Chapter 5 - 5

Chapter 5

Dua hari telah berlalu dan hampir setengah kota Saitama sudah aku jelajahi termasuk tempat wisatanya.

Aku berkeliling kota Saitama kebanyakan hanya dengan Mai saat libur sekolah.

Sedangkan om Hiro dan Tante Miyuki kebanyakan beristirahat saat di hari libur setelah bekerja keras.

Saat ini aku sedang berada di atap sekolah dengan menghadap lapangan olahraga yang sering digunakan untuk olahraga klub sepak bola, lari, dan baseball saat usai sekolah dan juga digunakan untuk pelajaran olahraga.

Aku menikmati bekal makan siang yang aku buat sendiri yakni sebuah nasi goreng udang dan cumi goreng dengan pelengkap timun dan brokoli.

Aku menyukai sayur brokoli, walaupun terasa pahit bila direbus, namun bila dicampur nasi goreng maka akan terasa sangat enak, apalagi bila ditambah dengan petai akan tambah maknyus.

Sangat disayangkan di Jepang tidak ada yang jual petai, tapi disini ada yang jual tempe walaupun harganya lebih mahal dari Indonesia yakni, 350 Yen per 250 gramnya. Bila di rupiahkan maka sekitar 44 ribu.

Aku saat ini sudah sering membawa bekal sendiri karena makanan di sekolah ini yang bisa aku makan hanya nasi kare karena itu tidak mengandung zat yang haram untuk aku makan.

Tapi lama-lama memakan makanan yang sama terus-menerus terasa sangat membosankan, sehingga aku memutuskan untuk membawa bekal makan sendiri.

Suasana atap sekolah sangat sepi karena ini adalah musim panas sehingga para siswa tidak mau berpanas-panasan di atap sekolah.

Kecuali aku karena mengambil spot yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Aku menyukai tempat yang sepi daripada tempat ramai.

Tempat sepi itu membuat perasaan ku jadi tenang dan juga bisa bersantai tanpa perlu khawatir diperhatikan oleh orang lain.

Saat aku lagi menikmati makan siang sendirian ada yang membuka pintu atap sekolah. Aku pun mengintip siapa yang membuka pintu tersebut.

Saat aku lihat ternyata itu adalah Saika dan dia juga menyadari keberadaanku yang sedang mengintip.

"Aira-san, apa yang kamu lakukan disini?"

"Sedang makan siang"

"Ohh... boleh aku ikut gabung bersama kamu, aku juga ingin menyantap makan siang milik aku"

"Oke, silahkan duduk dimana pun yang kamu mau"

Saika langsung duduk di samping kiri ku dan itu sangat dekat, tidak ada space kosong di antara kami.

Aku jadi canggung karenanya, namun aku mencoba untuk mengalihkan dengan melihat ke lapangan olahraga sambil menyantap makanan ku dengan sumpit.

Saat dia membuka tempat bekalnya aku langsung mencium aroma yang sangat maknyus. Aku melihat bekal makanannya tersebut yang dibuat sangat imut.

"Itu kamu yang buat sendiri??"

"Ehh...oh ini, tidak, ibuku yang membuatnya, aku tidak bisa masak, sudah mencoba berkali-kali tapi hasilnya sangat buruk, hehehe"

Aku hanya menganggukkan kepalaku lalu kembali melihat lapangan sambil menyuap dan mengunyah nasi goreng ku.

"Kalau punya mu, apa dibuat oleh ibumu, baru kali ini aku melihat nasi goreng berwarna coklat seperti itu dan sangat harum"

"Ini aku buat sendiri, warna coklat ini karena aku menuangkan kecap yang berasal dari negara ku, aku mendapatkannya dari sebuah toko yang menjual produk dari negara ku, walaupun harganya lebih mahal karena itu barang impor"

"Wow..kamu bisa masak"

Aku menganggukkan kepalaku dengan singkat.

"Aku sudah terbiasa memasak dan menyiapkan makanan untuk orang tuaku dulu"

"Dulu...??"

"Ya, orang tua ku telah meninggal dunia karena kecelakaan pesawat beberapa bulan yang lalu saat pergi bulan madu, padahal mereka sudah terlalu tua untuk bulan madu tapi tetap melakukannya lagi.. hahaha"

"Ohh... maaf...aku tidak tahu"

Aku menggelengkan kepalaku dengan singkat.

"Tidak apa-apa, lagi pula itu sudah menjadi takdir mereka berdua menjalani bulan madu yang abadi, mungkin nanti bila aku bertemu lagi dengan mereka di alam sana, aku sudah memiliki banyak adik, hahaha"

"Jadi kalau boleh tahu kenapa kamu datang ke Jepang, apakah itu untuk melupakan peristiwa tersebut"

"Tidak, disana aku tidak memiliki kerabat yang mau menjadi wali aku, dan saat itulah sahabat orang tua datang dan mau menjadi wali aku sehingga aku pindah ke Jepang sampai aku tamat sekolah ini"

Saika menganggukkan kepalanya dengan singkat, lalu dia meminta ijin untuk mencicipi nasi goreng yang aku buat dengan alasan aroma nasi goreng buatan aku sangat menggugah selera makannya.

Aku memberikan ijin padanya dan dia langsung mengambil satu sendok nasi goreng tersebut dan langsung memasukkan ke dalam mulutnya.

"Hummmm... sangat enak, aku baru pertama kalinya merasakan nasi goreng seperti dengan rasa seperti ini"

"Ya, karena aku memakai banyak rempah-rempah, bahkan aku menambahkan sedikit bumbu kari dalam nasi goreng tersebut"

Setelah itu kami menyantap makan siang dengan tenang tanpa ada bicara lagi.

Sampai tidak terasa bel sekolah telah berbunyi yang menandakan jam istirahat sudah berakhir.

Aku dan Saika langsung membereskan bekal makanan kami seperti semula. Saika kembali melipat kain yang digunakan untuk melapisi bekal makan siangnya dengan rapi begitu juga dengan aku namun lipatan asal-asalan.

"Kamu tidak bisa melipat kain o-bento, Aira-san?"

"Ya, aku tidak mahir dengan seni melipat"

"Sini, aku akan melipatnya dengan benar"

Aku menyerahkan pada Saika dan dia dengan cepat melipat kain bekal tersebut.

"Waw!! terlihat berbeda dengan tadi, memang setiap orang punya kelebihan dan kekurangan, seperti aku yang memiliki kekurangan tidak bisa melipat kain dengan benar"

Saika hanya tertawa saat mendengar perkataan ku tersebut.

"Kamu mungkin benar, oh ya besok kita makan siang disini lagi ya, aku akan mengajak Mio-chan juga"

Aku menganggukkan kepalanya dengan singkat dan kami berdua langsung masuk ke dalam gedung sekolah dan turun ke lantai 3 untuk kembali ke kelas 1-3.

Saat masuk ke kelas, Daisuke melihat aku dan Saika yang masuk kelas bersama dan dia tersenyum tidak jelas padaku.

Daisuke mendekati dan langsung merangkul pundak aku sedangkan Saika sudah berjalan menuju ke bangkunya.

"Hei Aira-san, kenapa kamu bisa berbarengan dengan Saika, apakah kalian berdua makan siang bersama di suatu tempat"

Aku hanya menganggukkan kepalaku dengan singkat.

"Waww...sejak kapan kalian sudah dekat seperti itu, apakah kalian berdua sudah jadian??"

"Ehh..itu tidak benar, aku dan Saika hanya teman biasa dan tadi hanya kebetulan saja bertemu di atap sekolah sehingga kami makan siang bersama, tidak seperti yang kamu pikirkan"

Namun Daisuke hanya tersenyum gak jelas dan aku mengacuhkannya, aku melihat Saika juga diinterogasi oleh Sakurada terkait hal yang sama seperti Daisuke bicarakan. Namun saat dia melihat aku, Sakurada langsung berhenti bicara.

Aku langsung duduk dan menatap Saika yang berada di depan aku.

"Ya..kami hanya teman sekelas, tidak lebih... Mungkin...."

Pada awalnya aku merasa yakin akan hal bahwa Saika hanyalah teman sekelas ku namun setelah dipikir-pikir lebih dalam mungkin hal tersebut akan berubah bahwa dia adalah orang yang spesial dalam kehidupanku seperti yang sudah ditakdirkan oleh Tuhan.

Aku tidak tahu masa depan dan aku tidak ingin mengira-ngira karena masa depan itu adalah rahasia Tuhan, kita sebagai manusia hanya menjalankan seperti yang sudah ditakdirkan atau sesuai skenarionya.

Namun ada juga orang yang percaya bahwa yang menentukan masa depan hanyalah diri kita sendiri, Tuhan hanya memberikan pilihan untuk arah mana masa depan yang akan kita jalani.

Walaupun nantinya masa depan yang kita pilih itu buruk, Tuhan tetap memberikan bimbingan ke jalan masa depan yang baik tapi bila orang itu sadar kalau tidak ya, itu pilihannya.

Beberapa saat kemudian sensei Sato masuk dan kembali sedikit keramaian di kelas 1-3 seperti biasanya saat Sato sensei masuk ke kelas yang menjadi tanggung jawabnya.

Teman sekelas pada menggoda sensei Sato terkait masalah percintaannya dan itu membuat yang lucu karena Sato sensei akan marah dengan suara lucu seperti suara cewek di anime.

Aku berpikir kenapa dia mau menjadi sensei, bila saja dia bekerja sebagai pengisi suara anime ataupun idol, pasti akan cepat terkenal.

"Sebelum sensei memulai pelajaran, ada yang mau sensei umumkan"

"Apakah sensei akan menikah di bulan ini??"

"Itu belum..sensei belum menemukan pasangan, walaupun sudah ikut acara goukon sebanyak.... Eh...kenapa kamu menanyakan hal itu, Yamada-san?? Dan kenapa juga aku menjawabnya..."

Aku dan para teman kelasku pada tertawa semua.

"Buuuu.... berhentilah menggoda sensei, tapi ya sudahlah, sensei mau umumkan bahwa Minggu depan lagi akan diadakan ujian akhir semester, jadi belajar yang rajin ya, dan untuk Aira-san yang sudah ketinggalan 2 bulan, belajar yang rajin, itu saja, sisanya kalian belajar sendiri karena sensei ada rapat"

"Eeeeeeee...." Ujar semuanya termasuk aku.

"Aku belum siap..."

"Haahhh..aku malas belajar"

"Aku benci ujian"

"Kali ini aku akan mendapatkan nilai tinggi dan juara satu"

Itulah komentar-komentar yang aku dengar dari kelas ku. Jam pelajaran berlangsung dengan cepat dan para murid pun menjalankan aktivitas klubnya masing-masing.

Sedangkan aku, hanya melakukan rutinitas seperti biasa yakni mencari cari klub.

Aku berpikir apa aku sekalian membuka klub baru dengan nama klub pencarian klub dan aku akan menjadi ketuanya, bila aku belum menemukan klub.

Aku menghindari klub olahraga karena cidera permanen yang aku terima di kaki kananku.

Saat aku akan keluar, Saika meminta aku untuk tidak beranjak dari tempat dudukku.

"Ada apa, Saika??"

"Hmm...kamu sudah masuk klub?"

Aku menggelengkan kepalaku secara singkat.

"Ohhh.. baguslah...."

Aku langsung merasa bingung dengan perkataannya. Apanya yang bagus dengan keadaan ku yang saat ini masih menjadi pengembara, mencari tempat cocok untuk menjalani kehidupan di sekolah ini dengan memasuki sebuah klub.

"Ah...maaf.. kamu salah faham, aku mengatakan baguslah, bukan berarti menghina kamu, tapi aku berpikir karena kamu belum menemukan sebuah klub begitu juga dengan aku, bagaimana kalau kita membuat klub musik lagi? Kamu kan bisa bermain gitar dan aku juga bisa, jadi kita bisa membuat klub musik lagi, bagaimana?"

Aku berpikir sesaat untuk menimbang-nimbang ajakan dari Saika tersebut. Sebenarnya menurut aku tidak ada masalah dengan ajakan tersebut tapi aku tidak kepikiran untuk membuat atau bergabung dengan klub musik.

Setelah berpikir-pikir lebih dalam dengan penuh pertimbangan manfaatnya dan juga melihat tatapan dari Saika yang penuh harap aku pun mengangguk-anggukan kepalaku sebagai tanda menerima ajakannya.

Saika langsung terlihat senang saat aku menerima ajakannya bahkan dia menggenggam kedua tanganku.

Aku sedikit malu dan gugup saat dia menggenggam kedua tanganku karena baru kali ini ada cewek seumuran denganku menggenggam kedua tanganku.

"Oke, kita ke ruang dewan siswa"

"Ehh.. ngapain??"

"Ya untuk mendaftarkan klub musik kita lah, emang mau apa lagi?"

"Tapi kenapa harus sekarang, besok saja, emang di dewan siswa masih ada orang"

"Kita tidak akan tahu bila tidak kesana, ayo"

Saika langsung menarik tanganku menuju ke arah luar kelas dan aku yang tertarik secara tiba-tiba itu sedikit terkejut bahkan hampir jatuh karena tersandung kursi.

Ruang dewan siswa berada di lantai dua dan Saika langsung mengetuk pintu ruangan tersebut.

Beberapa saat kemudian pintu ruangan tersebut langsung terbuka dan aku melihat wajah yang aku kenal.

"Suzuki senpai!"

"Ehh... Aira..."

Kami berdua saling menatap dan kembali tersadar saat Saika berdehem.

"Ah...ya silahkan masuk"

"Permisi..." Ujar aku dan Saika saat melewati pintu untuk masuk ke dalam ruang dewan siswa.

Aku melihat ruangan dewan siswa terlihat biasa saja tidak ada yang mewah. Hanya ada beberapa meja kerja yang saling menyambung dan berhadapan, ini seperti berada di ruangan perkantoran.

Bagian ujung ruangan tersebut ada sebuah meja kerja yang sedikit mewah dan sebuah kursi kerja yang biasa dipakai untuk seorang direktur dalam sebuah perusahaan.

Pada bagian kanan ada sebuah rak lemari yang berisi berbagai macam barang seperti piala ataupun beberapa foto-foto.

Sebelah kiri ada sebuah sofa panjang yang di depan sofa tersebut sebuah tv slim tertempel di dinding ruangan tersebut. Ruangan ini terasa dingin karena ada dua AC yang menyala.

"Sungguh tempat yang nyaman di saat musim panas"

Setelah masuk, Suzuki senpai langsung bertanya maksud kedatangan kami. Suasana di dalam ruangan tersebut masih penuh dengan orang yang tergabung dalam organisasi kesiswaan.

"Kami ingin membuat klub baru, yakni klub musik"

"Ohh.. kalau begitu, kalian harus mengisi lembar pendaftarannya, tapi sebelumnya saya ingin menanyakan apakah anggotanya sudah lima orang, karena syarat untuk membuat sebuah klub minimal harus lima orang anggotanya dan juga ada sensei yang menjadi penanggung jawab klub tersebut, apakah itu sudah ada semua"

Aku dan Saika langsung menggelengkan kepalanya. Suzuki senpai menghela nafas.

"Kalau begitu tidak bisa, kecuali kalian sudah memenuhi syarat tersebut"

"Tapi kami akan penuhi hal tersebut nanti setelah klub terbentuk"

"Maaf... tapi tidak bisa"

Saat itu seorang lelaki dengan rambut klimis samping, memakai kacamata, dan tubuhnya sedikit lebih tinggi dari aku, datang dan menegur Suzuki senpai.

"Ada apa ini, Kushina?"

Orang itu memanggil nama langsung Suzuki senpai, apakah orang klimis itu teman dekat Suzuki senpai. Walaupun begitu aku mencoba mengacuhkan pikiran seperti itu karena itu bukan urusanku.

"Eh.. kaicho, dua orang ini ingin membuat klub tapi syaratnya belum terpenuhi dan saya sedang menjelaskan pada mereka berdua kalau tidak bisa membuat klub bila syaratnya tidak terpenuhi"

Ketua dewan murid itu pun mengangguk-anggukan kepalanya sambil melipat tangannya dan satu tangannya menahan dagunya.

"Kalian berdua ingin membuat klub apa?"

"Klub musik, kaicho"

"Ohh..klub musik yang baru dibubarkan itu dan kalian ingin membuatnya lagi, hmmm...oke kalau gitu tidak masalah, aku akan berikan persetujuannya...".

"Kaicho!!!"

"Yang benar, terima kasih kaicho"

"Ya jangan dipikirkan tapi ini ada syaratnya, kalian harus memasukkan satu orang yang aku rekomendasikan sebagai anggota klub musik tersebut dan kalian harus mendapatkan sensei penanggung jawab klub, batas waktunya sampai besok, bila berhasil kalian bisa membuat klub dan mendapatkan persetujuan dari aku, bila gagal, ya kalian tahu sendiri, bagaimana?"

"Oke..saya terima syarat tersebut" ujar Saika dengan senang hati.

"Tapi.. kaicho... bukankah itu penyalahgunaan jabatan"

"Itu tidak masalah karena kita sama-sama untung, ini dinamakan win-win solution dalam bernegosiasi, hahahaha"

"Anda memberikan contoh yang buruk, kaicho" ujar Suzuki senpai.

Namun ketua dewan siswa itu hanya tertawa saja menanggapi perkataan Suzuki senpai.

Keesokan harinya, saat jam istirahat berlangsung, aku dan Saika menuju ke ruang guru untuk bertemu dengan Sato sensei.

Kami berdua meminta Sato sensei untuk menjadi penanggung jawab klub musik yang akan kami dirikan.

Kami berdua tahu kalau Sato sensei sebelumnya adalah penanggung jawab klub musik sebelum dibubarkan sehingga dia langsung menerima dengan senang hati saat kami memintanya untuk menjadi sensei penanggung jawab klub tersebut saat tahu kami akan mendirikan klub tersebut.

Aku dan Saika langsung tersenyum senang dan memberikan lembar pendaftaran klub pada sensei Sato untuk ditandatangani di bagian sensei penanggung jawab klub.

"Terima kasih, sensei"

"Tidak masalah, aku juga senang karena klub musik akan ada lagi"

"Kalau gitu kami permisi terlebih dahulu"

Aku dan Saika langsung keluar dari ruang guru, berjalan menuju ke kelas dengan suasana senang.

Saat lagi berjalan menuju ke tangga, aku melihat Daisuke yang berlari ketempat aku.

"Aira-san, kamu darimana saja, aku mencari-cari kamu, eh tahunya kamu malah berkencan dengan Saika"

"K-kencan....!!!" Ujar Saika dengan gugup dan aku melihat wajahnya sudah memerah.

"Hei..kami bukan kencan, tadi kami ke ruang sensei untuk meminta Sato sensei menjadi penanggung jawab klub yang akan kami buat"

"Ohhh... tapi tetap saja akan aku anggap kalian sedang kencan bahkan membentuk klub yang hanya untuk berdua saja, itu sangat romantis, hahaha"

"Kamu ini memang tidak mendengarkan perkataan orang ya, sudah aku katakan kami tidak kencan, ah sudahlah.. Saika jangan dengarkan orang i..ni"

Aku melihat kalau Saika berwajah merah dan bila di anime ataupun mangga pasti kepalanya sudah mengeluarkan asap.

Aku mendengarkan kalau Saika menggumankan sesuatu yang masih terdengar oleh telinga kananku.

"Aku... kencan... dengan Aira..."

Aku pun langsung menarik tangannya untuk kembali berjalan sambil mengacuhkan Daisuke yang bersiul-siul.

Waktu berlalu dengan cepat, bel jam pulang sekolah pun berbunyi sehingga pelajaran untuk hari ini selesai.

"Ini kaicho, lembar pendaftaran yang sudah ditandatangani oleh Sato sensei sebagai penanggung jawab klub musik"

Ketua dewan siswa itu langsung melihat setelah Saika meletakkan di meja kerjanya.

"Humm..ya.. kalau gitu tidak ada masalah, saya akan berikan persetujuannya"

"Yeeeee...."

Aku dan Saika langsung menepuk tangan.

"Tapi sesuai yang aku minta kemarin, aku ingin kalian masukkan seseorang sebagai anggota klub musik"

Aku dan Saika menganggukkan kepalaku.

"Kalau boleh tahu, siapa itu kaicho?" Tanya Saika.

Beberapa saat Saika menanyakan hal tersebut, pintu ruangan presiden terbuka. Aku dan Saika langsung membalikkan badan untuk melihat orang yang membuka pintu tersebut.

"Kudo!" Ujar aku dan Saika.

Kudo langsung berjalan masuk setelah menutup pintu dan berdiri di samping aku.

Dia melihat aku sebentar dan menundukkan kepalanya singkat. Aku pun melakukan hal yang sama dan bingung.

"Jadi, ada perlu apa, cepat katakan, aku ingin menjemput Akio-chan di penitipan anak"

"Hahaha...aku ingin kamu bergabung sebuah klub, kamu bisa main gitar bass kan saat SMP"

"Aku tidak mau, siapa yang akan menjemput Akio-chan bila aku bergabung dengan klub?"

"Okaasan yang akan menjemputnya, biasanya juga okaasan yang menjemput selama ini, kamu hanya mengatakan hal itu sebagai alasan karena tidak ingin bergabung dengan sebuah klub di sekolah kan"

"Ukhhh...sial, tetap aku tidak mau, itu merepotkan, aku ingin pulang ke rumah dan bermain game"

"Itu juga alasanmu, aku tahu setiap hari kamu pergi ke studio musik paman Okubo saat kamu tidak masuk sekolah ataupun saat pulang sekolah"

"Tsk...si pria tua tidak bisa dijaga omongannya, tetap tidak mau!"

"Hoooo...kamu mau berani melawan aku"

Ketua dewan siswa langsung menatap tajam Kudo dan tersenyum. Walaupun ketua dewan siswa tersenyum, tapi itu terlihat sangat mengerikan dan membuat aku dan Saika takut.

"Ukhhh...kamu selalu menganggu hidupku, bisakah sekali saja kamu tidak menganggu hidupku, jadi klub apa yang akan aku ikuti"

"Klub musik, mereka berdua baru saja membuatnya, kamu sekelas dengan mereka berdua kan, jadi kalian sudah saling mengenal"

Saat itu Saika mendekati Kudo dan memberikan tangan untuk salaman.

"Mohon bantuannya, Kudo-san"

"Eh..ya..a-aku juga mohon bantuannya"

Aku melihat Kudo sepertinya gugup saat bersalaman dengan Saika. Setelah stempel pengesahan dari presiden siswa ada di lembar pendaftaran, mulai sekarang klub musik sudah mulai terbentuk lagi secara resmi di sekolah Saitama.