Chereads / Aira & Shopia / Chapter 5 - Kemunculan Alice

Chapter 5 - Kemunculan Alice

Sebuah bilik tertutup dengan ukuran kecil yang hanya berisikan satu sofa dan meja. Dalam bilik itu, Aira menggerakkan jari jemari di sebuah holografik keyboard dengan pandangannya ada sebuah layar holografik.

Dia menekan setiap angka, huruf dan simbol pada holografik keyboard itu dengan sangat cepat. Matanya tetap fokus pada layar holografik yang bertuliskan berbagai coding sesuai dengan apa yang diketiknya di holografik keyboard itu.

Selain mengetik dan menatap layar holografik tersebut, Aira juga melihat-lihat buku yang ada di meja bilik tersebut.

Buku yang dia baca adalah mengenai tentang AI dan pembuatan AI. Lelaki itu mempelajari coding yang ada dalam buku tersebut.

Saat sedang membaca buku itu, smartphone baru miliknya yang diberikan oleh Herman bergetar di meja bilik itu. Aira melihat kalau itu adalah panggilan dari Mita.

Aira tidak perlu bersusah payah untuk menjawab panggilan itu melalui Smartphonenya, dia cukup menjawabnya melakukan kemampuan supernya itu. Smartphonenya sudah tersambung dengan kemampuan supernya itu.

"Ya Mita, ada apa?"

Dia menjawab panggilan telpon itu sambil tetap mengetik coding pembuatan AI nya.

"Kakak ada dimana?"

"Perpustakaan kota"

"Heeee.. tumben kakak pergi ke perpustakaan, ada apa ney?"

"Tidak ada, cuma lagi mencari tempat yang bagus dan sepi untuk mengerjakan sesuatu dan perpustakaan adalah tempat yang cocok dari semua tempat yang ada"

Mita langsung tertawa mendengar perkataan kakaknya itu.

"Jadi ada apa, telpon kakak?"

"Oh ya, Mita lupa, hari ini dan sampai besok Mita akan menginap di rumah Miyu, teman Mita, kakak kenalkan?, dia pernah ke rumah walaupun hanya dua kali"

Aira mencoba untuk mengingat-ingat tentang hal tersebut dan dia akhirnya mengingat juga seorang perempuan berkacamata dengan rambut panjang hitam dan bertubuh agak pendek dari Mita.

"Ya, kakak ingat, jadi kenapa kamu menginap di tempatnya?"

"Mita dan Miyu ingin mengerjakan tugas kelompok dan harus dikumpulkan hari Senin"

"Hmmm... okelah, kirim alamat rumahnya ke kakak dan jaga tata Krama saat menginap disana, jangan membuat malu"

"Iya...iya..Mita akan kirim alamat rumahnya"

Setelah itu tidak ada lagi pembicaraan sehingga panggilan diakhiri oleh Mita. Beberapa detik kemudian sebuah notifikasi muncul di layar holografik bagian paling bawah sebelah kanan.

Aira langsung membuka notifikasi tersebut yang merupakan pesan WhatsApp dari Mita yang mengirimkan alamat dan Share location rumah Miyu tersebut.

Aira keluar dari bilik perpustakaan kota itu tepat saat jam makan siang tiba. Perutnya sudah berkoar-koar seperti orang sedang demo untuk menuntut haknya yakni memberikan makanan.

Dia langsung menyimpan coding yang telah dia buat itu dan lalu menghilangkan layar, keyboard holografik itu.

Penyimpanan yang dilakukan Aira itu hampir sama seperti kerja penyimpanan PC ataupun smartphone tapi Aira menggunakan media memori ingatan otaknya untuk menyimpan data coding tersebut.

"Nah, sekarang makan apa ya enaknya?"

Aira melihat kantin perpustakaan yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Namun dia langsung membuang jauh-jauh keinginan untuk pergi ke tempat itu karena harganya mahal.

Dia melihat ada sebuah angkringan yang berjualan di depan pagar perpustakaan sehingga Aira langsung menuju ke tempat itu.

Angkringan yang didatangi oleh Aira lumayan ramai sehingga dia harus bergabung duduk lesehan dengan orang lain yang sedang menyantap makanan di angkringan itu.

Aira telah mengambil empat bungkus nasi dengan berbeda-beda lauknya yakni sambal teri dan oseng-oseng tempe, lalu minumannya adalah air putih.

Dia menyantap makanannya dengan santai sambil melakukan browsing. Aira merasa senang karena dia tidak perlu menggunakan tangannya melakukan browsing itu. Dia bisa melakukan semua itu hanya menggunakan pikirannya saja.

Selain itu Aira juga tidak perlu khawatir akan kuota internet karena kekuatan supernya itu bisa dilakukan tanpa menggunakan kuota internet.

Setelah selesai mengisi perut dan membayar yang hanya sebesar 12 ribu, Aira memutuskan untuk kembali ke rumah karena adiknya Mita tidak ada dirumah sehingga dia bisa fokus untuk melanjutkan projectsnya.

Aira langsung menaiki sepedanya yang berada di tempat parkir sepeda perpustakaan kota dan mengayuh sepedanya menyusuri pinggir jalan raya dengan santai.

Hanya beberapa jam dia telah sampai di rumahnya dan langsung memakirkan sepedanya di garasi, lalu masuk ke dalam rumah.

Dia langsung menuju ke dapur untuk mengambil beberapa minuman botol di dalam kulkas dan makanan ringan di lemari, lalu dia langsung menuju ke sofa depan tv.

"Yosh... semua persediaan sudah terisi, saatnya melanjutkan pembuatan projects Alice"

Aira langsung duduk di sofa dan memunculkan layar dan keyboard holografik di hadapannya. Dia membuka file projects Alice dan langsung mengetik keyboard holografik tersebut untuk melanjutkan coding yang sempat tertunda.

Selama seharian penuh dia habiskan untuk membuat coding AI tersebut dan baru selesai saat jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari.

"Sepertinya ini sudah cukup untuk percobaan, bila ada yang kurang nanti bisa dilihat dan diperbaiki"

Aira langsung mengaktifkan pemograman AI yang telah dibuatnya itu dan saat itu sebuah layar kecil muncul yang memperlihatkan coding yang bermunculan terus menerus seperti air hujan turun.

Selain itu juga a memperlihatkan sebuah bar persenan yang bergerak sedikit demi sedikit.

"Proses pemograman membutuhkan waktu sekitar 5 jam lebih, huaaa"

Aira langsung menghilang layar dan keyboard holografik tersebut dan langsung memposisikan diri tidur di sofa karena matanya sudah tidak kuat lagi untuk dibuka.

"Selamat tidur"

****

Beberapa jam setelah Aira tertidur, sebuah layar holografik muncul secara otomatis tanpa ada keinginan dari Aira.

"Proses pengaktifan projects Alice telah 100%, siap untuk diaktifkan"

Sebuah notifikasi muncul dalam layar holografik itu dan lalu langsung digantikan dengan seorang perempuan kecil yang berumur sekitar 7 tahun dengan kostum yang biasa dipakai oleh idol remaja Jepang.

Perempuan kecil itu membuka matanya dengan perlahan dan melihat sekitarnya.

Saat dia melihat Aira yang sedang tertidur terlentang di sofa, dia langsung tersenyum dan menghirup nafasnya dalam-dalam, lalu langsung dikeluarkan secara bersamaan dengan berteriak.

"Tuan, bangun!!!!!"

Aira yang mendengar teriakkan itu langsung terbangun dengan kaget dan langsung jatuh dari sofa.

"Aduhhhh...wajah keren aku jadi rusak"

"Heeee...maaf tuan, aku tidak tahu akan seperti ini"

Perempuan itu meminta maaf pada Aira dengan menundukkan kepalanya berkali-kali.

Aira yang mendengar suara itu langsung melihat ke depan yang mana dia melihat perempuan kecil itu yang sedang panik dan menundukkan kepalanya berkali-kali sambil minta maaf.

"Ehh...siapa?"

"Heeeee...tuan tidak tahu tentang aku, padahal aku adalah ciptaan tuan, huwaaaa.."

"Eh?"

Perempuan kecil itu langsung mengeluarkan air matanya seperti air pancuran taman.

"Tunggu dulu..."

"Huwaaa..."

"Aku tidak mengerti"

"Pencipta telah membuang aku..."

"Bisa jelaskan..."

"Aku tidak menyangka di hari pertama lahir, aku telah dibuang... huwaaa..."

Aira yang merasa kesal karena perkataannya tidak di dengarkan oleh perempuan kecil itu langsung berteriak.

"Berhentilah menangis dan dengarkan apa yang aku katakan, bocah sialan!!!"

Perempuan itu langsung terdiam mendengar teriakkan Aira yang merasa lega, namun ternyata diamnya itu hanya sesaat.

"Huwaaaa...tuan memarahi aku, dia membenci aku... huwaaaa..."

Pria itu langsung menepuk jidatnya karena tidak tahan mendengar tangisan perempuan kecil itu yang bisa memecahkan gendang telinganya.

"Nee...maaf aku berteriak tadi, aku tidak membenci kamu, jadi bisakah berhenti menangis"

Perempuan kecil itu langsung berhenti menangis dan menatap Aira dengan pandangan mata yang berkaca-kaca.

"Sungguh?"

"Iya, tentu"

"Tuan juga tidak membuang aku?"

"Tentu saja, jadi bisakah kamu jelaskan padaku siapa kamu dan bagaimana bisa kamu muncul di hadapan aku ini?"

Perempuan itu langsung menghapus air matanya dan dia langsung berdiri dengan kaki yang dilebarkan dan kedua tangannya berada di pinggangnya.

"Hmp..aku adalah Alice, AI paling cantik, imut, baik, dan paling hebat, ciptaan tuan yang paling hebat dari seluruh alam semesta, Aira Syahputra"

"Eh?"

Aira merasa sangat kaget dengan apa yang didengarnya itu. Dia memang membuat sebuah AI namun dia tidak menyangka kalau AI yang dibuatnya akan seperti yang dilihatnya sekarang ini.

AI Alice terlihat sangat hidup seperti manusia walaupun tingkah masih terlihat seperti anak kecil tapi ini sudah melebihi apa yang dia rencanakan.

Aira sebelumnya hanya memperkirakan kalau AI yang dibuatnya hanyalah sebuah AI kaku dan tidak bisa bergerak tanpa ada perintah.

"Kamu sungguh AI yang aku buat, Alice?"

"Tentu saja, aku adalah Alice, AI yang paling hebat dari AI yang pernah dibuat, huhuhu"

Aira langsung berdiri dan memasang pose kemenangan untuk mengekpresikan kegembiraannya atas apa yang dilihatnya saat ini.

Bila saja Alice bisa disentuh maka Aira akan langsung memeluknya dengan erat.

Aira kembali duduk di sofa dan melihat Alice dengan pandangan senang. Hal itu ternyata membuat Alice merasa malu.

"Ke-kenapa tuan melihat aku seperti itu? Ah! jangan-jangan tuan seorang lolicon!"

Aira mengacuhkan perkataan dan tuduhannya itu karena saat ini dia sedang merasa senang.

"Aku tidak menyangka kalau pencipta aku adalah seorang lolicon. Haaaa... tapi bagaimana pun dia adalah pencipta aku jadi aku harus mematuhi perintahnya walaupun harus dengan tu..."

Belum juga Alice selesai bicaranya, Aira sudah memotong.

"Hei Alice, kenapa kamu terlihat sangat hidup, aku tidak membuat kamu seperti ini pada awalnya, coding yang ada padamu itu hanyalah sebuah coding yang tidak akan membuat kamu menjadi hidup seperti ini"

"Hmmm... masalah itu aku juga tidak tau tuan Aira, tapi saat aku terlahir sudah dalam bentuk seperti ini, apakah tuan tidak suka dengan aku seperti ini?"

"Hah... tentu saja aku suka, ini sudah melebihi apa yang aku buat..."

Mendengar Aira mengatakan suka, Alice langsung memerah wajahnya dan memalingkan wajahnya.

"Tuan bilang suka, padaku, hehehehe"

"Alice bisa kamu perlihatkan coding kamu"

Alice langsung bersikap biasa lagi dan berdehem sedikit, lalu memperlihatkan codingnya.

"Hmmm, tidak ada yang terlalu berbeda dengan coding aku buat tapi ada beberapa tambahan, aku merasa tidak pernah membuat coding seperti itu, darimana datangnya? Ah sudahlah, yang penting Alice sudah muncul, itu bisa dipikirkan nanti"

Alice langsung menghilangkan coding miliknya dan melihat Aira yang tersenyum senang.

"Jadi sekarang apa yang bisa kamu lakukan?"

"Hmmm kalau dikatakan apa yang bisa aku lakukan, itu sangat banyak, sebagai AI yang dibuat untuk membantu tuan Aira, aku bisa melakukan semua yang anda perintahkan"

"Apakah itu termasuk meretas sistem pengamanan?"

Alice menganggukkan kepalanya dengan singkat.

"Tentu, tapi karena aku baru lahir, tingkat keberhasilannya sangat rendah, tapi bila tuan memberikan waktu untuk aku belajar maka tingkat keberhasilan akan semakin tinggi"

"Hooo... sangat hebat, kalau begitu begitu kamu belajarlah, tidak hanya meretas sistem tapi tentang dunia ini juga, aku beri kamu waktu sebulan untuk mempelajarinya, apa kamu bisa? Tentu aku juga akan membantu kamu belajar"

"Akan aku usahakan, kak Ar"

"Bagus, bila ada yang tidak kamu mengerti jangan sungkan tanya padaku, oh ya, apakah kamu bisa muncul di smartphone dan komputer?"

"Tentu saja bisa kak Ar, selama memiliki sinyal ataupun terkoneksi dengan internet, aku bisa muncul dimana saja"

"Bagus, aku ingin kamu juga terkoneksi dengan smartphone Mita, adik aku secara diam-diam, bila ada sesuatu yang buruk padanya segera laporkan padaku"

"Oke, serahkan padaku"

Layar holografik yang memperlihatkan Alice langsung menghilang. Aira langsung berdiri menuju ke kamar mandi sambil bersiul gembira.

Walaupun jam masih menunjukkan pukul setengah 6 pagi dan udara sedikit dingin, dia tidak peduli dan tetap untuk mandi karena kemaren Aira tidak mandi.

Hari berlalu dengan cepat, Aira mengajari berbagai hal pada Alice terutama tentang dunia cyber baik itu yang normal maupun yang gelap atau ilegal.

Aira sengaja memberikan pelajaran di dua sisi dunia cyber itu karena bagaimanapun itu saling terkait dan menyeimbangkan dunia cyber.

Satu Minggu kemudian, Alice telah mempelajari dunia cyber sebanyak 15% sehingga Aira ingin melanjutkan fase keduanya yakni membuat sebuah aplikasi yang akan mendatangkan uang untuknya.

Aira berencana akan melakukan fase keduanya saat pulang, namun itu hanyalah sekedar rencana karena saat pulang, Shopia meminta Aira untuk menemaninya ke sebuah toko buku.

Aira sempat kaget mendengar hal tersebut. Dia sempat berpikir untuk menolaknya. Namun setelah dipikir-pikir ulang, selama ini Shopia telah menunjukkan perilaku yang baik untuknya sehingga tidak ada salahnya pergi menemaninya.

"Aku tidak tahu alasan kamu meminta aku menemani kamu pergi beli buku, bukankan ada orang lain yang bisa kamu ajak untuk menemani kamu?"

"Kalau ada tentu sudah aku lakukan, tapi nyatanya tidak ada karena mereka semua sibuk dan kamu katakan kalau tadi kamu tidak acara hari ini, jadi aku mengajak kamu, soalnya aku masih belum hafal dengan kota ini"

Aira langsung menganggukkan kepalanya dan Shopia terlihat senang, mereka berdua langsung turun ke lantai dasar untuk keluar gedung sekolah.

"Kamu ke sekolah naik mobil atau motor, Aira?"

"Tidak keduanya, aku naik sepeda"

"Oh, gawat, aku sudah mengatakan sopir aku untuk tidak menjemput karena aku pikir kamu naik mobil atau motor, bagaimana ini?"

Aira langsung memanggil Alice, tentu tidak menggunakan suara tapi dengan pikirannya.

Layar holografik yang menampilkan Alice langsung muncul dihadapan Aira.

"Ada apa, kak Ar?"

"Carikan taksi online dengan tujuan Indoplaza"

"Oke dokey, taksi online akan segera datang"

Alice langsung hilang dan beberapa detik kemudian, smartphone Aira langsung bergetar. Dia langsung melihat kalau itu adalah panggilan tanpa nama dan dia langsung menjawabnya.

"Ya, pak, kami akan tunggu di depan gerbang sekolah"

Aira langsung memutuskan panggilan tersebut dan memasukkan kembali ke saku celananya.

"Siapa itu Aira?"

"Taksi online, aku baru saja memesan tadi"

"Ah iya, aku lupa kalau bisa pesan taksi online, hehehe"

Aira langsung mengajak Shopia menuju ke depan gerbang sekolah untuk menunggu kedatangan taksi online yang dipesan olehnya.

****

"Jadi apakah kamu sudah menemukan buku yang kamu cari"

"Belum, aku masih melihat-lihat dulu"

Sudah dua jam Aira berada di toko buku yang ada di Indoplaza. Dia sudah mengelilingi toko buku itu sampai dua kali dan Shopia masih berada di tempat yang sama yakni di rak buku novel.

"Apakah masih lama?"

"Keliatannya seperti itu, aku bingung mau baca yang mana dari dua buku ini karena keduanya menarik"

Aira hanya menghela nafas panjang melihat dua buku yang di tunjukkan oleh Shopia padanya. Shopia kembali melihat dua buku novel yang berbeda genre tersebut, yakni misteri dan fantasi.

"Kenapa kamu tidak membeli keduanya aja, selesai sudah masalahnya"

"Maunya sih, tapi uang bulanan aku sudah menipis jadi ingin berhemat"

"Kalau gitu, jangan beli sekarang, bulan depan aja"

"Tapi aku inginnya beli buku sekarang karena buku yang aku beli sebelumnya sudah selesai aku baca semuanya"

Aira langsung menggaruk-garuk belakang kepalanya karena dia frustasi akan apa yang terjadi padanya saat ini.

"Inilah yang aku tidak kusukai berpergian dengan cewek untuk membeli barang"

Hal itu dia katakan dengan pelan namun Shopia mendengarnya walaupun samar-samar.

"Apakah kamu mengatakan sesuatu Aira?"

"Tidak, aku akan melihat-lihat rak lainnya lagi, saat aku kembali kamu harus sudah menentukan buku yang mana yang akan kamu beli"

"Ehhhh, tapi...."

"Tidak ada tapi-tapi, aku tidak mau menghabiskan waktu hanya berada di tempat ini, kalau belum kamu putuskan aku akan pergi"

Aira langsung pergi meninggalkan Shopia yang mengajukan protes. Dia mengacuhkan hal tersebut.

"Ukhhh... dasar semaunya aja, tapi seperti yang dikatakannya aku harus memilih salah satu dari buku ini"

Shopia melihat ke kanan yang ada buku misteri dan lalu melihat ke kiri yang ada buku fantasi.

"Kenapa sulit sekali untuk memilih"

Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat dan Aira telah kembali lagi ke tempat Shopia.

"Apakah sudah?"

"Itu..."

Aira kembali menghela nafas panjang dan langsung mengambil salah satu buku di tangan Shopia.

"Lebih baik kamu baca buku ini daripada buku fantasi"

"Eh? Kenapa kamu yang putuskan?"

"Kamu ambil atau tidak? Kalau masih ragu, aku pergi"

"Eh?"

Aira langsung meninggalkan Shopia yang mana dia sudah meletakkan buku fantasi ke raknya kembali sedangkan buku misteri dia bawa.

"Tunggu, jangan tinggalkan aku"

Shopia langsung menuju ke kasir untuk membayar sedangkan Aira menunggu di luar toko buku itu. Setelah membayar, Shopia langsung menuju ke tempat Aira berada.

"Maaf menunggu lama dan terima kasih sudah menemani aku"

"Ya tidak ada masalah, kalau tidak ada urusan, kita pulang, aku juga harus mengambil sepeda aku di sekolah"

Shopia menganggukkan kepalanya dia langsung menghubungi sopirnya untuk menjemput sekaligus mengantarkan Aira ke sekolah untuk mengambil sepeda.

"Heeee.. baiklah, aku akan tunggu, tidak apa-apa, itu juga tidak bisa dihindarkan, bukan salah anda"

Shopia langsung menutup telponnya dan meletakkan smartphonenya ke dalam tasnya.

"Kenapa? Apa ada masalah?"

"Itu.. sopir aku tidak bisa jemput sekarang karena terjebak macet akibat adanya truk terguling dan seperti butuh waktu lama"

Aira menganggukkan kepalanya secara singkat.

"Kamu bisa langsung pergi aja ke sekolah, aku akan menunggu disini sampai jemputan aku datang"

"Sekarang lokasi sopir kamu ada dimana?"

Shopia memberitahu pada Aira tentang lokasi sopirnya dan Aira menganggukkan kepalanya secara singkat.

"Itu tidak terlalu jauh dari rumah aku, kalau gitu kamu ke rumah aku aja, bilang ke sopir kamu untuk menjemput disana"

"Eh, tapi..."

Aira melihat ada ekspresi ragu-ragu di wajah Shopia. Dia berpikir ekspresi wajah itu karena dirinya adalah laki-laki dan mengajak perempuan kerumahnya sehingga wajar kalau Shopia khawatir bila dirinya akan melakukan sesuatu yang buruk.

"Kamu tidak usah khawatir, di rumah ada adik perempuan aku juga, jadi tidak hanya kita berdua saja"

"Eh? Ya..."

Aira kemudian meminta smartphone Shopia untuk menuliskan alamatnya agar bisa segera dikirim ke sopir Shopia untuk menjemput di rumahnya.

Setelah mengirim pesan itu, mereka berdua langsung menuju lobby Indoplaza dan menunggu taksi online disana.

Taksi online yang dipesan Aira tiba dalam waktu sekitar 3 menit karena para taksi online memang banyak yang berhenti di dekat Indoplaza sambil menunggu penumpang yang memesan taksi online.

Perjalanan dari Indoplaza menuju ke rumah Aira berlangsung dengan cepat karena pengemudi taksi online itu tahu jalur cepat yang tidak terkena macet walaupun harus berbelok-belok jalannya.

Saat sampai, Aira membayar ongkos taksi online itu walaupun Shopia sudah mengeluarkan dompetnya untuk membayar. Aira menolaknya dan meminta Shopia agar dirinya yang bayar.

Sebagai lelaki dia punya harga diri yakni pantang dibayar oleh perempuan walaupun kondisi perekonomian agak kritis.

Saat keluar dari mobil, Shopia melihat sebuah rumah yang sederhana namun terlihat sangat terawat bahkan memiliki taman di depan teras yang sangat terawat.

Menurutnya rumah yang ada di depannya itu merupakan rumah yang nyaman untuk ditinggali.

Aira membuka pintu pagar rumah itu dan mengajak Shopia untuk segera masuk. Mereka berdua langsung menuju ke pintu rumah yang tiba-tiba dibuka dari dalam.

"Kak Ar, kenapa telat pu..."

Mita langsung diam saat melihat seorang gadis cantik yang dibawa oleh Aira. Dia terpana melihat kecantikan dari Shopia.

"Siapa dia kak?"

"Ini teman sekelas aku, karena ada sesuatu, aku mengajaknya ke rumah sampai jemputannya datang, ayo masuk Shopia dan kenalkan ini adalah adik perempuan aku, Mita"

Aira langsung masuk ke dalam rumah meninggalkan Shopia dan Mita berada di luar.

"Halo, aku Mita Deviana Putri, panggil aja Mita"

"Ya, namaku, Shopia Mayweather, panggil aja Shopia atau Phia, salam kenal"

Mita langsung mengajak Shopia untuk masuk dengan cepat karena ada yang ingin dia konfirmasi ke Shopia.

Shopia langsung diarahkan ke tempat duduk sofa TV. Mita memandang Shopia dengan tajam Sambil melihat dari bawah terus ke atas dengan perlahan.

Shopia yang ditatap seperti itu oleh Mita menjadi malu.

"Kenapa kamu menatap aku seperti itu, Mita?"

"Hmmm... tidak aku sangka kalau kak Ar akan dekat dengan seorang perempuan secantik ini, dia tidak pernah menceritakan padaku, ne, kak Shopia, apakah kamu pacarnya kak Ar?"

"Eh?"