinar yang berada di bagian kanan bawah penglihatanku menunjukan bahwa sekarang sudah melewati jam 3 sore. Aku harus segera keluar dari Dungeon ini atau aku tidak akan mencapai kota sebelum gelap.
"...Bagaimana kalau aku pulang sekarang?"
Di sini tidak ada seorang pun yang mendengar, tapi aku tetap mengatakannya dan perlahan-lahan bangun.
Aku sudah menyelesaikan kegiatan hari ini. Entah bagaimana aku sekali lagi terhindar dari tangan kematian. Tetapi setelah istirahat sejenak, hari esok akan datang bersama dengan pertarungan yang lebih banyak lagi. Ketika berada dalam pertarungan yang tanpa 100% kemungkinan menang, sebanyak apa pun jaring-jaring pengaman yang kalian siapkan, akan datang suatu hari dimana keberuntungan kalian habis.
Masalahnya adalah apakah game ini akan Clear atau tidak sebelum aku mati.
Tidak boleh, aku tidak boleh mati sebelum bertemu sahabatku dan menyelematkannya dengan cara menyelesaikan game kematian ini. Awal masuk hingga sampai saat ini aku masih belum melihat sehelai pun dari dirinya. Tapi aku yakin bahwa Nobi masih hidup dan bertahan hidup sama sepertiku saat ini.
Kematian memanglah berdampingan dalam dunia ini. Kalau kalian menghargai nyawa lebih dari apapun, diam di dunia pertama dan menunggu seseorang menyelesaikan game adalah pilihan yang paling bijaksana. Tetapi aku tetap pergi Solo
Apa aku hanyalah seorang idiot yang dengan mudahnya berpikir bahwa dia bisa menyelamatkan sahabatnya dan membawa kebebasan untuk semua orang yang ada di dunia ini dengan pedangnya?
Saat aku berjalan pintu menunju pintu keluar labirin Dungeon dengan seyum tipis yang mencerca diriku sendiri, kuingat kembali hari itu.
Yang dimana.
Saat kuputuskan untuk masuk ke dalam neraka ini dan memulainya.
To Be Continue...