Chereads / Aira & Shopia / Chapter 4 - Mendapatkan kekuatan super

Chapter 4 - Mendapatkan kekuatan super

Satu Minggu telah berlalu dan keadaan Aira semakin membaik. Tiga hari setelah sadar dari komanya, dia sudah dapat turun dari tempat tidurnya dan berjalan-jalan.

Selama seminggu itu juga dia mengikuti berbagai tes kesehatan seperti mata, darah, pendengaran, refleks tubuh dan pemeriksaan otak dengan MRI.

Semua itu dilakukan Aira karena di otaknya bersarang beberapa pecahan dari smartphone milik akibat terkena peluru dari perampok yang hampir merenggut nyawanya.

Aira terkejut mendengar hal itu dan dia merasa sangat bersyukur pada Tuhan yang telah memberikan kesempatan padanya untuk hidup lagi.

Hari ini, Aira melakukan pengemasan barang-barangnya karena beberapa jam lagi Henry akan menjemput dirinya.

Dia mengemasi barang-barangnya dengan bantuan Mita yang tidak sekolah hari ini dan telah meminta ijin pada pihak sekolah dengan alasan klasik, yakni sakit.

"Apa sudah semuanya, Mita?"

"Sudah semuanya kak"

"Ayo kita turun kebawah dan tunggu di lobby"

"Baik, kak"

Aira dan Mita langsung keluar kamar. Mereka berdua juga berpamitan pada para suster yang menjaga di lantai tempat Aira dirawat selama ini.

Selain itu juga dia mengucapkan terima kasih pada dokter yang telah memberikan pengobatan dan menyelamatkan dirinya dari kematian.

Setelah itu mereka langsung menuju ke lantai dasar dan menuju ke lobby rumah sakit itu, menunggu kedatangan Henry.

Walaupun Aira sudah bisa pulang, namun dia masih perlu melakukan pengecekan dan itu dilakukan dengan cara rawat jalan. Setidaknya dua atau tiga dalam seminggu dia harus datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan tersebut.

Hal ini karena dokter yang bertanggung jawab atasnya masih belum yakin Aira tidak mengalami gangguan apapun walaupun ada benda asing menempel di otaknya.

Beberapa jam kemudian, Henry datang dengan membawa mobil Mercedes Benz miliknya yang berhenti di depan lobby luar rumah sakit itu.

Aira dan Mita langsung keluar lobby dan masuk kedalam mobil tersebut setelah memasukkan barang-barang di dalam bagasi mobil.

"Apakah sudah semuanya ini?"

"Sudah om Henry"

Mita menjawabnya dengan anggukan kepala.

"Kalau gitu ayo kita pulang"

Perjalanan menuju ke rumah membutuhkan waktu sekitar 3 jam lebih karena rumah sakit tempat Aira dirawat berada di pusat kota sedangkan rumahnya berada di pinggir kota.

Sesampai di rumah, beberapa kerabatnya langsung menyambut kedatangan Aira dengan suka cita. Herman istri dan anaknya telah berada di rumah Aira seminggu yang lalu.

Pesta penyambutan atas keluarnya Aira dari rumah sakit langsung dilakukan secara sederhana tapi meriah.

Semuanya larut dalam kebahagiaan dan penuh canda tawa sampai tidak terasa sudah pukul setengah 8 malam. Semuanya sudah terlihat sangat lelah setelah melakukan pesta sederhana itu.

Istri Henry dan Herman sedang membersihkan piring, gelas kotor dan masak makan malam, sedangkan Mita sedang bermain dengan anak perempuan Herman, selagi ibunya sedang sibuk di dapur.

Herman dan Henry sedang menyaksikan sebuah pertandingan sepakbola di TV. Aira yang melihat semua itu hanya bisa tersenyum senang karena rumahnya sudah terlalu lama sepi sejak kematian ayah dan ibunya.

Suara yang sering terdengar hanyalah suara miliknya dan suara Mita. Dia merasa bersyukur dengan adanya musibah atas dirinya bisa membuat semuanya berkumpul dan bersenang-senang bersama-sama.

"Aira apa yang kamu lakukan disana? ayo sini, nonton pertandingan bola"

Aira menganggukkan kepalanya dan menuruti ajakan dari Herman.

"Baik, om Herman"

Kegembiraan tersebut berlangsung sampai pukul setengah 11. Herman dan yang lainnya harus kembali ke hotel yang dekat rumah untuk beristirahat.

Mereka tidak bisa tinggal di rumah Aira karena keterbatasan ruangan untuk ditempati karena hanya memiliki dua kamar.

"Kami pergi dulu, kalau ada apa-apa pada Aira langsung telpon kami, Mita"

"Ya, om Herman"

Mereka berdua langsung pergi dari rumah Aira dengan menggunakan mobil milik Henry menuju ke hotel tempat mereka akan beristirahat.

Aira dan Mita melihat kepergian mereka dan setelah tidak terlihat lagi mereka berdua langsung masuk ke dalam rumah yang kembali seperti sebelumnya.

Saat itu terjadi hal yang aneh pada pandangan Aira, yakni sebuah huruf, angka dan simbol-simbol melayang layang di atas telepon rumahnya.

Aira mengusap-usap matanya untuk melihat apakah ada yang salah atau tidak dengan matanya.

"Ada apa kak? Apakah ada yang salah dengan tubuh kakak? Kalau gitu kita harus ke rumah sakit, Mita akan hubungi om Herman"

Mita langsung mengeluarkan smartphonenya dan akan menekan panggilan nomor Herman, namun hal itu langsung di cegah oleh Aira.

"Tidak usah, Kakak tidak apa-apa, cuma masih lelah aja, jangan panggil om Herman dan yang lainnya, kita sudah cukup membuat mereka kerepotan, kakak tidak ingin lagi membuat mereka kerepotan, kakak ke kamar dulu ya, mau istirahat, kamu kunci semua pintu dan jendela, lalu tidur sudah terlalu malam, besok kamu harus sekolah"

Aira langsung berjalan menuju ke kamarnya dan langsung menutup pintu dengan rapat.

"Apa yang terjadi pada mataku? huruf, angka dan simbol-simbol yang melayang itu apa? Apakah aku sedang berhalusinasi? Atau ini efek samping dari pecahan yang menempel di otak aku?"

Begitu banyak pertanyaan yang muncul dalam pikirannya. Selagi Aira memikirkan hal tersebut, sebuah suara pembicaraan terdengar di telinganya secara tiba-tiba.

Aira terkejut akan hal tersebut dan mencari sekitarnya untuk melihat apakah ada orang di dalam kamarnya ataupun di luar kamarnya.

"Tidak ada orang, Mita sudah berada di dalam kamarnya, tapi bagaimana bisa aku mendengar suara obrolan orang-orang dan itu terdengar sangat banyak? Apakah para hantu yang sedang bergosip?"

Aira langsung berlari menuju ke tempat tidurnya dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut. Dia gemetaran dan mencoba untuk menutupi kedua telinganya dengan kedua tangannya.

Namun suara-suara itu tidak menghilang bahkan semakin keras. Aira mencoba memfokuskan pikirannya ke hal lainnya untuk menghilangkan pikiran itu dengan menghitung domba yang melompati pagar.

"Satu domba, dua domba, tiga domba..."

Hal itu terus dia lakukan sampai 100 domba dan saat itu semua suara menghilang dari pendengarannya.

"Berhasil!"

Aira merasa senang karena suara yang menganggu telah hilang dari kedua kupingnya dan membuat dia bisa tidur dengan tenang.

Keesokan harinya, Aira bangun telat karena dia baru bisa tidur setelah jam 3 dini hari.

Dia terbangun saat jam di dinding kamarnya sudah menujukan pukul 10.30.

"Huwaaa..."

Dia langsung beranjak dari tempat tidurnya dan berjalan ke luar kamar. Saat keluar kamar dia melihat ada makanan dan sepucuk surat.

Aira mengambil sepucuk surat itu dan membacanya dengan mata yang belum terbuka sempurna.

"Ini sarapan untuk kakak, tadi Mita tidak tega membangunkan kakak yang tidur sangat nyenyak, kalau ada apa-apa segera telpon Mita, selamat makan kakak ku sayang, dari adikmu paling cantik dan imut, Mita"

"Hahaha... mengatakan dirinya sendiri cantik dan imut walaupun faktanya memang benar"

Aira melihat makanan yang berada di dalam tupperware. Dia membuka penutup tupperware itu yang ternyata berisikan mie goreng, nasi dan telur.

Aira hanya tersenyum kecut melihat makanan tersebut, tapi dia tetap memakannya dengan senang karena itu adalah buatan adiknya.

Selesai makan dia langsung menaruh tupperware itu di tempat pencucian dan langsung menuju ke kamar mandi. Saat menuju ke kamar mandi, Aira mendengar suara lagi dan kali ini suaranya tidak terlalu ramai seperti tadi malam.

"Sial muncul lagi suara gak jelas itu, apakah aku benar-benar sedang berhalusinasi saat ini? Atau ada yang salah dengan kuping aku?"

Aira mencoba untuk bersikap biasa dan mengacuhkan suara-suara itu, namun salah satu suara itu ada yang menyebut nama istri tetangganya.

"Hei Jerry, suami ku akan pergi ke luar kota selama beberapa hari, kamu bisa datang ke rumah dan kita akan bersenang-senang"

"Oke, 86, 30 menit aku akan tiba di rumah kamu Paiyem sayang"

"Oke, aku tunggu, sayang"

Aira merasa terkejut karena dia mendengar suara milik tetangganya bahkan itu adalah obrolan perselingkuhan.

"Apa yang terjadi padaku, kenapa aku bisa mendengar suara tetangga aku itu"

Aira mencoba untuk berpikir sejenak di sofa TV tentang apa yang terjadi padanya.

"Suara-suara yang aku dengar ini apakah mungkin itu percakapan dari sebuah alat komunikasi?"

Aira mencoba melihat ke arah telpon rumahnya dan masih muncul angka, huruf dan beberapa simbol lainnya yang berterbangan ke atas. Dia pun mencoba untuk melakukan eksperimen.

"Bila aku bisa mendengar maka mungkin aku bisa melakukan panggilan"

Aira mencoba untuk fokus pada pikirannya dan dia mencoba panggilan telepon pada adiknya.

"Ya, halo, ini siapa ya?

Aira langsung merasa senang karena suara adiknya langsung terdengar. Dia pun mencoba untuk mengakhiri panggilan tersebut dan berhasil.

"Hebat....ini sungguh sangat hebat, aku bisa melakukan panggilan telepon tanpa perlu memakai alat komunikasi, hanya dengan pikiran aku"

Namun di tengah kegembiraannya itu muncul tanda tanya yang sangat besar tentang bagaimana bisa dia mendapatkan kekuatan seperti itu.

Saat dia menggaruk-garuk belakang kepalanya dia kembali teringat kalau ada pecahan smartphone miliknya yang belum terangkat dari otaknya.

"Apakah kekuatan ini mungkin ada karena pecahan smartphone milikku? Kalau itu benar, maka aku bisa melakukan browsing dengan menggunakan pikiran aku"

Aira mencoba untuk melakukan browsing internet dengan menggunakan pikirannya dan saat itu sebuah layar transparan berbentuk kotak sebesar 32 inchi muncul di hadapannya dan menampilkan berbagai gambar.

"Berhasil, aku bisa melakukannya bahkan ada layar transparan muncul dihadapan aku, ha-ha-ha, aku mendapatkan kekuatan super"

Aira tertawa penuh kesenangan dengan percobaannya yang ternyata berhasil dilakukan. Aira mencoba melakukan browsing dengan kekuatan tersebut untuk melihat sampai sejauh mana dia bisa melakukannya.

"Wa...aku bisa melakukan browsing tanpa batas sampai situs dewasa bisa aku masuki dengan mudah walaupun sudah diblokir oleh pemerintah"

Aira menganggap apa yang telah terjadi padanya adalah suatu kemajuan teknologi yang sangat maju.

Walaupun sekarang sudah ada kacamata pintar yang bisa melakukan apa yang dilakukan saat ini, tapi yang terjadi adalah suatu kemajuan yang telah dicapai oleh manusia.

"kalau gitu aku bisa melanjutkan projects Alice tanpa menggunakan komputer dan bisa aku kerjakan dimana pun itu"

Aira merasa senang akan hal tersebut karena dia seperti memiliki sebuah laptop tapi dengan teknologi yang lebih canggih seperti film teknologi berlatar masa depan.

"Setelah mandi aku akan melanjutkan proyek itu, kalau perlu tidak tidur sama sekali"

Namun itu hanyalah sebuah rencana karena Aira setelah mandi langsung mengantuk dan dia tidur kembali sampai pagi kembali muncul.

Saat bangun Aira langsung mengumpat kesal karena hal tersebut. Dia memutuskan akan memulainya lagi setelah pulang sekolah.

Hari ini dia harus masuk sekolah karena sudah lama tidak masuk dengan ijin sakit dan beberapa hari lagi akan ada ujian akhir semester satu.

Aira tidak ingin mendapatkan nilai buruk gara-gara absensinya itu. Walaupun dia memiliki kekuatan super tetap saja dia butuh ijasah SMA karena itu merupakan ijasah yang harus dimiliki agar memudahkan untuk kedepannya.

Sekolah SMA Nusantara selain menggunakan nilai ujian, absensi kehadiran juga mempengaruhi nilai tambahan, bila nilai ujian siswa dibawa standar akan dibantu dengan nilai plus dari absensi kehadiran walaupun nilai plus itu tidak terlalu tinggi, yakni hanya 5 point.

Dia segera beranjak dari tempat tidurnya dan melakukan aktifitas seperti biasa.

Setelah selesai dengan semuanya Aira dan Mita langsung berangkat sekolah, Aira membonceng Mita menuju ke sekolah yang memang searah jalannya.

Perjalanan menuju ke sekolah Mita hanya berlangsung satu jam dan lalu dilanjutkan menuju sekolah Aira hanya menghabiskan waktu setengah jam.

Sesampai di sekolahnya, Aira langsung memakirkan sepedanya di deretan parkir motor karena memang sekolah Nusantara tidak memiliki parkir sepeda. Sekolah ini adalah sekolah populer dan tempat anak para elit negara Indonesia bersekolah.

Aira yang hanya masyarakat biasa, bisa masuk ke sekolah ini karena keberuntungan mendapatkan beasiswa yang dibuka oleh yayasan Nusantara hanya untuk satu siswa.

Aira memakirkan sepeda di bagian paling ujung sehingga dia mengunci rantai sepedanya ke tiang pembatas parkir sepeda motor itu.

Dia langsung berjalan menuju ke lantai dua dan memasuki kelasnya. Saat itu pandangan semua orang dalam kelasnya langsung terarah pada Aira.

Dia hanya mengacuhkan pandangan tersebut, berjalan ke bangkunya.

Orang dalam kelas itu sudah mengetahui kalau Aira adalah korban perampokan beberapa minggu lalu. Hal itu karena peristiwa itu menjadi pemberitaan nasional bahkan terus berulang-ulang menampilkan peristiwa tersebut selama satu pekan lebih.

Saat sampai berada di tempat bangkunya berada, disana ada seorang perempuan yang duduk di bangkunya.

"Hei itu, tempat aku, pergilah, aku mau duduk"

"Huh! Cari aja tempat lain, masih banyak tempat, aku mau duduk disini"

"Tidak, aku suka tempat ini, bukankah tempat duduk sudah diatur berdasarkan pengundian saat pertama kali masuk dan aku mendapatkan tempat itu, jadi itu adalah tempat aku, menyingkirlah"

Si perempuan yang Aira tidak tahu namanya itu terlihat kesal dan mengeluarkan segala kemarahan pada Aira yang hanya memasang wajah datar dan itu semakin membuat dia marah.

Aira memang tidak mengetahui namanya bahkan dia tidak mengetahui nama seluruh orang yang sekelas dengannya.

"Sudahlah, Nurul, kamu bisa kembali ke tempat kamu semula, Aira sudah datang dan memang ini adalah tempat duduknya"

Shopia mencoba untuk menengahi keributan itu dan akhirnya membuat si Nurul menyerah. Dia langsung mengambil tasnya dan kembali ke tempat duduknya semula.

Saat melewati Aira dia mengancam kalau dia tidak akan melupakan kejadian yang terjadi saat ini.

Aira hanya mengacuhkannya dan langsung duduk. Saat duduk di bangkunya itu, pantat Aira langsung merasa panas.

"Sial, apa pantat cewek itu berapi? Kenapa bisa panas?"

Walaupun begitu, Aira tetap duduk dan mulai menyibukkan diri dengan mendengarkan musik melalui earphonenya.

Sebenarnya itu hanya pengalihan, earphonenya tidak mengeluarkan musik karena dia sibuk melihat browser YouTube melalui layar transparannya.

Layar transparan itu hanya bisa dilihat oleh Aira saja, orang lain tidak bisa melihatnya.

Selagi Aira melihat chanel YouTube yang kebanyakan adalah membahas teknologi komputer terkait pemograman, Shopia memanggil namanya.

"Bagaimana dengan luka kamu, Aira?"

Aira langsung menoleh ke arah Shopia dan dia melepaskan earphonenya.

"Seperti yang kamu lihat sendiri, aku sudah sehat walaupun di telinga aku ada bekas tembakan itu, tapi itu tidak membahayakan gendang telinga aku"

"Syukurlah, oh ya, apa kamu butuh catatan selama pelajaran selama kamu tidak masuk? Aku bisa meminjamkan catatan milik aku"

"Terima kasih tapi tidak usah, aku akan mengejar ketertinggalan pelajaran dengan cara aku sendiri"

"Begitu ya..."

Setelah itu tidak ada obrolan yang terjadi antara mereka berdua. Aira kembali sibuk dengan channel Youtubenya, sedangkan Shopia frustrasi karena baru kali ini ada pria yang mengacuhkan dirinya.

Selama ini banyak pria yang mencoba untuk mendekatinya, bahkan teman-teman sekelasnya dan juga seluruh siswa laki-laki di sekolah Nusantara bahkan di sekolah lainnya mencoba untuk mendekatinya.

Namun Shopia memperlakukan mereka hanya sebatas teman, tidak lebih. Selain itu dia juga sudah dekat dengan teman-teman sekelasnya, hanya satu yang belum yakni Aira.

Dia tidak pernah mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi secara dekat dengan Aira karena tidak masuk sekolah lebih dari 10 hari akibat peristiwa perampokan bank itu.

Shopia sudah mencoba untuk berkunjung ke rumah sakit tempat Aira dirawat saat itu, namun disana penuh dengan wartawan sehingga dia mengurungkan niatnya.

Tak berapa lama, bel masuk mulai berbunyi dan guru pelajaran pertama memasuki kelas. Guru tersebut langsung memulai pelajaran setelah menyapa para murid.

Pelajaran berlangsung dengan lancar dan membosankan bagi Aira sehingga dia hanya menyibukkan diri menonton YouTube.

Beberapa saat kemudian bel istirahat pertama berbunyi, guru yang mengajar langsung berhenti sedangkan para siswa langsung keluar kelas yang kebanyakan menuju ke kantin.

Hal yang juga Shopia yang ingin pergi ke kantin. Dia memasukkan semua buku-bukunya ke dalam laci.

"Aira, kamu mau ke kantin?"

"Tidak, terima kasih sudah mengajak"

Shopia terlihat memasang wajah kecewa dan dia benar-benar frustasi akibat baru pertama kalinya mendapatkan teman yang super duper cuek.

Beberapa saat kemudian, Nurul beserta kelompoknya langsung mendatangi tempat Shopia untuk mengajaknya ke kantin.

Saat dia melihat Aira, wajahnya langsung terlihat kesal. Namun Aira berlaku seperti biasa bahkan tidak pernah menganggap kalau Nurul itu ada dalam dunia ini. Dia menganggap kalau Nurul hanyalah sebuah halusinasi negatif dari penglihatannya.

Beberapa saat kemudian suara yang selalu dibenci dan juga dikangenin terdengar oleh Aira.

"Ar-chan!!!!"

Aira langsung melepaskan earphonenya dan menghilangkan layar holografik di penglihatannya. Sedikit demi sedikit Aira sudah mulai terbiasa dengan kekuatan supernya itu dan bisa mengendalikannya, termasuk suara-suara yang menganggu pendengarannya.

"Ar-chan, selamat sudah keluar dari rumah sakit, aku sangat khawatir saat tahu kamu ditembak perampok bank itu"

"Yeee...kalau khawatir kenapa tidak datang menjenguk, kedua orang tua kak Laura aja datang menjenguk aku"

"Hehehehe... maaf, aku tidak berani ke rumah sakit karena tempat itu menakutkan"

"Hahaha...kamu yang memiliki seni beladiri Wushu takut datang ke rumah sakit, itu sangat tidak cocok, hahaha"

"Ya..ya.. habis kalau aku datang ke rumah sakit nanti aku akan disuntik, itu kan sangat mengerikan"

Aira langsung tertawa lepas mendengar alasan seperti itu. Laura yang melihat Aira tertawa karenanya langsung mengembungkan kedua pipinya seperti hamster sedang menyimpan makanan di mulutnya.

"Hahaha maaf, maaf"

"Aku akan memaafkan kamu bila kamu traktir satu mangkok bakso bom di kantin"

"Heeee...kenapa harus seperti itu? bukankah seharusnya kak Laura yang traktir aku karena sudah keluar rumah sakit"

"Awalanya sih iya, tapi berubah pikiran karena kamu menertawakan aku tadi"

Belum juga Aira menyatakan kesetujuannya, Laura sudah menarik tangan Aira dengan paksa menuju ke kantin.

Suasana di kantin yang ramai langsung mendadak sunyi saat melihat Laura datang dengan menggenggam tangan Aira.

Aira yang sudah menyadari penyebab suasana sunyi itu hanya bisa terdiam dan berusaha mengacuhkannya karena ini sudah biasa terjadi.

Mereka berdua langsung menuju ke meja yang kosong setelah memesan makanan dan minuman. Aira dan Laura mengobrol dengan santai bahkan tertawa bersama.

Para siswa yang melihat hal itu seperti melihat sepasang kekasih yang sedang berkencan di sekolah dan membuat mereka menjadi iri, terutama siswa laki-laki yang pernah menyatakan cinta pada Laura.

Beberapa saat kemudian bel masuk kembali berbunyi, para siswa langsung bergegas menuju ke kelasnya masing-masing, begitu juga dengan Aira dan Laura.

Saat memasuki kelas, Aira kembali ditatap oleh orang sekelasnya. Dia sebenarnya sudah membenci akan hal ini karena setiap dia masuk pasti selalu ditatap oleh mereka.

"Apa aku ini adalah spesies langka sampai segitunya mereka menatap aku terus menerus?"

Lima menit kemudian, Shopia beserta kumpulannya juga memasuki kelas. Dia langsung menuju ke bangkunya.

"Aira, tadi aku melihat kamu ke kantin bersama dengan seorang perempuan, apa karena perempuan itu kamu menolak ajakan aku ke kantin tadi?"

Aira sedikit tertegun dengan sikap ceplas-ceplos Shopia, tapi dia merasa senang akan hal itu karena berani mengungkapkan apa yang ingin dikatakannya.

"Tidak juga, tadi aku hanya dipaksa oleh kak Laura"

"Ohhh... namanya Laura ya, apakah dia pacar kamu?"

"Hahaha... tidak, kak Laura hanya teman aku sejak kecil karena kebetulan rumah kami berdekatan"

"Hmmm...aku kira kamu pacaran dengan dia karena melihat hubungan kalian berdua yang sangat dekat"

"Ya, hubungan kami memang dekat tapi hanya sebatas sebagai sahabat tidak lebih, tapi kenapa kamu menanyakan hal itu?"

"Eh...aku hanya penasaran saja, karena aku lihat kamu tadi memiliki pacar yang sangat cantik dan aku anggap itu adalah suatu keberuntungan untuk kamu yang mendapatkan pacar cantik, hahaha"

Shopia tertawa dengan canggung sementara Aira hanya memiringkan kepalanya karena bingung dengan sikap Shopia.

Beberapa saat kemudian guru sebelumnya datang kembali untuk melanjutkan pelajaran yang sempat terhenti akibat istirahat.

Pelajaran berlangsung seperti biasa dan seperti biasa juga Aira banyak menghabiskan waktu melihat chanel teknologi komputer di YouTube.

Pada istirahat kedua, Aira dapat dengan tenang menghabiskan waktu melihat YouTube karena tidak ada yang menganggu dan itu berlangsung sama jam pulang sekolah.

Saat itu dia langsung mengemasi semua barang-barangnya untuk dimasukin ke dalam tas, lalu segera beranjak dari tempat duduknya.

"Sampai ketemu hari Senin, Shopia"

"Ya"

Aira pamit dengan teman sebangkunya itu dan langsung berlari menuju ke tempat parkir, menaiki sepedanya, mengayuhnya dengan cepat sampai tidak peduli polusi udara mengotori wajahnya dan memasuki saluran pernapasannya.

Sekarang dia sedang ingin cepat pulang ke rumah agar bisa menyelesaikan Alice projectsnya.

Sesampai di rumah, dia langsung memakirkan sepedanya, masuk ke rumah dan menuju ke kamarnya. Aira langsung menghidupkan PC nya dan membuka folder Alice projects.

Dia sedang mencatat bahasa komputer yang dikenal dengan coding ke dalam layar holografiknya. Coding yang telah dia buat itu dia catat dari awal sampai akhir dengan menggunakan pikirannya, namun hal itu ternyata sangat susah akibat belum terbiasa.

Aira langsung mencoba apakah sebuah keyboard holografik bisa dimunculkan atau tidak. Ternyata hal itu bisa muncul di bagian layar holografik itu muncul sebuah holografik keyboard.

"Hahaha dengan ini bisa memudahkan aku untuk menyelesaikannya, tenang saja Mita, hidup kita tidak akan susah lagi, kakak mu ini akan mendapatkan uang banyak, hahaha"

Aira tertawa dengan semangatnya seperti orang yang sudah tidak waras. Tertawanya Aira terdengar oleh tetangga yang sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya.

"Sayang, apa tetangga kamu sudah gila, aku mendengar suara tawanya yang cukup keras"

"Ah sudahlah, jangan dipikirkan bocah itu, lebih baik kamu memuaskan aku saja"

"Tentu saja sayang"

"Ahhh~ kamu nakal"

Aira juga mendengar suara senang-senangnya tetangga itu, bahkan hampir tiap hari dia mendengarkan.

"Ck...apa mereka tidak bisa memelankan suara sedikit saja? Kasihan pak Tukimin yang sudah bekerja keras tapi istrinya selingkuh dengan berondong bau kencur"

Aira langsung memfokuskan dirinya ke layar holografik dan layar komputer untuk mencatat coding yang telah dia buat sendiri.

Selama selama tiga jam lebih akhirnya dia telah selesai menyalin semuanya ke layar holografik.

"Huaa.."

Aira merenggangkan otot-otot tubuhnya yang kaku akibat duduk terlalu lama. Dia melihat jam di dinding sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore.

Suara diperutnya terdengar sangat keras dan itu membuat dia merasa lapar. Aira langsung beranjak dari tempat duduknya menuju ke lemari pakaiannya untuk berganti pakaian, lalu keluar dari kamarnya.

Saat keluar, pintu rumah terbuka dan itu adalah Mita yang baru pulang.

"Oh tepat sekali, kamu sudah makan Mita? Kakak mau buat nasi goreng"

"Mau kak..."

"Oke, kakak mandi dulu setelah itu baru buat nasi gorengnya sekalian makan malam"

"Oke..."