Chapter 2 - 2

Chapter 2

Secercah sinar matahari menyinari bangunan sekolah sma Saitama. Angin yang berhembus membawa udara panas menerpa wajahku. Hal ini wajar karena saat ini sedang berlangsung musim panas di Jepang.

Aku yang mengendarai sepeda saja masih merasakan panas walaupun angin berhembus lebih kencang saat aku mengayuh sepeda ku.

Sesampai di depan gerbang sekolah aku melihat kalau Fujiwara sensei sedang berbicara dengan orang asing.

Aku mengetahui kalau orang yang berbicara dengan Fujiwara sensei itu orang asing karena orang itu menggunakan bahasa Inggris dalam percakapannya.

Sedangkan Fujiwara sensei kan gak bisa berbahasa Inggris. Aku hanya bisa tertawa melihat kebingungan Fujiwara sensei karena biasanya dia berwajah seram, selalu menatap kami seperti akan menerkam.

Bila dia melihat ada kesalahan ataupun melanggar aturan sekolah maka pedang bambu tersebut akan melayang di tubuh siswa yang melakukan pelanggaran tersebut, ditambah dengan ceramah panjangnya.

Sekarang aku melihat dia sedang kebingungan karena orang asing itu. Kapan lagi aku bisa melihat wajah panik dari sensei menakutkan itu.

Tapi sepertinya pertolongan dari dewa datang padanya karena Fujiwara sensei memanggil Yamada yang kebetulan lewat disana. Yamada langsung berbicara dengan orang asing tersebut.

Aku melihat Yamada dengan santai berbicara pada orang asing tersebut dan itu wajar karena Yamada bisa bahasa Inggris.

Walaupun begitu aku merasa penasaran dengan orang asing tersebut karena di tasnya ada lambang sekolah Saitama.

"Apakah dia murid pindahan ke sekolah ini, tapi kenapa baru pindah sekarang, kenapa tidak menunggu sampai semester dua tiba. Bukankah ini sudah sangat terlambat untuk menjadi murid pindahan. Ya apapun itu, bukan urusanku"

Aku segera melanjutkan langkah kakiku menuju gedung sekolah dengan cepat karena Fujiwara sensei sudah memasang ekspresi sangar dengan mata elangnya yang menatap para siswa melewati gerbang sekolah.

"Yukari-chan, ohayo"

Aku langsung menoleh ke suara yang memanggil namaku dari belakang.

"Mio-chan, ohayo"

Teman dekat aku sejak SMP berlari pelan mendekati aku. Dia memiliki tubuh yang ramping dan kaki yang sedikit panjang dengan kulit putih seputih susu dan rambut panjang ikalnya yang dibiarkan terurai begitu saja.

Selain memiliki perawakan yang membuat para lelaki berbagai usia jatuh hati padanya saat memandangi, dia juga memiliki kecerdasan yang melebihi dari aku karena dia ranking satu untuk seluruh siswa kelas satu.

Intinya dia sangat berbeda dengan aku yang hanya biasa-biasa saja.

Setelah sampai di samping aku, kami berdua langsung berjalan bersama menuju ke gedung sekolah.

Kami berbicara tentang berbagai hal dan saat itu aku menyadari beberapa tatapan siswa laki-laki menatap ke arah kami, lebih tepatnya adalah ke arah Mio.

Kami berdua langsung menuju ke loker sepatu untuk mengganti sepatu kami dengan uwabaki. Setelah itu langsung naik tangga menuju lantai tiga yang mana kelas kami berada, yakni kelas 1-3.

Dalam menaiki anak tangga satu persatu itu, aku sempat berpikir kenapa kelas satu harus berada di lantai tiga kenapa tidak digabungkan saja di lantai 2 bersama dengan kelas dua.

"Juga kenapa bangunan ini harus berlantai tiga seharusnya dua saja sudah cukup karena tidak banyak juga murid di sekolah ini, kalau harus lantai tiga, buatkan lift agar lebih mudah untuk sampai ke lantai 3 tanpa perlu capek-capek naik tangga"

Aku terus mengeluarkan keluhan ku dan Mio sepertinya hanya menjadi pendengar setia atas keluhan ku ini.

Beberapa saat kemudian kami pun sampai di kelas kami dan sudah banyak teman kelasku yang datang.

"Minasan Ohayo"

Aku menyapa teman kelasku dan mereka juga membalas sapaan ku. Aku dan Mio langsung menuju ke kursi masing-masing yang memang bersebelahan.

Aku mendapatkan kursi di pinggir jendela dan itu membuat aku senang karena bisa melihat langit saat aku merasa bosan dengan pelajaran.

"Ne..Yukari, apa kamu sudah mengerjakan tugas rumah sastra Jepang.." ujar Mio saat kami sudah duduk di kursi masing-masing.

"Ehh...ada tugas....?"

Aku hanya bisa memiringkan kepalaku karena perkataan dari Mio.

"Jangan bilang kamu lupa, padahal aku sudah memberitahu kamu malam tadi"

"Hehehe... sepertinya aku lupa lagi... jadi bisakah aku lihat punyamu"

Aku melihat Mio langsung menaikkan satu alisnya ke atas dan dia membuang mukanya.

"Tidak, kali ini aku tidak akan memberikannya"

"Oh.. ayolah...bantu aku kali ini aja, besok aku tidak akan lupa lagi, janji!"

"Sudah berapa kali kamu berjanji seperti itu, kali ini aku tidak akan membantu kamu"

"Ukhhh.. Mio-chan jahat... apa kamu tidak sayang lagi sama aku"

Aku langsung melakukan tingkah laku seperti anak kecil yang sedang sedih. Biasanya aku melakukan seperti ini orang-orang akan menuruti perkataan ku.

"Aku tidak akan terpengaruh walaupun kamu melakukan hal seperti itu, ini adalah pembelajaran bagi mu, Yukari-chan, agar tidak melakukan kesalahan yang sama terus menerus"

"Mio-chan, kamu pelit!"

Aku melihat Mio bersikap acuh terhadap ejekan ku. Aku pun mengeluarkan buku sastra Jepang dan juga buku tulis untuk mengerjakan tugas tersebut namun saat itu seseorang memasuki kelas dengan membuat kehebohan.

"Hei kalian, aku punya informasi yang hot"

Aku yang mendengar itu langsung tertarik dan penasaran sehingga membuat aku melupakan tugas sastra Jepang dan mendekati orang tersebut. Begitu juga dengan teman-teman kelas ku lainya.

"Informasi apa itu, cepat katakan, Yamada-san?"

Yamada pun langsung menuju ke bagian tengah papan tulis yang mana disana ada podium kecil.

"Sekolah kita akan mendapatkan murid asing dan dia berasal dari Indonesia"

Aku yang mendengar itu langsung teringat dengan kejadian saat di pintu gerbang sekolah dimana sensei Fujiwara terlihat kebingungan berbicara dengan seseorang yang menggunakan bahasa Inggris.

"Ne.... Mio-chan, Indonesia itu negara yang ada di benua Afrika ya?"

"Hahaha, bukan, itu negara yang berada di Asia tenggara yang terdiri banyak pulau"

"Ohhhh, aku baru mendengarnya ada negara dengan nama seperti itu"

"Makanya, kalau Nakamura sensei jelaskan jangan melamun atau tidur"

Aku hanya tertawa pelan aja mendengar perkataan Mio.

"jadi Murid asing itu cowok atau cewek? Aku sih berharap, cowok " Ujar salah satu siswi dan itu dianggukan oleh teman-temannya.

"Tidak, pasti cewek, kalau cewek akan aku pacari dia, hehehe" ujar salah satu siswa.

"Mimpi, tampang monyet seperti kamu itu mana ada yang mau, ha-ha-ha" ujar siswa lainnya.

"Jadi yang mana ini Yamada, cewek atau cowok" ujar siswi lainnya.

Aku melihat wajah Yamada terlihat kecewa.

"Sayang sekali, dia cowok"

Saat itu para siswi terlihat sangat senang sedangkan para siswa langsung terlihat kecewa dan mereka tidak lagi peduli akan murid asing tersebut, mereka kembali pada urusan masing-masing sedangkan para siswi terlihat masih tertarik dan bertanya-tanya pada Yamada sampai bel sekolah berbunyi.

Aku yang masih penasaran dengannya langsung bertanya pada Yamada tentang alasan kepindahan murid asing itu di bulan Juni ini yang sudah sangat telat untuk ada murid pindahan. Seharusnya tunggu sampai semester dua dimulai.

Namun baru saja Yamada akan menjelaskan, bel sekolah berbunyi. Sehingga dia tidak jadi menjelaskan tentang hal tersebut.

Beberapa saat kemudian Sato sensei yang merupakan wali kelas 1-3 masuk dan berdiri di depan podium.

Beberapa siswa menggoda sensei Sato dengan bercanda dan itu ditanggapi dengan tingkah lucu darinya.

Sensei Sato memiliki tubuh yang pendek daripada sensei perempuan lainnya. tapi setidaknya dia lebih tinggi beberapa centi dari aku.

Namun dengan tingginya segitu dia memiliki wajah yang imut dan tingkah yang lucu atas kecerobohannya sendiri sehingga kami sering menggodanya.

Walaupun begitu, Sato sensei adalah orang yang ramah dan bertanggung jawab sebagai sensei sehingga membuat dia menjadi sangat populer dikalangan para murid sekolah Saitama.

Ketua kelas langsung memimpin untuk mengucapkan salam pada Sato sensei dengan berdiri, menundukkan kepala secara singkat, dan setelah itu duduk kembali.

Sato sensei melakukan absensi pada kami semua dan hanya satu orang yang tidak hadir.

Ini sudah menjadi suatu hal yang biasa karena dari hari pertama sekolah sampai sekarang orang tersebut belum pernah masuk, aku hanya mengetahui namanya saja, yakni Kudo Shinichi.

"Semuanya, dengarkan, sensei punya kabar bagus untuk kalian semuanya..."

"Apa sensei akan menikah?" Ujar salah satu siswa.

"Ehh..itu..belum.. saat ini sensei belum mendapatkan....eh..kenapa juga aku harus menjawab pertanyaan itu!"

Aku dan para teman kelasku pada ketawa saat melihat tingkah sensei tersebut.

"Muuuu... baiklah, tenang semuanya, saat ini kita akan mendapatkan teman baru, teman baru ini bukan teman biasa karena dia...."

"Apakah dia orang asing, sensei" ujar seorang siswi.

"Ehh... bagaimana kamu bisa tahu?"

"Yamada baru saja memberitahu pada kami" ujar siswi tersebut

"Buuuu... Yamada kamu merusak suprise ini"

"Hehehe... Maaf sensei"

"Hahhhh... sudahlah, sensei akan hadirkan orangnya"

Sensei Sato pun langsung memberikan tanda pada seseorang di luar kelas dan orang tersebut langsung masuk.

Aku melihat orang tersebut memiliki kulit yang sedikit gelap dengan rambut pendek ikal, tingginya mungkin sekitar 170 cm. Tubuhku juga terlihat tegap dan atletis, apakah dia sering berolahraga sehingga mendapatkan tubuh seperti itu.

"Hei Mio-chan, dia yang tadi aku lihat di depan pintu gerbang yang membuat Fujiwara sensei kerepotan karena orang asing itu menggunakan bahasa Inggris"

"Benarkah? kamu sangat beruntung bisa melihat Fujiwara sensei seperti itu, selama ini kita kan pada ketakutan melihat dirinya yang selalu membawa pedang shinai sambil menatap kita dengan mata elangnya bahkan kita belum pernah melihat dia memasang ekspresi senyum sama sekali, kamu sangat beruntung, Yukari-chan"

Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan tersenyum senang. Kembali ke orang asing yang berdiri di depan, Sato sensei meminta dia untuk memperkenalkan diri.

Orang asing itu mulai memperkenalkan dirinya dan tentu saja dengan bahasa Inggris yang membuat aku tidak mengerti apa yang dikatakannya.

"Hei, Mio-chan kamu tahu apa yang dikatakan orang asing itu?"

"Sedikit.."

Kamu memang bisa diharapkan

Mio. Mio memang lebih pintar dari aku dalam soal akademi, namun bila itu dalam hal music maka aku sangat percaya diri dengan kemampuan bermain gitar

"Tolong beritahu aku, apa yang dikatakannya"

"Tsk.. makanya belajar yang rajin, dia menyebutkan namanya adalah Aira Syahputra, dia tinggal di tempat teman orang tuanya dan dia baru pertama kali ke Jepang sehingga dia belum terlalu fasih dalam bahasa Jepang, itu saja yang aku mengerti sisanya aku tidak tahu"

Beberapa saat kemudian sesi perkenalan darinya sudah selesai, Sato sensei menjelaskan kalau orang asing sebenarnya sudah mendaftar dalam penerimaan murid baru tapi karena di negaranya tahun ajarannya selesai di bulan Juni sehingga baru masuk sekarang ini.

Namun setelah di lakukan tes ulang untuk masuk ke dalam sekolah ini ternyata memenuhi syarat sehingga bisa di terima di sekolah ini.

Setelah menjelaskan hal tersebut Sato sensei memberitahu tempat duduk pada orang asing tersebut yang mana tempat duduknya berada di belakang aku.

Orang asing itu langsung melangkahkan kakinya menuju ke arahku sambil menyapa orang yang di lewatinya dengan senyumannya yang membuat para siswi berteriak histeris. Aku tidak tahu mengapa mereka bisa berteriak histeris seperti itu.

Saat dia berpapasan dengan aku, orang asing itu juga tersenyum padaku yang aku lihat hanya senyuman biasa saja.

Namun aku juga memberikan senyuman pada orang asing tersebut yang membuat dia sedikit kaget. Aku tidak tahu mengapa dia bisa kaget seperti itu.

Dia langsung pergi meninggalkan aku, menuju ke kursinya yang berada di belakang aku.

Saat itu entah kenapa aku memiliki firasat kalau dia dan aku akan menjadi sangat dekat kedepannya.

Aku membalikkan badan ku dan memperkenalkan diriku padanya.

"Hai..aku Yukari Saika"

"Aku Aira Syahputra, salam kenal dan mohon bantuannya"

Saat aku ingin mengobrol dengan orang asing itu, Sato sensei telah menegur aku agar melihat ke depan, sehingga aku terpaksa langsung memposisikan duduk seperti semula.

Waktu pun berlalu dengan cepat, jam untuk pelajaran sastra Jepang selesai. Sensei Sato memberikan tugas khusus pada orang asing tersebut agar dia bisa cepat berbahasa Jepang dengan fasih.

Aku juga mendapatkan tugas tambahan karena tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh Sato sensei kemarin.

Aku hanya bisa memasang wajah cemberut karena mendapatkan tugas tersebut. Mio-chan hanya bisa tertawa pelan melihat aku yang cemberut.

Beberapa saat kemudian Kawasaki sensei memasuki kelas yang menandakan sudah tiba waktunya pelajaran yang paling aku benci dimulai yakni matematika.

Kawasaki sensei sering memberikan soal di setiap akhir pelajarannya dan murid yang ditunjuk harus bisa menjawabnya kalau tidak maka diberikan tugas rumah yang banyak untuk semua murid di kelas tersebut.

Seperti saat ini, aku juga lupa mengerjakannya tugas rumah tersebut sehingga aku mendapatkan hukuman dengan mengerjakan tugas rumah kemarin dengan ditambah beberapa soal lagi.

Kawasaki sensei biasanya akan menunjuk salah satu siswa agar maju kedepan dan menjawab soal yang diberikannya tersebut.

Bagi yang siswa yang terpilih tersebut adalah harapan bagi yang lain untuk bebas dari tugas rumah. Namun itu juga menjadi kutukan yakni di benci oleh satu kelas karena gagal menjawab soal tersebut.

Aku berharap hari ini bukan aku yang ditunjuk oleh Kawasaki sensei karena pasti aku tidak bisa menjawab soal tersebut dan semua teman kelasku akan menyalahkan aku dan membenci aku selama beberapa hari kedepannya.

Aku merasakan waktu di hari ini berjalan lebih cepat dari hari sebelumnya karena jam pelajaran kedua sudah hampir selesai.

Saat itu juga sensei Kawasaki sudah selesai menuliskan soal di papan tulis dan dia menatap kami yang semuanya memalingkan muka ke berbagai arah.

Saat ini kami seperti memiliki satu pikiran yakni menghindari tatapan sensei Kawasaki agar tidak di tunjuk olehnya.

Aku juga menundukkan kepala dan berdoa pada dewa agar bukan aku yang dipilih.

"Baiklah, siapa yang akan menjadi pahlawan di kelas ini...."

"Oh dewa...jangan aku..jangan aku.... tolong..jangan aku yang ditunjuk"

"Hmmmm....ah..kamu..."

Aku pun langsung mengangkat wajahku tegak dan melihat jari telunjuk Kawasaki sensei ke arah aku. Aku langsung pasrah dan lemas karena dewa tidak mendengarkan permohonan ku.

"S-saya sensei?"

Aku mencoba untuk memastikan apakah jari telunjuk tersebut memang diarahkan ke aku atau bukan. Aku berharap itu bukan aku, tapi orang di depanku karena dia masih lebih pintar dari aku.

"Bukan, kamu, Saika-san, tapi orang dibelakang kamu"

Aku langsung merasa senang karena bukan aku yang dipilih tapi juga langsung merasa khawatir tentang orang asing dibelakang ku ini.

"Apakah dia bisa menjawab soal dari sensei Kawasaki itu, karena soalnya itu merupakan soal dengan tingkat yang sama di pelajari oleh mahasiswa universitas Tokyo" ujar aku dalam pikiranku.

Aku tidak tahu mengapa Kawasaki sensei memberikan soal dengan tingkat yang sangat susah bahkan mungkin para mahasiswa universitas Tokyo juga belum tentu bisa menjawabnya.

Apakah sensei sengaja memberikan soal seperti itu agar bisa menyiksa kami dengan tugas rumah yang begitu banyaknya.

"Kamu murid baru kan? Jadi aku ingin kamu menjawab soal di depan sebagai hadiah penyambutan dari saya karena bersekolah disini"

"Apa!! Hadiah penyambutan, itu bukan hadiah, sensei, tapi lebih tepatnya hukuman. Bagaimana kalau orang asing ini tidak bisa menjawab, maka dia pasti akan dibenci oleh seluruh kelas ini" ujar aku dalam pikiranku.

Apakah sensei Kawasaki tidak punya hati, orang asing ini kan baru saja masuk hari ini dan di hari pertama sudah dimusuhi satu kelas karena tidak bisa menjawab.

Orang asing tersebut langsung berdiri karena di tunjuk oleh Kawasaki sensei dan berjalan ke depan dengan santai.

Aku dan yang lainnya menatapnya dan memohon agar dia bisa menjawab soal tersebut karena belum ada yang berhasil menjawab soal yang dibuat oleh Kawasaki sensei sampai sekarang.

Menurutku itu wajar karena kami ini masih kelas satu sma tapi diminta untuk menjawab soal dengan tingkat universitas, itu tidak mungkin bisa.

Aku melihat orang asing itu mengambil spidol yang diberikan oleh sensei Kawasaki dan berdiri di depan papan tulis. Dia berdiri termenung di depan papan tulis itu tanpa berbuat apa apa.

Aku yang melihat itu pun sudah pasrah karena menduga orang asing itu tidak akan bisa menjawab soal tersebut.

Sama seperti sebelumnya yang hanya bisa berdiri mematung di depan papan tulis sampai bel berbunyi dan kami akan mendapatkan tugas yang banyak.

Namun, tiba-tiba, tangan kanan orang asing itu mulai digerakkan dan dia mulai menjawab soal tersebut dengan menuliskan beberapa rumus.

Kawasaki sensei hanya melihat orang asing itu mulai menuliskan beberapa rumusnya dari belakang samping kanan, lalu melihat ke buku yang dipegangnya.

Ini adalah suatu kemajuan dimana seorang siswa mulai menulis jawaban soal tersebut, sebelumnya belum ada yang menggerakkan tangan dan menulis rumus untuk menjawab soal tersebut.

Kawasaki sensei melihat bukunya untuk melihat apakah yang dituliskan oleh orang asing itu benar atau tidak. Dia berkali-kali melihat buku lalu melihat papan tulisnya.

Setelah beberapa saat kemudian orang asing itu menyudahi tulisannya dengan menutup sebuah garis horizontal dua dibawa tulisan akhir.

Dia menatap Kawasaki sensei yang mungkin untuk memastikan apakah jawabannya benar atau tidak.

"Ummm.... hasilnya memang sesuai tapi rumus yang kamu gunakan lebih simpel dan singkat daripada di buku ini, walaupun begitu kamu berhasil menjawabnya, selamat"

Kami semua bersorak dengan gembira karena untuk pertama kalinya kami tidak mendapatkan tugas rumah dari Kawasaki sensei. Walaupun aku masih harus mengerjakan tugas rumah kemarin dengan tambahan beberapa soal tapi tetap aja hal ini perlu dirayakan.

"Kalian!? apakah segitu senangnya tidak mendapatkan tugas dari sensei? Sensei jadi sedih melihatnya, selanjutnya sensei akan kasih soal yang lebih sulit dari ini"

Saat itu semuanya kembali terdiam dan hanya mendengar suara bel berbunyi yang menandakan jam kedua sudah berakhir.

Kawasaki sensei langsung keluar dengan wajah senang melihat tatapan kami yang sudah kehilangan roh.

"Tidakkkkkk!!!" Ujar aku dan para siswa kelas 1-3 lainnya.

Beberapa saat kemudian jam pelajaran ketiga pun dimulai, yakni pelajaran sejarah Jepang.

Pelajaran berlangsung dengan lancar dan membosankan sehingga aku hanya melamun melihat ke langit. Aku sangat menyukai melihat langit dengan cuaca cerah seperti sekarang ini.

Namun aku lebih menyukai melihat langit saat malam hari karena bintang-bintang bertaburan menghiasi langit malam hari.

Saat aku lagi berada di dunia lamunanku sendiri, tiba-tiba atas kepalaku terasa dihantam oleh sesuatu.

"Ittai...!!"

Aku memegang atas kepala yang dihantam tersebut dan melihat ada Sasaki sensei yang telah memukul kepalaku dengan bukunya dan menatap aku dengan wajah garangnya.

Aku hanya meringis tertawa melihat ekspresi wajahnya tersebut.

"Saika-san, dimana lokasi perang sekigahara terjadi?"

"Ehhh...itu...di... Jepang, sensei"

Saat aku mengatakan hal tersebut semua teman kelasku langsung tertawa, sedangkan Sasaki sensei hanya menggelengkan kepalanya.

"Tulis resume tentang perang sekigahara, dikumpulkan dalam pertemuan selanjutnya"

"Eeeeeeee.... tapi sensei...."

"Tidak ada tapi-tapi, itu hukuman untuk kamu karena tidak perhatikan pelajaran saya"

Saat itu suara bel berbunyi sebagai tanda berakhirnya jam pelajaran ketiga dan memasuki jam istirahat sekaligus jam makan siang.

Miwa sensei pun segera menghentikan pelajaran dan langsung keluar setelah para murid memberikan salam padanya.

Aku pun langsung merebahkan kepalaku ke meja dan menempelkan pipi kiri ke meja dalam posisi masih duduk di kursiku.

Aku merasa hari ini adalah hari sial untuk aku karena mendapat tugas rumah lebih banyak dari teman aku yang lainnya.

"Mio-chan...bantu aku..."

"Itu adalah kesalahan mu sendiri jadi belajarlah untuk menyelesaikan sendiri, jangan terus meminta bantuan orang lain"

"Tap... tapi... tugasnya banyak... ayolah Mio-chan...bantu aku menyelesaikan tugasnya"

Aku merengek-rengek seperti anak kecil yang meminta dibelikan mainan yang disukainya. Walaupun tidak sampai berguling-guling di lantai karena aku masih punya malu.

"Ukhhh.... baiklah, nanti pulang sekolah kita akan perpustakaan untuk mengerjakan tugas bersama-sama"

"Yeeeee... terima kasih Mio-chan...kamu adalah sahabat ku yang paling baik"

Aku langsung memeluk Mio dengan penuh semangat dan senang. Mio terlihat ingin melepaskan pelukanku karena merasa risih.

Aku langsung melepaskan pelukanku agar dia tidak marah dan berubah pikiran tidak mau membantu aku.

Saat aku melihat ke belakang tempat, orang asing itu tidak ada lagi disana.

"Ehh... dimana orang asing itu?"

"Ohh..dia sudah pergi sama Yamada-san beberapa menit yang lalu"

"Eeeeeeee.... padahal aku ingin berbicara lebih banyak padanya..."

"Emang kamu bisa bahasa Inggris? dia kan belum fasih berbahasa Jepang"

"Tidak sih.. hehehe"

Setelah itu aku langsung disentil dengan jari tangan Mio tepat di kening dan aku merasakan sakit.

Aku langsung protes atas tindakannya tersebut tapi Mio hanya mengacuhkan protes dari aku dan langsung merapatkan mejanya ke mejaku lalu mengeluarkan bungkusan kain berbentuk kotak yang tidak lain adalah bekal makan siangnya.

Aku juga segera mengeluarkan bekal makan siang aku dari dalam tas dan kami pun makan dengan tenang dan sesekali mengobrol tentang berbagai hal.