Chapter 3 - 3

Chapter 3

Sebuah ruangan dengan dinding yang terbuat dari kaca pada bagian kiri ruangan tersebut sehingga orang-orang dari luar dapat melihat isi dalam ruangan tersebut yang begitu banyak meja panjang beserta kursi panjangnya.

Saat ini kursi panjang tersebut sudah diduduki oleh orang-orang yang sedang menyantap makanan sambil mengobrol dengan kenalannya masing-masing.

Orang yang sudah selesai makan akan langsung berada dari bangku panjang tersebut agar orang yang baru datang bisa menyantap makanan.

Sementara itu, aku berada di depan mesin berbentuk persegi panjang yang memiliki gambar berbagai makanan dan sedang kebingungan.

Aku melihat satu persatu gambar makanan yang ada dalam mesin tersebut.

"Aira-san, have you got what you want to eat?"

"Wait a minute, Daisuke-san, I still pick the food I want to eat."

Aku sudah memanggil Yamada dengan namanya bukan nama keluarga karena saat itu dia memanggil aku dengan Syahputra karena dianggap itu adalah nama keluarga aku.

Aku menjelaskan padanya bahwa itu bukan nama keluarga tapi hanya nama panjang biasa saja.

Orang Jepang yang belum akrab atau baru kenal dilarang memanggil namanya secara langsung tapi harus memanggil nama keluarganya

Indonesia tidak mengenal etika seperti itu walaupun di Indonesia juga ada nama keluarga atau biasa disebut marga tapi tetap aja tidak ada etika memanggil orang dengan marganya.

Aku menjelaskan hal tersebut pada Daisuke sehingga meminta dia memanggil aku dengan Aira dan dia pun mengijinkan aku memanggil namanya bukan nama keluarganya.

"Hurry up. There's a lot of people lining up"

"Okee...oke..."

Aku langsung menekan tombol merah dibawa gambar makanan yang aku pilih yakni nasi kare dengan level pedasnya aku pilih level 10 yang merupakan level paling tinggi.

"You sure chose level 10 for that curry?"

Aku menganggukkan kepalaku dengan santai dan mengambil kupon yang keluar dari mesin tersebut untuk ditukarkan ke petugas kantin.

Aku dan Daisuke langsung berjalan menuju ke petugas kantin untuk menyerahkan kupon dan menunggu makanan kami disiapkan oleh petugas kantin tersebut.

"You're really going to eat the curry?"

"Yes, I love spicy food, what's wrong with my choice of food?"

"Nothing, but the level you chose is the legendary level of this school. I heard from seniors at my club last year someone took a level 10 pair of curry and when she ate it, her stomach went straight to the hospital. It's even worse now that he's hospitalized"

"Seriously! I'm afraid to eat it"

Aku jadi ragu memakan nasi kare level 10 tersebut. Selama ini aku telah memakan makanan pedas begitu banyak sampai perutku juga sakit namun itu hanya sebentar saja tidak sampai masuk rumah sakit.

Namun karena aku sudah terlanjur memilih makanan ini sehingga mau tak mau aku harus memakannya karena ibuku mengatakan jangan pernah membuang makanan atau menyisakan makanan karena banyak orang yang tidak bisa makan seperti aku diluar sana.

Beberapa saat kemudian nampan yang berisi makanan kami tiba dan di nampan itu juga ada makanan pencuci mulut yakni puding begitu juga dengan satu kota kecil susu putih.

Aku dan Daisuke langsung mengambil nampan masing-masing dan menuju ke meja panjang untuk mencari tempat duduk yang kosong.

Saat itu aku melihat ada tempat duduk yang kosong tidak jauh dari tempat kami berada. Aku dan Daisuke langsung menuju ke tempat duduk tersebut.

Aku meletakkan nampan aku di atas meja begitu juga dengan Daisuke yang melakukan hal sama seperti aku. Kami berdua langsung duduk bersebelahan.

Yamada langsung menyantap makanannya berupa katsudon daging babi setelah mengucapkan itadakimasu sedangkan aku mengucapkan doa makan lalu dengan sedikit ragu mengambil satu sendok nasi kare tersebut dan memasukkan ke dalam mulutku.

Saat itu mataku langsung terbuka dengan selebar mungkin karena rasa pedasnya sudah langsung terasa di mulutku dan di tenggorokan saat aku menelannya.

"Are you okay, Aira?"

"I-it's okay, it's just a little jumpy because the swelling goes right to the mouth"

"See, what I said about that food is very spicy and unedible. So can you finish it? In the cafeteria there are rules that all ordered foods must be spent must not leave even a single drop of them. Any who leave even a tiny drop can be penalized for a month to clean the toilets"

"Uhhh, scary sanction, but it's okay, I can finish it. This chili is almost the same as the chilli I ate in my home country, even hotter than this curry"

"Eeeeeeee...Really? I didn't think there was anything this spicy. I won't be able to eat any food coming to your home country"

Aku yang mendengarnya hanya tertawa dan Daisuke terlihat kebingungan.

"Don't worry, it's not all spicy food, there's sweet food too"

Aku kembali menyantap nasi kare tersebut dengan perlahan-lahan dan semakin lama mulutku sudah semakin terbiasa dengan rasa pedasnya sehingga aku bisa mempercepat memakan nasi kare tersebut.

Nasi kare tersebut memang terasa pedas tapi masih kalah pedas dengan makanan pedas yang dibuat oleh ibuku yakni sambal mercon dengan racikan khusus dari resep turun temurun dari keluarga ibuku yang merupakan keluarga penyuka makanan pedas.

Ayahku dan aku yang juga menyukai makanan pedas tetap tidak bisa menahan kepedasan dari sambel mercon tersebut.

Tapi sekarang ibuku sudah meninggal dunia bersama dengan ayahku sehingga aku tidak bisa lagi merasakan sambel mercon khusus tersebut lagi.

Daisuke yang melihat aku menikmati makanan nasi kare pedas tersebut dengan tenang merasa ingin mencobanya sehingga dia meminta satu sendok.

Aku mengijinkannya, dia mengambil satu sendok nasi kare tersebut dan memasukkan ke dalam mulutku. Saat itu dia langsung merasakan kesakitan dan mulutnya terasa seperti terbakar.

Daisuke langsung mengambil susu kotaknya dan meminumnya dengan cepat tapi tetap dia masih merasa pedas di mulutnya sehingga dia langsung pergi ke sebuah kran air tidak jauh dari tempat kami berada untuk meminumnya agar rasa pedas di mulutnya menghilang.

Semua mata yang ada di kantin tertuju padanya karena membuat kehebohan. Namun itu hanya sebentar saja karena semuanya kembali ke aktivitasnya masing-masing setelah melihat tidak ada yang istimewa untuk dilihat oleh Daisuke.

Beberapa saat kemudian, Daisuke kembali ke tempat duduknya yang berada di sebelah aku dengan menjulurkan lidahnya dan menghembuskan nafas dengan cepat, dia terlihat seperti anjing.

"Hah hah hah...I-i didn't think you could eat something like that"

Aku menyerahkan kotak susuku yang belum aku sentuh sama sekali pada Daisuke yang masih merasakan kepedasan di mulutnya bahkan dia mengipas-ngipas mulutnya itu dengan kedua tangannya.

"It's common for me. I told you that where I come from, the food is almost all peppery"

"I swear I won't come to your home country if the food is all like this"

"Hahaha, take it easy, there's still some non-spicy food in my country. Didn't I tell you earlier?"

"Really? In that case it seems fine to come to your country"

"Yeah, but it's baby food"

"Fuck you!"

Aku hanya tertawa saja mendengar dia berkata seperti itu. Aku berpikir kalau Daisuke itu orang yang bisa diajak mengobrol dengan santai.

Walaupun ini adalah pertemuan kedua tapi sepertinya aku dan dia akan semakin dekat sampai ketahap sahabat kedepannya. Itu yang aku pikirkan.

"Hey aira-san, have you thought about joining the club?"

Secara tiba-tiba, Daisuke mengubah topik pembicaraan dan itu membuat aku bingung.

"Club???"

"Don't you know yet? At this school every student is required to join the club and perform club activities after school hours"

"Ehmmm...I haven't even thought about going to the club, this is my first day at this school. What are some clubs in this school?"

"There are many clubs in this school, such as basketball, football, volley, badminton, science, music, choir, karate, judo, kendo, painting, cooking, flower arranging, tea, games, manga, anime, and so on. There are even sleeping clubs whose activities do research on how to manage a comfortable sleep"

Aku yang mendengar nama klub tidur tersebut langsung tertawa dan itu sangat menarik tapi aku tidak mau masuk ke klub seperti itu karena menurutku itu akan sangat membosankan.

Bila harus memilih antara klub tidur dengan klub lainnya maka aku pasti akan langsung memilih klub anime ataupun klub manga karena aku menyukai keduanya.

"What club are you in?"

"I got into the basketball club. If you're interested in basketball clubs, I'll take you to see our rehearsal"

"Sounds interesting. Yeah, I'd look at it but I wouldn't necessarily get into a basketball club. Don't count on me"

"Hahaha... oke-oke..."

Saat itu bel kembali berbunyi, menandakan kalau jam istirahat sudah selesai.

Aku para siswa yang ada di kantin segera beranjak dari tempat tersebut dengan membawa nampan yang berisikan bekas makanan yang sudah habis untuk diletakkan di tempat yang sudah disediakan sebelum keluar dari kantin.

Aku mengikuti pelajaran di dalam kelas dengan sedikit kesusahan karena para sensei memberikan penjelasan dengan menggunakan bahasa Jepang sehingga aku hanya memahami sedikit dari penjelasan tersebut.

"Kalau seperti ini terus menerus, maka nilaiku bisa jatuh dan itu akan membuat om Hiro yang membiayai aku sekolah disini akan kecewa, aku ingin lebih cepat mengerti bahasa Jepang agar nilaiku tidak jatuh dan membuat om Hiro dan Tante Miyuki tidak kecewa telah membiayai aku sekolah di negara ini" ujar aku dalam pikiranku sambil tetap memperhatikan penjelasan sensei.

Walaupun tetap tidak banyak yang bisa aku tangkap dalam penjelasan tersebut

Tidak terasa waktu berlalu dengan cepat karena sudah menunjukkan pukul setengah empat, jam sekolah di Jepang usai pukul 4 sore tapi di maju lebih cepat usainya karena sekolah memberikan waktu setengah jam untuk membersihkan kelasnya masing-masing.

Sekolah Jepang tidak mempekerjakan petugas kebersihan karena para siswa yang bertanggung jawab membersihkan kelasnya masing-masing dan juga di lorong depan kelasnya.

Sedangkan untuk WC juga menjadi tanggung jawab siswa namun di berlakukan piket giliran kelas yang bertanggung jawab membersihkan WC tersebut.

Aku dan para teman kelasku langsung membersihkan kelas dengan pembagian tugas yakni mengangkat meja dan kursi untuk diletakkan di bagian belakang kelas agar yang mendapat tugas sapu lebih mudah mengerjakannya, lalu ada tim yang bertugas mengelap jendela baik itu di dalam kelas maupun jendela di lorong depan kelas.

Aku mendapatkan tugas untuk mengangkat kursi dan bangku bersama dengan Daisuke dan setelah selesai di kembali lagi seperti semula.

Semuanya melakukan tugasnya masing-masing dengan baik sehingga selesai lebih cepat walaupun ada juga saling bercanda tapi tetap dikerjakan dengan baik dan juga ada yang kabur, itu adalah teman kelasku yang dikenal sebagai siswa berandalan.

Para siswa kelasku langsung pergi keluar kelas untuk melakukan aktivitas di klubnya masing-masing.

Sedangkan aku pergi bersama dengan Daisuke menuju ke gedung olahraga yang juga menjadi gedung serbaguna sekolah Sakura.

Sesampainya di gedung olahraga, aku melihat ada tiga klub yang memakai gedung ini, yakni klub basket tentunya, lalu klub volley dan klub badminton. Tiga klub ini saling berbagi lapangan.

Aku dan Daisuke menuju ke klub basket tanpa berpikir panjang karena memang tujuan kedatangan kami ke klub tersebut.

Klub basket ternyata memiliki anggota lebih banyak bahkan ada anggota cewek juga yang berlatih menggunakan lapangan disebelah lapangan basket cowok.

Karena itu klub basket mendapatkan jatah dua lapangan daripada dua klub lainnya yang hanya mendapatkan satu lapangan untuk masing-masing karena anggotanya lebih sedikit, bahkan kebanyakan adalah cowok untuk badminton dan cewek untuk volley.

Saat itu aku melihat para anggota klub basket sedang berlatih berlari dengan memutari lapangan basket, namun ada juga yang berlatih drible bola dan juga latihan shooting.

Seorang sensei laki-laki yang kepalanya tidak memiliki rambut sama sekali yang bisa membuat mata buta bila berdiri di bawah sinar matahari memberikan arahan pada para anggota klub basket cowok dan ada juga sensei perempuan yang memberikan arahan pada klub basket cewek.

Aku langsung berdiri di pinggir lapangan sedangkan Daisuke yang sudah berganti dengan sepatu basket dan kaos putih polos lengan pendek, langsung melakukan pemanasan sebentar.

"Watch our practice carefully, aira-san. Maybe you'll decide to join us after seeing our practice"

"Hahaha, don't get your hopes up on me"

"Yeah, I'm gonna go ahead and take a good look at our rehearsal with both eyes"

Aku hanya tertawa mendengar perkataannya dan dia langsung bergabung pada anggota yang sedang melakukan lari memutari lapangan. Aku melihat Daisuke bercakap-cakap dengan anggota yang berlari tersebut.

Aku melihat latihan mereka satu persatu dan mereka semua melakukan dengan baik bahkan pada latihan shooting aku melihat hampir semua yang melakukan berhasil memasukkan bola dengan lancar.

"Apparently, the school basketball club is very good"

Selagi aku bergumam, seseorang mengucapkan kata terima kasih dalam bahasa Jepang dari samping kananku dan aku terkejut. Aku melihat ke arah tersebut yang ternyata adalah seorang pria dengan tubuh tinggi melebihi aku dan sangat atletis.

Aku dapat berpikir seperti itu karena dia hanya memakai kaos tanpa lengan dan celana pendek warna sama dengan kaosnya sehingga aku dapat melihat otot lengan dan kakinya yang memang seperti seorang atlet.

Aku langsung menaikkan sebelah alis ku sambil melihat ke arahnya.

"Siapa orang ini?" Pikirku.

Seperti tahu apa yang dipikirkan oleh aku dia langsung memperkenalkan dirinya dalam bahasa Jepang. Dia bernama Yukio Sandai dari kelas 3-1.

Saat itu, aku menyadari kalau dia adalah kakak kelas aku dan aku langsung menundukkan tubuhku dengan posisi sempurna secara singkat sebagai tanda untuk menghormatinya karena lebih tua dari aku.

Sandai lalu bercakap dengan bahasa Jepang padaku dan aku tidak tahu apa yang dikatakannya sampai ada suara seorang dari belakang ku yang membuat aku berbalik dan melihat kalau itu adalah Daisuke.

"Captain..."

Saat Daisuke mengucapkan hal tersebut aku langsung tahu kalau Sandai adalah kapten klub basket cowok.

Daisuke langsung bercakap dengan Sandai dalam bahasa Jepang yang tidak aku mengerti.

"Ohh, sorry I didn't know you didn't speak Japanese. I asked if you were a new student? Because I've never seen you in this school"

Aku menganggukkan kepalaku dan aku sedikit aneh atas perkataannya itu.

Apakah kakak kelas ini tahu semua murid di sekolah ini yang jumlahnya ratusan orang.

Kalau ya pasti dia memiliki ingatan yang kuat sampai bisa tahu siapa saja orang baru atau itu hanya sekedar basa-basi saja.

"So are you interested in joining the basketball club?"

"About that, I'm thinking but don't expect much from me"

"Hahaha, I like what you're saying. Since you're already here why not try training with us? You can SPAR with me, one on one."

"Eh...About that, I don't know if I can still play basketball or not"

"Ohhh, did you go to your school basketball club before?"

Aku menganggukkan kepalaku dengan singkat.

Saat SMP aku masuk klub basket sekolah. Walaupun aku tidak ingin dikatakan sombong tapi aku merupakan Ace di klub basket sekolahku dan sering menjuarai turnamen nasional maupun daerah.

Namun semua itu tinggal kenangan karena aku mengalami kecelakaan. Aku ditabrak oleh sepeda motor yang ngebut dan ugal-ugalan saat sedang menyeberang sebuah zebra cross.

Kaki kananku mengalami cedera yang parah dan itu berdampak pada karir atletku karena ada satu otot tendon aku putus, otot yang sangat berpengaruh dalam hal kegiatan olahraga.

Walaupun bisa disembuhkan tapi kata dokter hal itu memakan waktu lama karena tingkat kerusakannya sangat parah. Penyambungan otot tersebut juga bisa dilakukan dengan operasi tapi biayanya sangat mahal sehingga aku mengurungkan niat aku untuk menyambung lagi otot tendon tersebut.

Aku sangat sedih dengan hal itu, bahkan orang yang menabrak aku belum tertangkap sampai sekarang yang membuat aku sangat marah.

Tapi semuanya sudah terjadi sehingga aku dengan terpaksa gantung sepatu dan keluar dari klub basket dan tidak pernah bermain basket lagi. Aku harus membuang jauh cita-cita aku yang ingin menjadi atlet basket dan bermain di NBA yang merupakan tempat asal basket.

Setelah menggantung sepatu, aku langsung mengalihkan arah hidup aku kepada pelajaran secara penuh sehingga aku selalu mendapat juara satu bahkan saat ujian nasional SMP aku mendapatkan nilai paling tinggi.

"Then it's okay, right? Let's go on the field, I want to see what basketball you can do, if good I'll force you to join"

Aku berusaha untuk menolaknya tapi Sendai tetap memaksa aku bahkan menarik tanganku untuk ke lapangan.

"Aira-san, you'd better do what the captain says, he's a man who won't give up once he gets what he wants"

"tapi..."

Belum saja aku menyelesaikan perkataan aku, Sendai sudah meminta aku untuk menyebutkan ukuran sepatuku dan aku pun memberitahunya.

"Your shoes are the same size as mine. I lent you the spare ones that I have"

Daisuke langsung mengeluarkan sepasang sepatu cadangannya dan menyerahkan ke aku.

Dengan terpaksa aku pun memakainya dan memang seperti dikatakannya ukurannya pas dengan kakiku.

Aku dan Sendai langsung menuju ke lapangan tapi sebelumnya dia meminta ijin pada sensei yang melatih klub basket cowok dan sensei itu mengijinkannya.

Semua orang yang berlatih shooting langsung menyingkir saat Sendai dan aku memasuki lapangan.

Saat itu semua yang ada disana langsung berhenti melakukan aktivitas dan melihat ke arah kami. Aku merasa heran akan suasana yang berubah saat ini.

"Kenapa semuanya melihat ke kami, bahkan klub lainnya juga menghentikan latihannya dan berdiri di pinggir lapangan, ah... apakah Sendai senpai adalah Ace klub basket cowok sehingga semuanya langsung tertarik melihat pertandingan ini seperti di amine basket yang mana seorang Ace mengajak bertanding pada tokoh utama yang tidak dikenal oleh orang lain dan berhasil mengalahkannya lalu menjadi pembicaraan para murid-murid sekolah ini, apakah suasana ini mirip dengan seperti itu?"

Aku berpikir banyak tentang apa yang terjadi dalam suasana di gedung olahraga saat ini.

"The rules of the game are easy, we'll play half court, same points as formal basketball rules. Attacking and holding will be done in turns after a point. Do you understand or any questions?"

Aku langsung menganggukkan kepalaku dan Sendai terlihat senang. Dia memberikan aku kesempatan untuk menjadi penyerang pertama dengan melemparkan bola basket ke arah aku dan dengan mudahnya aku menerimanya.

Saat aku memegang bola basket tersebut entah kenapa ada perasaan nostalgia dan rindu langsung aku rasakan.

Aku langsung memantulkan bola basket tersebut dengan perlahan sampai aku tidak menyadari kalau aku tersenyum senang.

"I don't know why you look so happy right now but don't underestimate me because you're gonna regret it"

Aku mengacuhkan perkataan Sendai karena saat ini otakku sedang bernostalgia melakukan dribel bola basket.

Setelah beberapa kali memantulkan bola basket aku kembali memegang bola tersebut dengan erat di kedua tanganku.

Aku memejamkan mataku dan menghela nafas panjang dengan perlahan.

Setelah itu aku kembali membuka kedua mataku dan menatap Sendai dengan tegas.

Aku langsung memulai lakukan dribel dengan postur tubuhku sedikit aku rendahkan.

Sendai pun langsung memasang posisi defense dengan merentangkan ke dua tangan menghalangi gerakan untuk melewatinya.

Setelah memantul bola basket beberapa kali, aku langsung bergerak menuju ke kanan dan si Sendai langsung menghalangi aku dengan bergerak ke arah yang sama tapi aku melakukan tipuan dengan berputar ke arah sebaliknya.

"Semoga saja kaki kananku bisa bertahan lebih lama"

Aku mengucapkan hal tersebut dalam pikiranku.

Aku langsung bergerak mendekati ring basket dengan tetap memantulkan bola basket tersebut sambil merendahkan sedikit tubuhku.

Namun saat akan memasuki garis bagian luar ring basket, Sendai langsung berada di depanku dan menghalangi aku lagi.

Aku langsung menghalangi tangannya yang mencoba mencuri bola basket dari tangan kananku.

Sambil menghalangi tersebut aku mencoba untuk mendorongnya dengan perlahan namun aku merasa seperti sedang mendorong sebuah batu besar. Dia tidak bergerak dari tempatnya.

Aku pun langsung melakukan dribel tipuan ke kanan dan ke kiri tapi berhasil dipatahkannya.

Aku berpikir kalau Sendai ini memang adalah Ace klub basket sekolah ini karena permainan sangat bagus.

Namun aku tidak menyerah, aku pun melakukan dribel tipuan yang seolah-olah ingin melewatinya tapi sebenarnya aku akan melakukan shooting.

Sendai termakan tipuan ku sehingga dia tidak sempat untuk menghalangi shooting aku.

Aku langsung melompat di tempat dan melepaskan shoot ke ring basket dan bola basket dengan lancar langsung masuk ke dalam ring.

"Ternyata aku masih bisa..."

Selagi aku masih dalam posisi di udara aku mendengar suara keramaian dari pinggir lapangan.

Namun saat aku menyentuh lantai lapangan lagi suara keramaian tersebut tidak lagi terdengar karena aku langsung merasakan sakit yang lumayan sangat terasa sampai aku tidak bisa berdiri lagi.

"Sial...aku tidak menyangka hanya sampai disini saja kakiku bisa menahannya"

Aku langsung memegang pergelangan kaki kananku yang terasa sangat menyakitkan itu.

"Hey, You okay? What happened??"

Sendai bertanya padaku terkait kondisi aku yang sedang menahan kesakitan di kaki kananku.

Semua orang yang ada di lapangan langsung mengelilingi aku bahkan aku mendengar suara khawatirnya Daisuke.

Sensei kepala botak langsung melihat pergelangan kaki kananku dan melakukan pijatan.

Bahkan seorang siswa perempuan menyemprotkan sesuatu di pergelangan kakiku yang membuat kaki aku terasa dingin, namun dengan itu sakit yang aku rasakan yang lama-lama menghilang dengan perlahan.

Saat sensei sudah melihat aku tidak terlihat sakit lagi, Sendai langsung bertanya padaku.

Aku pun menjelaskan padanya tentang cidera permanen yang diderita pergelangan kaki kananku.

Saat itu aku melihat Sendai dan Daisuke terlihat terkejut, Sendai langsung menjelaskan pada sensei botak tersebut yang bertanya pada Sendai.

Saat sudah dijelaskan aku melihat pandangan sensei botak itu berubah prihatin padaku.

Begitu juga dengan yang lainnya aku hanya bisa tersenyum paksa saja melihat mereka memasang ekspresi wajah seperti itu.

Keesokan harinya seperti yang aku duga, secara tiba-tiba aku menjadi terkenal karena melawan Ace basket sekolah Saitama dan juga terkenal secara nasional karena menjadi perwakilan U-17 Asia cabang basket.

Terlebih aku berhasil mencuri angka dalam pertandingan satu lawan satu dari Sendai yang terkenal dengan defense yang kuat.