"Selamat makan"
Aira, Mita dan Shopia menyantap makan malam yang ada di meja makan. Shopia merasa terkejut melihat hidangan yang ada di atas meja makan itu adalah masakan yang dibuat oleh Aira sendiri.
Walaupun menu makanannya sederhana seperti, sayur tumis, ikan pedas, soup tahu, tapi itu semua sangat enak bahkan hampir menyamai koki terkenal secara internasional.
"Aku tidak menyangka kalau kamu bisa masak makanan seenaknya ini Aira, apakah kamu bercita-cita ingin menjadi koki?"
"Tidak, ini hanya hobi aku karena adikku ini sangat buruk untuk membuat makanan"
"Moou...jangan bilang kayak gitu, kak Ar, Mita juga bisa masak"
"Ya masak air, telur dan mie instan, cuma itu, selebihnya adalah ramuan nenek sihir, jadi bisa kamu bayangkan, Shopia, bagaimana rasa dan bentuknya"
"Kak Ar jahat!!"
Mita langsung memukul pundak Aira berkali-kali dan Shopia melihat pertengkaran kedua saudara itu hanya tertawa pelan.
Dia tidak pernah mendapatkan hal seperti yang dilihatnya saat ini karena Shopia adalah anak tunggal. Dia juga menginginkannya seorang adik yang nantinya bisa bermain dan bertengkar bersama.
Beberapa saat kemudian, Mita kembali tenang dan menyantap makanan di atas meja makan itu, begitu juga dengan kedua lainya.
"Hei, kak Ar, apa benar kak Shopia bukan pacar kak Ar?"
Saat mendengar hal tersebut Shopia langsung kaget dan tersedak tahu. Dia cepat-cepat minum air putih. Shopia jadi teringat akan kejadian beberapa jam sebelumnya yang mana Mita melakukan interogasi pada dirinya tentang status hubungan dengan Aira.
***
"Kak Shopia, apa kakak pacarnya kak Ar?"
"Eh?"
Shopia langsung kaget mendengar hal tersebut yang mana dia tidak pernah memikirkan hal tersebut tentang hubungannya dengan Aira melebihi dari teman sekelas.
"Jawab yang jujur, apakah benar kalian berpacaran?"
"Kenapa kamu bisa berpikiran seperti itu, Mita"
"Ya...ini adalah pertama kalinya kak Ar mengajak seorang cewek ke rumah"
"Begitukah, apakah selama ini Aira benar-benar tidak pernah membawa seorang cewek ke rumah?"
Mita menganggukkan kepalanya lalu dia teringat sesuatu.
"Ah, kak Ar pernah membawa cewek ke rumah, tapi itu tidak termasuk hitungan karena dia adalah anak teman sahabat orang tua kami dan sering datang untuk bermain karena rumahnya dekat"
"Siapa itu?"
"Kak Laura, dia juga bersekolah di SMA Nusantara dan satu tingkat di atas kak Ar"
Shopia menganggukkan kepalanya dengan singkat karena dia tahu akan hal itu.
"Jadi apakah kak Shopia dan kak Ar tidak memiliki hubungan status pacaran?"
"Ya, kami adalah teman sekelas dan satu meja, tidak ada status pacaran"
Mita langsung terlihat kecewa mendengar perkataan dari itu.
"Ne...kak Shopia apa tidak mau berpacaran dengan kak Ar"
Shopia langsung terkejut mendengar ajakan to the point dari Mita. Namun sebelum menjawab, dia melihat kepala Mita dipukul pelan dengan sendok sayur.
"Jangan berkata aneh-aneh, masakan sudah siap, cepat bawa ke meja makan"
"Aduh...sakit kak Ar, bagaimana kalau otak aku akan rusak karena dipukul dan jadi bodoh"
Mita memegang atas kepalanya yang terasa sedikit sakit. Dia memandang Aira dengan mata yang basah karena menahan sakit di atas kepalanya.
"Tidak akan, malah itu akan membetulkan otak kamu yang sengklek itu, dah cepat bawa makanan di dapur ke meja makan, lalu kita makan malam"
Mita langsung pergi ke dapur dan membawa makanan yang sudah dimasak oleh Aira ke meja makan satu persatu.
"Kamu juga Shopia, lebih baik makan malam bersama kami, jemputan kamu juga belum datang"
"Eh? Aku boleh makan malam bersama kalian berdua"
"Tentu saja, untuk apa aku memasak banyak makanan, dah sana ke meja makan"
***
Shopia sudah dapat menghilangkan tersedak tahu itu sehingga dia dapat bernafas dengan normal.
"Mita, seperti yang dikatakan oleh Shopia tadi, aku dan dia hanya teman sekelas, tidak lebih"
"Eeee...tapi Mita sudah merasa senang saat melihat kak Shopia datang bersama dengan kak Ar. Mita merasa kalau kak Shopia cocok dengan..."
"Sudah.. jangan berpikiran aneh lagi, cepat selesaikan makan malam ini dengan tenang"
Mita hanya cemberut melihat Aira yang bersikap cuek dan dengan tenang menyantap makanannya.
"Ne, kak Shopia, apa benar kak Shopia tidak mau pacaran dengan kak Ar? Kak Shopia tidak akan rugi bila berpacaran dengan kak Ar karena...."
Mita terus mempromosikan Aira kepada Shopia tentang kelebihan dan juga kekurangannya walaupun tidak disebutkan semua kekurangan, bahkan dia sedikit melebih-lebihkan akan kelebihan dari Aira.
Shopia yang mendengar hal itu hanya diam dan tersenyum. Dia melihat Aira yang bersikap cuek akan perilaku adiknya yang sedang mempromosikan dirinya.
"Mita, kenapa kamu memaksakan aku dan Aira untuk pacaran? Apakah bila saat ini bukan aku yang datang, apakah kamu akan melakukan hal yang sama"
"Hmmm... mungkin ya, mungkin tidak, tapi yang pasti Mita memiliki penilaian sendiri terhadap pasangan kak Ar dan menurut insting adik yang menginginkan kakaknya bahagia, kak Shopia adalah orang yang cocok"
Shopia hanya tertawa pelan mendengar alasan dari Mita terutama bagian insting adik yang menginginkan kakaknya bahagia, itu adalah hal yang tidak pernah dia dengar sebelumnya.
"Jadi apakah kak Shopia benar-benar tidak mau pacaran dengan kak Ar"
Sekali lagi Shopia melihat ke arah Aira yang masih tetap dengan gaya cueknya dan Shopia tersenyum tipis.
"Ya, kita lihat kedepannya, bila memang ditakdirkan oleh Tuhan, maka apa yang kamu harapkan akan terjadi"
"Maka aku akan berdoa terus menerus agar harapan aku ini terjadi"
Shopia tertawa mendengar hal itu dan kemudian mereka berdua melanjutkan makan malamnya dengan santai, sesekali Shopia dan Mita saling mengobrol dan tertawa bersama.
Shopia merasa sudah memiliki seorang adik saat mengobrol dengan Mita yang sudah dekat dengannya.
Selesai makan malam mereka langsung ke tempat TV berada untuk menonton acara komedi di tv. Aira duduk sofa sedangkan Mita dan Shopia duduk di karpet.
Aira melihat Shopia dan Mita sudah menjadi lebih dekat bahkan mereka berdua terlihat tertawa bersama saat menonton acara komedi di tv itu. Aira hanya tersenyum melihat keakraban keduanya seperti adik dan kakak.
Beberapa saat kemudian, mobil jemputan Shopia telah tiba sehingga mereka langsung beranjak keluar untuk mengantar Shopia di depan pintu gerbang rumah.
"Terima kasih atas hari ini dan juga makan malamnya"
"Ya tidak masalah, aku juga senang karena adik aku bisa bersenang-senang dengan kamu"
Aira mengelus-elus kepala Mita yang berada di samping kanannya yang mana membuat adiknya itu terlihat senang dan tersenyum padanya.
"Aku iri dengan kamu Aira karena memiliki adik, sebenarnya aku juga ingin punya adik"
"Bila kamu mau, kamu bisa datang bermain kesini lagi dan bertemu dengan Mita ataupun mengajaknya jalan-jalan, itupun kalau Mita menginginkannya"
"Benarkah, apakah boleh seperti itu Mita?"
Mita menganggukkan kepalanya dengan senang dan tersenyum.
"Tentu saja, Mita juga sudah menganggap kak Shopia sebagai kakak Mita"
Shopia langsung merasa senang dan memeluk Mita dengan semangat sedangkan Aira hanya tersenyum senang melihat dua orang itu.
"Baiklah, aku akan sering-sering datang dan bermain dengan kamu dan jalan-jalan bersama"
Mereka berdua langsung bertukar kontak begitu juga dengan Aira yang bertukar kontak dengan Shopia.
Dia langsung memasuki mobil dan membuka jendela. Mobil itu mulai maju perlahan.
"Sampai jumpa lagi Mita, Aira, aku akan menelpon kamu, Mita, saat sudah sampai di rumah, kita akan mengobrol banyak hal"
"Iya kak Shopia"
Mobil yang dinaiki oleh Shopia mulai menjauh Aira dan Mita langsung masuk kedalam rumah dengan perasaan senang.
Sedangkan Shopia yang berada di dalam mobil juga merasa senang atas apa yang dialaminya saat ini.
Pengemudi mobil itu melihat cermin dalam mobil, tersenyum karena majikannya sedang bahagia.
"Sepertinya anda sedang merasa senang hari ini, nona Shopia?"
"Ya, Sebastian, aku hari ini merasa sangat senang"
"Hooo... apakah itu karena pemuda yang saya lihat tadi? Apakah itu pacar anda, nona Shopia?"
"Eh..bukan, tapi ya dia juga termasuk alasan aku merasa senang hari ini, tapi yang membuat aku lebih senang karena mendapatkan adik perempuan lucu dan imut"
"Hmmm... begitu ya, saya juga ikut senang bila anda senang tapi saya kira itu dikarenakan pemuda itu, padahal menurut saya pemuda itu pria yang bagus untuk nona Shopia"
Shopia langsung merasa bingung dengan perkataan Sebastian.
"Maksudnya?"
"Ah maafkan saya bila sudah lancang, tapi saya yang sudah banyak makan garam kehidupan ini, bisa merasakan kalau pemuda itu sudah terlihat berpikiran dewasa dari umurnya itu, mungkin dia sudah melalui berbagai rintangan sehingga dia menjadi lebih dewasa dari umurnya, sangat jarang ada pemuda seumuran dia bisa seperti itu di zaman sekarang, tapi ini hanya firasat saya saja"
"Begitukah, saya memang merasa kalau Aira memang berbeda dari remaja laki-laki yang pernah aku temui dan berinteraksi, dia terlihat sudah berpikir lebih jauh dan menetapkan tujuan hidupnya..."
Shopia terus membicarakan Aira tentang berbagai hal pada Sebastian dan itu membuat pria tua itu kembali tersenyum.
"Ini pertama kalinya saya mendengar nona membicarakan seorang laki dengan sangat panjang, apakah nona tertarik dengan pemuda yang bernama Aira itu?"
"Eh...? Itu..."
"Hahaha, betapa indahnya masa muda, ini hanya saran dari saya, nona lebih baik mengambil sikap pada lelaki itu bila memang tertarik karena tidak ada ruginya untuk nona bila berpacaran dengan lelaki itu, tapi itu hanya saran saya, saya akan mendukung apapun keputusan nona"
Setelah itu tidak ada pembicaraan lagi dan Shopia melihat pemandangan kota di malam hari yang begitu banyak lampu warna warni.
Dia mulai berpikir secara mendalam tentang apa yang dikatakan oleh Sebastian tentang apakah dia memang tertarik dengan Aira.
****
Tiga hari telah berlalu dan selama tiga hari itu Shopia banyak menghabiskan waktu dengan Mita dan sering berkunjung ke rumah Aira untuk bertemu dengan Mita.
Hubungan Aira dan Shopia juga terlihat lebih dekat dari sebelumnya, namun masih dalam tahap pertemanan.
Dia tidak berpikiran untuk menjalani kehidupan romantis karena saat ini Aira hanya berpikir untuk membahagiakan adiknya itu.
Kebahagiaan yang dimilikinya hanya melihat adiknya dapat tumbuh dewasa, menjadi mandiri dan membentuk keluarga kecil sendiri dengan pasangan yang ditakdirkan oleh Tuhan untuk adiknya itu.
Bel pulang sekolah telah berbunyi sehingga Aira dengan cepat mengemasi barang-barangnya untuk dimasukkan kedalam tas.
"Aira, hari ini aku ingin jalan-jalan dengan Mita, apakah boleh?"
"Tentu, itu kalau Mita menginginkannya, kalian mau jalan-jalan kemana?"
Shopia menjelaskan rencananya yang berpergian dengan Mita pada Aira. Lelaki itu menganggukkan kepalanya secara singkat.
"Baiklah, tapi jangan melebihi jam 10, karena dia masih harus sekolah besoknya"
"Oke, tenang aja, aku tahu, aku akan mengabarkannya dan menjemputnya di sekolah sekarang, apa kamu mau ikut juga?"
"Tidak, aku ada yang mau aku kerjakan di rumah"
"Baiklah"
Shopia langsung beranjak dari tempat duduknya dan keluar kelas meninggalkan Aira yang masih sibuk dengan barang-barangnya untuk dimasukkan ke dalam tas.
Selagi dia mengemasi barang-barangnya, beberapa orang mendekati Aira dan langsung mengembrak meja dengan sangat keras.
Aira melihat orang yang mengebrak itu adalah orang itu namun dia tidak tahu namanya dan baru pertamakali melihatnya. Dia bukan orang satu kelas dengannya.
"Hei, orang miskin, kami lihat beberapa hari ini kamu sangat dekat dengan Shopia"
Salah satu orang dari orang-orang itu yang merupakan pria dan juga yang mengebrak meja menatap Aira dengan pandangan kebencian dan merendahkan.
"Memang, dia kan duduk disamping aku dan kami berdua berbagi meja, tentu saja dekat, apa kamu bodoh?"
"Kamu!!!"
Pria itu langsung menarik kerah kemeja Aira yang membuat dia berdiri dengan kasar dan beberapa barang-barangnya jatuh berantakan.
Aira hanya memasang wajah datar melihat keangkuhan pria itu dan juga orang-orang yang bersamanya.
"Aku peringatkan padamu, jangan pernah dekat lagi dengan Shopia, ini adalah peringatan terakhir untuk kamu!!"
Aira tetap memasang wajah datarnya dia tidak merasa takut dengan pria itu yang dianggapnya hanyalah seorang bocah manja.
"Huhh..kamu siapa? Apa hak kamu mengatur aku dan Shopia? Apakah kamu adalah ayahnya, kakaknya?"
"Kamu!!!"
Pria itu langsung memukuli Aira yang membuat dia langsung terduduk di bangku dan punggungnya terbentur dengan dinding. Pada mulut Aira mengeluarkan cairan merah, yang mana bibir mengalami robek sedikit akibat pukulan itu.
Dia menghilangkan darah di bibirnya dengan tangannya sambil menatap datar pada bocah yang memukulinya itu.
Bila saja dia masih memiliki sifat seperti dulu sebelum ayah dan ibunya meninggal dunia, maka dia akan langsung membalasnya dan menghajar sampai bocah itu tidak sadarkan diri.
Namun sekarang dia dapat berpikir jernih bahwa hanya membuang waktu untuk membalas tindakan bocah yang ada dihadapannya itu dan juga kedepannya akan mendapatkan masalah yang lebih panjang.
Aira hanya tersenyum sinis melihat bocah yang ada dihadapannya itu dan itu membuat bocah itu menjadi sangat marah dan ingin memukuli Aira lagi, namun segera ditahan oleh teman-temannya.
"Disini banyak orang yang melihat, bagaimana kalau mereka ada yang melaporkan dan memanggil guru tentang hal ini, kamu baru saja selesai menjalani skorsing dan bila mendapatkan hukuman lagi hanya karena anak miskin ini maka ayahmu akan benar-benar menghajar kamu"
Bocah itu langsung mengurungkan niatnya untuk menghajar Aira dan memberikan ancaman padanya, lalu langsung pergi dengan mengancam orang yang ada dalam kelas itu agar tidak ada yang melaporkan pada guru.
Aira langsung mengambil semua barang-barangnya yang jatuh kelantai dan memasukkan kedalam tas. Dia mengacuhkan pandangan orang-orang sekelasnya yang menatap dirinya atas kejadian itu.
"Alice"
Aira memanggil Alice dalam pikirannya, lalu sebuah layar holografik muncul di depan Aira.
"Ya, kak Ar"
Alice terlihat memasang ekspresi wajah khawatir melihat bekas darah yang keluar dari bibir Aira.
"Apakah kamu melihat bocah itu dan teman-temannya"
"Tentu kak Ar, aku sangat marah pada mereka yang berani melukai kak Ar"
"Terima kasih tapi aku ingin kamu mencari tahu tentang mereka semua, seluruhnya, apakah kamu bisa?"
"Tentu saja aku bisa, kak Ar, apakah kak Ar ingin membalas dendam pada mereka atas perlakuan tadi, aku akan menyebarkan semua yang buruk tentang mereka di seluruh sosial media bahkan video kejadian tadi akan aku kirim ke komputer seluruh sekolah, kementerian pendidikan, polisi, bahkan ke presiden, agar mereka mendapatkan hukuman atas perlakuannya itu"
Aira hanya tersenyum tipis melihat apa yang dilakukan oleh Alice untuknya.
"Tidak usah, aku hanya ingin tahu siapa mereka, itu saja"
"Baiklah, kalau itu kemauan kak Ar, berikan aku beberapa jam untuk mencari tahu tentang mereka secara menyeluruh"
Layar yang menampilkan Alice langsung menghilang dan Aira juga sudah selesai dengan memasukkan semua barang-barangnya ke dalam tas.
Dia langsung pergi dari tempat itu, mengacuhkan pandangan orang sekelasnya yang melihatnya dengan berbagai ekspresi.
Sesampai di rumah, Aira telah mendapatkan pemberitahuan bahwa Alice telah mendapatkan informasi secara keseluruhan tentang orang yang memukul dirinya di sekolah berserta teman-temannya.
Dia memuji kecepatan Alice yang telah melakukan hal itu. Sambil berjalan masuk ke dalam rumah, Aira menerus semua informasi yang telah didapatkan oleh Alice dan mendapatkan kesimpulan kalau orang-orang itu adalah anak dari keluarga yang memiliki nama besar di Indonesia.
Selain itu mereka juga tergabung dalam klub party rahasia para Scwein bersaudara. Aira melihat ada sebuah video dalam laporan itu dan dia membukannya.
"Ah~ ah~ yes~ terus~"
"Hahaha, apakah kamu menyukainya, jalang!?"
"Ya~lebih keras"
Aira sempat terkejut melihat video itu karena itu adalah video sebuah adegan dewasa. Dia langsung menutup video itu dengan cepat.
Aira merasa beruntung karena video itu hanya dia yang bisa lihat dan mendengarkan suaranya. saat ini dia berada di luar rumah sehingga bila suara itu bisa didengarkan oleh orang lain maka itu akan membuat dirinya sangat malu.
"Apa mereka sudah gila? Untuk apa merekam adegan itu? Apa orang itu ingin menjadi bintang porno sehingga ini dijadikan bahan tambahan dalam pelamaran? Benar-benar sudah gila"
Aira langsung masuk kedalam kamarnya dan langsung memindahkan file yang berisi indentitas itu ke dalam komputernya dengan bantuan dari Alice.
Dia juga memberikan pengamanan tingkat tinggi dalam file itu sehingga tidak ada yang bisa membukanya.
"Alice"
"Ya kak Ar"
"Bagaimana dengan belajarnya?"
"Saat ini sudah mencapai 35%"
"Bagus, apakah kamu bisa membantu aku untuk membuat aplikasi"
"Tentu kak Ar, aplikasi apa yang ingin anda buat?"
"Aplikasi optimal kecepatan kerja smartphone"
"Oke, kapan mulai membuatnya?"
"Sekarang"
Aira langsung mengetik di komputernya beberapa kode dengan menggunakan bahasa pemrograman pyhton yang memang sering digunakan untuk membuat aplikasi, namun baru beberapa detik Alice memberikan saran pada Aira.
"Kak Ar, bagaimana kalau kita membuat bahasa pemrograman original milik kita sendiri?"
"Hah? Aku belum sampai pada tahap itu, jadi tidak mungkin aku bisa melakukannya"
"Hahaha tenang saja, kak Ar kan ada aku, AI paling hebat, jadi aku bisa melakukannya"
"Apakah kamu yakin bisa?"
"Tentu saja, percayalah padaku aku"
"Baiklah, kamu buatkan dulu nanti akan aku lihat bahasa pemrograman yang kamu buat, untuk awal buat optimalnya sebesar 10 persen lebih tinggi dari aplikasi optimal yang pernah ada, bila sudah beritahu padaku"
"Serahkan padaku"
Alice langsung hilang dari pandangan Aira. Dia langsung mematikan komputernya dan menuju ke tempat tidur untuk berbaring sambil melihat film yang lagi populer secara streaming.
"Betapa nyamannya memiliki kemampuan ini"
Tanpa terasa waktu berlalu dengan cepat. Jam di dinding telah menujukan pukul 5 sore. Aira langsung bangun dari tempat tidurnya keluar dari kamarnya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Lima menit yang dibutuhkan Aira untuk menghabiskan waktu di kamar mandi, dia langsung keluar dari kamar mandi itu dan secara bersamaan pintu utama rumah terbuka.
Aira melihat kalau itu adalah Mita dan Shopia. Dia berjalan mendekati mereka, namun yang terjadi adalah tidak seperti yang dipikirkannya.
"Kyaa!!"
Shopia langsung berbalik dengan wajahnya yang sangat merah.
"Eh...ada apa??"
"Kak Ar, bodoh, kenapa hanya memakai handuk, cepat sana masuk dan pakai pakaian, dasar kak Ar mesum"
Aira baru menyadari kalau dia hanya memakai handuk yang menutupi bagian bawah perutnya.
"Ah..aku lupa, maaf"
Aira langsung berjalan dengan sedikit cepat menuju ke kamarnya dan memakai pakaian kasual secara sempurna.
Sedangkan Shopia bergumam dengan wajah sangat merah.
"Aku melihat lelaki telanjang, uhh... betapa memalukan..."
"Kak Shopia..."
"Kyaa!"
Shopia terkejut saat punggungnya disentuh oleh Mita sehingga dia berteriak lagi.
"Eh, Mita, jangan kaget kan aku"
"Maaf, Maaf, kak Ar sudah tidak ada lagi"
Dia langsung melihat kalau memang Aira sudah tidak ada lagi dipandangnya. Namun wajahnya kembali memerah saat mengingat kejadian yang terjadi beberapa menit lalu.
"Hehehehe... bagaimana kak Shopia, tubuh kak Ar baguskan?"
"Eh? Itu.."
"Apakah kak Shopia ingin mennyen... aduh!"
Aira yang sudah berada dibelakang Mita langsung memukul kepalanya dengan pelan.
"Jangan mengatakan hal yang aneh-aneh"
"Huuuuu...sakit kak"
"Itu hukuman untuk kamu dan Shopia maafkan aku tentang yang tadi"
"Eh? Ya... tidak apa...aku juga salah tadi karena masuk tiba-tiba"
"Selagi suasana canggung itu berlangsung secara tiba-tiba ada orang yang membuka pintu rumah lagi.
"Spada, Mi-chan, Ar-chan aku datang bermain sekaligus ingin ma...ada apa ini? Kenapa suasana menjadi suram"
Laura datang dengan wajah gembira dan berpose seperti tokoh heroine anime yang disukainya, namun dia langsung menjadi bingung akan suasana yang terasa suram, terlebih dia melihat seorang yang tidak dikenalnya.
"Laura nee-chan!"
Mita langsung mendekati Laura dan berbisik menceritakan apa yang terjadi. Laura langsung tersenyum tipis mendengar hal yang dikatakan oleh Mita.
Laura langsung menepuk tangannya dan mendorong Shopia menuju ke kamar Mita.
"Eh..ada apa ini?"
Shopia terkejut karena punggungnya di didorong oleh Laura dan Mita menarik tangan kanannya.
Saat Shopia sudah masuk ke kamar Mita, Laura langsung melarang Aira untuk menguping karena ini adalah pembicaraan suci sesama perempuan.
"Kamu buat makan malam aja, Ar-chan, dan ingat jangan nguping, ini adalah pembicaraan suci bagi perempuan"
Pintu langsung di tutup sedangkan Aira hanya menggaruk-garuk kepala belakangnya karena bingung.
"Aku tidak mengerti jalan pikiran perempuan, benar kata papa kalau perempuan itu merupakan makhluk yang sangat misterius dan susah untuk ditebak"
Aira langsung menuju ke dapur untuk menyiapkan makan malam. Sesampai disana dia membuka kulkas, melihat apa yang bisa dibuat untuk makan malam.
"Hmmm..ada ayam dan ikan, lebih baik aku masak ayam kuah saja"
Aira langsung mengambil beberapa potong ayam dan langsung menaruhnya ke dalam sebuah wadah yang telah dia sediakan. Aira memasak makanan sambil bersiul senang.