Bel tanda pulang berbunyi. Hari yang panjang belajar di sekolah akhirnya selesai. Saatnya menikmati waktu sepulang sekolah.
Murid-murid kelas 2-D mulai meninggalkan kelas untuk melakukan kegiatan klub yang mereka ikut. Juga ada beberapa murid yang tinggal di dalam kelas untuk melakukan piket.
Fuyukawa-san keluar untuk mengikuti aktivitas klub bola basketnya, sedangkan aku akan menuju perpustakaan. Karena tidak ingin mengganggu murid yang piket, lebih baik aku keluar sekarang. Aku berniat untuk membantu Namikawa-san mengatur buku di sana. Tidak lupa kuambil tas, lalu keluar dari pintu belakang.
Seperti biasa, perspustakaan di waktu pulang sekolah terisi banyak murid di dalamnya. Sepertinya, kebanyakan dari mereka adalah murid kelas tiga. Pasti mereka mempersiapkan diri untuk ujian masuk Universitas dengan belajar di sini. Semangat, Senpai semua.
Di balik konter perpustakaan terlihat Namikawa-san sedang mengangkat kardus yang sepertinya berisi buku. Ah, sepertinya berat. kuhampiri dirinya untuk membantu.
"Halo, Namikawa-san."
"Ah, halo, Amamiya-kun."
"Sepertinya berat, ya… biar kuangkat."
"Um, makasih..."
"Dibawa ke mana kardus buku ini?"
"Ke bagian rak pengetahuan umum."
"Baiklah."
Aku pergi ke bagian rak seperti yang dikatakan Namikawa-san sambil membawa kardus buku ini. Ternyata lumayan berat.
Bagian rak Ilmu Pengetahuan Umum terletak dekat dengan study corner dan di sebelahnya ada rak Ilmu Pengetahuan Alam. Pasti untuk memudahkan murid yang sedang belajar untuk mencari referensi. Kuletakkan kardus ini di lantai dan membukanya. Buku-buku ini terdiri dari buku Geografi, Sejarah, Politik, dan Ekonomi.
Rak buku di perpustakaan ini ukurannya besar dan tinggi. Untuk orang sepertiku bisa menjangkau bagian paling atas rak, tapi tidak dengan Namikawa-san. Membantunya melakukan pekerjaan ini merupakan hal yang tepat. Kuletakkan semua buku ini di rak seperti yang dikatakan oleh Namikawa-san.
Setelah selesai, aku kembali ke tempat Namikawa-san dan menyerahkan kardus yang telah kosong ini.
Ternyata kardus bukunya masih ada. Kalau yang meletakkan buku-buku ini hanya kami berdua, maka tetap saja memakan waktu yang lumayan lama. Namikawa-san mengatakan padaku untuk mengangkat semua kardus ini ke rak Ilmu Pengetahuan Alam, Matematika, Kesenian, Bahasa Asing, dan Bahasa Jepang. Kalau begini mungkin akan lebih cepat selesai. Namikawa-sanbisa langsung meletakkan dan menyusun buku-buku itu tanpa harus mengangkat kardus yang berat ini. Kuturuti perkataanya dan mengangkat semua kardus itu ke setiap rak yang dikatakannya. Setelah itu, kami mulai meletakkan buku-buku itu.
Aku tidak menemukan kesulitan apa-apa dalam meletakkan buku-buku ini. Ya, memang hanya meletakkan buku di rak, tapi buku-buku itu harus diletakkan di tempat yang sesuai dengan tema buku itu.
Dari tadi kulihat hanya Namikawa-san saja yang meletakkan dan mengatur buku-buku ini. Apa tidak ada orang lain? Sungguh aneh kalau pekerjaan seperti ini dilakukan oleh satu orang.
Setelah selesai di satu rak, aku beranjak ke rak berikutnya sambil membawa kardus kosong ini.
"Amamiya-kun, ke sini." Namikawa-san tiba-tiba memanggilku dengan suara yang pelan.
Aku pergi ke tempatnya dan melihat masih ada beberapa buku yang belum diletakkan.
"Bisa letakkan buku ini ke bagian atas rak? Aku ngga sampai."
"Serahkan saja padaku."
"Makasih…"
Kuambil buku-buku itu dan kuletakkan ke bagian atas rak. Namikawa-san masih berdiri di dekatku. Melihatku meletakkan buku-buku ini.
"Oh ya Namikawa-san, apa cuma kamu yang melakukan pekerjaan ini? Aku tidak melihat pustakawan lain yang membantumu meletakkan buku-buku ini."
"Ah, mereka sudah melakukannya tadi saat waktu istirahat makan siang. Lagian, jadi pustakawan itu hal yang sukarela."
"Oh begitu, ya… Pasti mereka orang yang suka sekali dengan buku."
"Benar sekali."
Setelah selesai di rak ini, kami beranjak ke rak lainnya. Satu per satu rak hingga seluruh buku telah diletakkan di rak. Tidak kusangka pekerjaannya lebih cepat selesai.
Kami membawa kardus-kardus tadi ke ruang pustakawan yang terletak di belakang konter perpustakaan.
Akhirnya pekerjaannya selesai.
"Otusakaresama, Amamiya-kun. Ini, ambillah." Namikawa-san memberiku sebotol teh.
"Ah, terima kasih, Namikawa-san." Kuambil teh itu dan kuminum.
Kami berdua duduk di konter perpustakaan agar tidak mengganggu orang yang lain yang sedang membaca dan belajar di sini. Namikawa-san membuka buku dan mulai membaca, sedangkan aku masih menikmati teh pemberian Namikawa-san ini.
Suasana perpustakaan yang sunyi terasa seperti tidak ada seorangpun di sini, padahal sangat banyak orang di dalamnya. Saking sunyinya, aku bisa mendengar suara jarum jam yang bergerak. Aku beranjak dari tempat dudukku untuk membuang botol teh ini. Letak tong sampah di ujung lorong dekat perpustkaan, jadi aku harus keluar. Sebenarnya tidak diperbolehkan makan atau minum di perpustakaan, tapi aku malah minum di dalamnya. Maafkan aku, para pustakawan.
Setelah membuang botol teh ini, aku kembali ke perpustakaan untuk melihat-lihat buku. Membaca sudah menjadi salah satu hobiku sejak keluar dari rumah sakit. Sebelumnya, aku tidak terlalu gemar membaca.
Aku pergi ke rak berisi buku-buku fiksi. Tentu saja aku mencari novel. Kulihat seorang gadis sedang mencari buku di bagian bawah rak. Sepertinya aku kenal gadis ini. Aku bergerak ke arahnya hingga berjarak satu meter. Gadis ini Kayano-san, temannya Namikawa-san. Aku hendak menyapanya, tapi dia yang menyadari ada orang di dekatnya langsung memalingkan pandangannya ke arahku. "Oh, Amamiya-kun. Otsukare." Dia tahu kalau aku baru saja selesai membantu pekerjaan Namikawa-san.
"Sedang cari buku lagi?"
"Iya, untuk minggu ini aku belum dapat bahan bacaan yang baru." Kayano-san kembali memalingkan padangannya ke arah rak.
"Hm, begitu ya..." Kualihkan pandanganku juga ke arah rak sambil melihat-lihat buku.
"Ngomong-ngomong Amamiya-kun, kamu suka baca buku, ya?"
"Um, ya. Saat keluar dari rumah sakit karena kecelakaan itu, aku mulai suka membaca buku karena cuma itu yang bisa kulakukan. Kayano-san sendiri bagaimana?"
"Sejak kecil aku sudah hobi baca buku. Kalau tidak ada buku bacaan, rasanya ada yang kurang, dan terganggu."
"Ahaha… Seperti kutu buku saja."
"Um, iya, banyak yang bilang begitu. Hehe…"
"Begitu ya… Terus, Kayano-san suka buku yang seperti apa?"
"Aku suka buku fiksi, seperti komik dan novel. Genrenya, hm… romantis, misteri, dan horor."
"Horor? Entah kenapa itu genre yang pasti tidak akan pernah kusentuh."
"Eh, kenapa?"
"Sangat tidak suka. Tanpa alasan yang jelas. Haha…" Aku tertawa kecil.
"Apa-apaan itu? Haha…" Kayano-san pun ikut tertawa, "kalau Amamiya-kun suka yang bagaimana?" tambahnya.
"Aku suka genre romantis dan misteri untuk novel. Kalau komik lebih suka yang genre shounen."
"Oh, begitu. Aku juga suka komik shounen. Bahkan aku koleksi lho…"
"Eh, hebat…"
"Kalau Amamiya-kun mau baca, bisa kupinjamkan, kok."
"Eh, serius?"
"Um."
"Terima kasih. Kalau begitu, nanti saja ya."
"Oke. Bilang saja nanti kalau perlu bahan bacaan. Kukasih rekomendasinya deh."
"Terima kasih, Kayano-san."
"Sama-sama. Kalau begitu, aku ke sana dulu."
"Baiklah."
Kayano-san sepertinya sudah mendapatkan buku yang akan dibacanya, sedangkan aku belum. Dia menuju ke tempat baca sekarang. kulihat-lihat lagi buku-buku yang ada di rak ini hingga akhirnya kutemukan buku yang menarik perhatianku. Masih ada waktu sebelum perpustakaan dan sekolah ditutup, jadi kuputuskan untuk membaca buku ini di perpustkaan.
Buku bisa menjadi salah satu cara untuk melepaskan diri dari rasa bosan yang datang. Di apartemen tempatku tinggal sekarang tidak ada televisi, jadi aku harus mencari sesuatu yang dapat mengusir rasa bosan. Tentu saja, sesuatu itu adalah buku.
Suasana perpustakaan yang sunyi membuat kesadaranku tenggelam ke dalam dunia sastra. Kubalik satu per satu halaman novel ini yang membuatku semakin tenggelam ke dalamnya hingga tidak memedulikan apapun di sekitar diriku.
Kesadaranku kembali saat punggungku terasa pegal. Kupijat punggungku dan kuperbaiki posisi dudukku. Saat kualihkan pandangannku dari buku ke arah jam dinding, ternyata sekarang sudah pukul 5:45 sore. 15 menit lagi perpustakaan dan sekolah ditutup. Aku beranjak ke konter untuk mengisi administrasi peminjaman buku. kebetulan Namikawa-san juga masih di sini. Setelah itu, aku mengatakan selamat tinggal ke Namikawa-san dan Kayano-san, lalu kembali ke kelasku di lantai dua.
Saat memasukkan buku yang kupinjam tadi ke dalam tas, terlihat sesuatu yang janggal. Aku melupakan buku catatan yang sepertinya kuletakkan di laci meja saat jam pelajaran terakhir tadi. Oleh karena itu, aku harus kembali ke kelas terlebih dahulu untuk mengambilnya.