Jacky menatap lekat kedua manik mata Silvi yang enggan berkedip, debar jantung mereka bertautan bagai irama genderang perang. keduanya larut dalam khayalan yang mereka rajut dalam angan masing masing, perlahan Jacky mendekatkan wajahnya pada wajah Silvi. identitas lamanya sebagai seorang playboy kembali merasuki jasadnya, Jacky lupa dimana dia, siapa wanita dihadapanya, dan apa tujuan awal kedatanganya.
hawa panas menjalar keseluruh aliran darah Jacky, mengaburkan logikanya, dan kini nafsu hampir saja menguasai seluruh kesadaranya.
"Apa ??! mau mesum lo??!" Silvi mendorong kasar tubuh Jacky yang masih terbilang kekar itu hingga mundur beberapa langkah.
Jacky tersadar akan perbuatanya, ia mengusap kasar wajahnya dengankedua telapak tanganya.
"sorry, aku lepas kendali. jangan salahkan aku, kau memakai baju yang cukup sexi dan itu mengusik ku." kata Jacky santai
"heh!!! ini jamnya orang tidur dan ini baju tidurku terserah aku mau pakai baju apa?? kamu yang bertamu dan nyelonong masuk rumah orang jadi siapa yang salah???" Silvi kembali berteriak terpancing emosi
"sudahlah, cepat keluar dari rumahku! bilang sama Safira aku gak ikut berlibur!!" pekik Silvi sembari mendorong tubuh Jacky ke arah pintu rumahnya.
Jacky yang didorong oleh Silvi tak bisa melawan apalagi setelah sikapnya pada Silvi barusaja, ia cukup merasa bersalah dan tak enak hati.
"ok ok aku pulang, tapi ikutlah berlibur. kalau aku gagal mengajakmu maka tamat riwayatku, kau tahu bukan saat ini Ryuji adalah bawahan Safira selalu menuruti permintaan sahabatmu itu. jika dia tahu aku gagal mengajakmu maka Ryuji yang akan turun tangan menghajarku." kata Jacky memohon
"enggak !!! apa lagi ada pria mesum kayak kamu disana!" seru Silvi sambil menutup pintu rumahnya.
Jacky berjalan lunglai dan sesekali menjambak rambutnya frustasi, seperti yang ia katakan saat ini Ryuji bagai kerbau yang di patok hidungnya selalu menuruti permintaan Safira dan jika ia gagal mengajak Silvi sudah dapat dipastikan ia akan mendapat kesulitan kedepanya.
****
"kau tidur di kantor???" tanya Ryuji terheran melihat sahabatnya masih terbaring di sofa ruang kerjanya dengan rambut acak acakan dan baju yang sama dengan yang dikenakan kemarin.
Jacky terkesigap saat matanya benar- benar terbuka dan menjumpai Ryuji telah berdiri dihadapanya.
"hmmm ya, aku tidur dikantor." jawab Jacky malas
"kenapa??" tanya Ryuji lagi
Jacky membisu kepalanya bekerja mencari alasan, mana mungkin ia berkata jujur bahwa semalam ia kelupaan memberitahu Silvi dan malah pergi ke club untuk bersenang- senang. terlebih jika ia harus mengatakan bahwa semalam ia baru teringat akan Silvi pukul 1 dinihari mengharuskan ia bertamu ke rumah desainer muda indonesia itu tepat pukul 2 pagi, belum lagi sikapnya yang hampir saja memangsa sahabat dari istri Ryuji Tanaka. jelas Jacky tak mau mengakuinya, bisa mati aku kalau aku bercerita jujur pada Ryuji. batin Jacky.
"ah tidak ada, aku hanya menyelesaikan pekerjaan yang terlupa." jawab Jacky asal.
"bagus, lakukan setiap hari jika perlu agar para security lebih ringan pekerjaanya." ujar Ryuji yang tahu betul bahwa apa yang disampaikan Jacky hanyalah sebuah alasan
"oh ya Ryuji, aku adalah seorang dokter. keberadaan ku disini hanya membantumu menstabilkan posisi perusahaan, dan itu sudah terwujud sekarang." kata Jacky
"lalu???" Ryuji mengernyitkan alisnya semakin tidak memahami arah bicara Jacky.
"aku adalah seorang dokter Ryu.... aku mau pulang ke Jepang, aku rindu aroma aspirin, tanganku gatal merindukan stetoskop dan jarum suntik." Jacky kembali berucap dan semakin membuat kepala Ryuji pusing.
"kusarankan kamu untuk pergi ke kamar mandi dan cuci muka, agar otakmu kembali bekerja dengan baik." kata Ryuji sembari melangkah hendak meninggalkan ruang kerja Jacky.
Jacky bangkit dari duduknya dan menarik lengan Ryuji menghentikan langkah Ryuji yang akan meninggalkan ruangan Jacky.
"aku serius, Ryuji aku harus kembali ke Jepang hari ini!!" seru Jacky
Ryuji berbalik sorot matanya meruncing, menusuk kepercayaan diri Jacky.
"Jacky, apa kau melakukan kesalahan?? apa kau melanggar hukum di sini??? Jacky aku bersamamu dan aku akan membantumu menyelesaikan masalahmu, tapi kau tidak bisa kembali ke Jepang jika tidak bersamaku." kata Ryuji menegaskan.
"tidak, aku tidak melakukan kejahatan apapun. sudah kukatakan aku hanya ingin kembali pada profesi ku, dokter. aku rindu aroma aspirin stetoskop dan jarum suntik."
Ryuji tersenyum kecut dan berkata "kau merindukan aroma Aspirin atau aroma parfum para perawat bodoh itu??? kau merindukan stetoskop atau dada wanita jalang yang ada disekeliling mu??? kau merindukan jarum suntik atau tak sabar ingin menyalurkan hasrat mu?? kau ingin kembali pada profesi dokter atau ingin kembali pada kumpulan wanita yang rela kau sentuh secara cuma cuma??? huh???" bentak Ryuji yang kemudian meninggalkan ruangan Jacky.
****
Silvi berjalan cepat kearah ruang kerja Safira, mata panda terlihat jelas diwajahnya karena memang ia tidak tidur cukup semalam.
"hey.... sekutu Jepang!!!" pekik Silvi
Safira mendongak mendengar suara sahabatnya menggema ke seluruh ruangan.
Silvi memasuki ruangan itu dan menghampiri meja kerja Safira.
"kau ingat saat pertama kali kau dengar bahwa Ryuji melamar mu?? apa yang kau katakan??? sumpah serapah keluar dari mulutmu itu. dan sekarang kau menjadi sekutu mereka.!" omel Silvi
Safira terhenyak dari duduknya, ia memberikan gelas air minumnya yang ada diatas meja kerjanya pada Silvi. " hey ada apa?? calm down babe." ucapnya.
Silvi meneguk habis air dalam gelas itu, Safira kembali menanyainya mengapa ia bersikap demikian. belum sempat menjawab dua orang pria dewasa berwajah tampan memasuki ruang kerja Safira.
sontak hal itu semakin menambah emosi Silvi, desainer muda itu menunjuk kearah Jacky dan berkata "playboy ini.... dia sudah menggangguku. dia membuatku tak bisa memejamkan mata semenit saja, Safira aku mau kau minta padanya jauh jauh dari hidupku."
yaaa setelah sikap Jacky semalam wanita mana yang bisa memejamkan matanya?? tatapan mata itu mengusiknya baik saat terpejam atau terjaga, Silvi merasa kesal karena bayangan wajah Jacky malam itu terus terbayang dimatanya.
"okey, aku bakal minta dia jauhin kamu. tapi jelasin dulu ada apa ini???" tanya Safira
"ku rasa aku tahu alasan mu mengapa kau minta pulang ke Jepang.!" Ryuji menghunuskan lirikan matanya pada Jacky yang sudah tak sanggup berdiri karena merasa bersalah dan takut menghadapi kemarahan Ryuji.
"dia..... dia seenaknya aja masuk rumah orang tengah malem, membuat kegaduhan dan.... dan.... dan...."
kalimatnya terhenti disana membuat Safira dan Ryuji semakin penasaran apa yang terjadi sebenarnya, sedangkan Jacky ia takut kalau Silvi mengatakan sikapnya semalam maka tamat sudah hidupnya.
"dan.... apa???" tanya Safira
Silvi tak enak hati mengatakan kalau Jacky hampir saja menciumnya dan karena itu membuat Silvi tak bisa tidur sepanjang malam. "dan hal itu membuat aku ditegur pengurus apartemen!!" pungkas Silvi
"hanya masalah itu??? kamu ke kantor marah- marah???" Safira terbahak sebelum melanjutkan perkataanya "oke oke jangan marah lagi karena besok kita akan berlibur, tentukan saja mau kemana kalian."
"terserah asal si playboy ini jauh jauh dariku!" Silvi mendengkus
"hey... aku bukan playboy. Jacky yang ada dihadapanmu sekarang dia adalah mantan playboy. ingat hanya mantan playboy!!" seru Jacky tak terima
"oh ya???? kau ??? pria sepertimu??? tidak mungkin kau akan meninggalkan gelar besar mu itu." tukas Silvi
"dulu aku memang seorang playboy, tapi tidak sekarang karena aku sudah berjanji akan mencintai seorang wanita hanya seorang wanita dalam hidupku."
kata itu membungkam mulut Silvi, mengejutkan Safira dan Ryuji. dokter asal Jepang yang dikategorikan jenius itu dikenal cukup lihai memainkan hati wanita dan hari ini dia mengatakan bahwa ia akan mencintai seorang wanita??? sungguh pengumuman yang menggemparkan