Chereads / Touch my heart / Chapter 73 - Tak Nyaman

Chapter 73 - Tak Nyaman

Detak jarum jam merangkak

membuat Waktu beranjak

dan Hari baru tak terelak

mentari pagi menyapa lembut dengan sinarnya yang hangat, burung yang menari di atas panggung di hamparan sawah sembari menyanyikan lagu pagi khas pedesaan menjadi pengingat waktu terbaik.

Silvi dengan langkah kakinya yang berat berjalan membuka pintu rumah Berliana, terbiasa bangun pagi dan menghirup udara segar menjadikan dia orang pertama yang membuka pintu rumah Berliana.

namun pagi ini saat ia membuka pintu itu, seorang lelaki bertubuh tinggi, berambut merah kecoklatan dengan sweeter putih dan celana joger putih lengkap dengan sepatu nike berwarna senada berdiri didepan pintu.

mata Silvi yang masih merasakan kantuk sontak terbelalak ia melompat dan memeluk girang pria yang tak asing baginya itu

"kak Arthuuuurrr....."

Artur membalikan badan nya dan mengacak acak rambut hitam Silvi gemas "beraninya kamu, belum mandi dan habis buang kantung sampah peluk- peluk aku???"

mendengarnya membuat Silvi melepaskan pelukan nya pada tubuh atletis itu dengan wajah penuh penyesalan Silvi berkata "maaf..... aku terlalu girang melihat kak Arthur disini."

"hmmm sudahlah, tapi aku butuh tempat untuk ganti baju sekarang." ucap Artur

"ah.... ya... ayo masuk kak, ganti baju di kamar mandi ku aja "

"oke.... ! oh ya mana tante Berliana??"

"mungkin masih di pasar kak... sudah kakak pakek kamar mandi di kamar ku, aku pakek kamar mandi tamu aja oke." Silvi meninggalkan Arthur di kamarnya agar bisa mandi dan ganti baju dengan leluasa

Arthur yang sudah merasa tidak nyaman dengan pakaian yang ia kenakan segera masuk ke kamar mandi dalam kamar tidur Silvi, 15 menit berlalu Arthur keluar kamar mandi dengan selembar kain handuk yang hanya menutupi tubuh bagian bawahnya terjingkat kaget melihat Safira sudah berdiri dalam kamar itu.

"Aaaaaaaa...." teriak Safira

Safira menutup wajahnya dengan kedua telapak tanganya dan berkata "kak Arthur kenapa ada disini??"

belum sempat menjawab pertanyaan Safira Ryuji dan Silvi memasuki kamar itu, Ryuji dengan sigap berdiri di hadapan istrinya menghalangi pandangan Safira dari pesona tubuh indah Arthur.

"kamu???? kenapa bisa ada di kamar Silvi???" tanya Ryuji kesal

"Ryuji tenang dulu, tadi aku peluk kak Arthur setelah buang sampah jadi aku suruh dia mandi dikamar ku karena kamar mandi tamu di pakai Jacky dan kamar mandi belakang kotor. kebetulan Ryuna juga sedang ikut ibuk ke pasar jadi aku kira gak masalah." sahut Silvi

"cepat pakai bajumu jangan buat keributan, aku tidak terlalu suka keributan di pagi hari." Ryuji merangkul Safira yang masih terkejut untuk keluar dari kamar Silvi.

selang berapa lama Arthur keluar dari kamar Silvi mengenakan sweater putih, celana joger putih, lengkap dengan topi putihnya.

Jacky yang sudah mendengar bahwa Arthur datang ke rumah Berliana meliriknya tajam seakan berkata aku tak senang dengan kehadiranmu.

"Kak Arthur, kapan datang??? maaf tadi menyambut kakak dengan teriakan yang bikin telinga sakit." ujar Safira penuh sesal

"ah.... Safira aku yang seharusnya minta maaf karena mengagetkan mu....." belum selesai bicara

"eh ..... Arthur sudah datang??? kamu selalu bisa buat tante kagum."

senyum Artur yang menawan membius Ryuna yang berdiri disamping Berliana, Ryuna berlari kecil mendekati Arthur seketika membuat pria berwajah bule itu menghindar.

"kamu Arthur???? waaaah benar benar pangeran tampan ..." Ryuna dengan sembarangan melepaskan tas belanjaan dari tanganya dan hendak menyentuh wajah Arthur.

"stooooop!!!!" Arthur, Safira,Silvi dan Berliana berteriak bersamaan sedang Arthur keringat dinginya mulai membasahi keningnya, wajahnya yang pucat memperlihatkan ketakutan yang luar biasa.

"kenapa???" Tampang polos Ryuna meminta penjelasan pada para wanita yang meneriakinya.

"ooooohhhh yaaa kamu punya phobia kan??? pobhia apa??? takut sama perempuan??? takut sama sentuhan atau apa???" tanya Ryuna antusias

Jacky mulai merasa tidak nyaman menjawab "dia menderita Chromophobia dan Mysophobia jadi jangan terlalu dekat dengan nya."

"oh.... jadi takut warna sama bakteri ??! sayang sekali pangeran Arthur harus hidup di dalam kaca sebagai pajangan tanpa bisa disentuh" kata Ryuna sambil melangkah mengikuti Berliana, Safira dan Silvi ke dapur.

****

pagi setelah sarapan

"baiklah ayo kita bersepeda, kita sudah genap bisa berpasang - pasangan." ajak Safira

"ayoooo kakak ipar memang selalu punya ide bagus, aku mau boncengan sama pangeran Arthur.!" kata Ryuna bersemangat

"hey mana bisa begitu??? kamu harusnya sama aku!" sahut Jacky

"tidak !!! aku maunya sama pangeran Arthur"

"ah kalian apaan sih ngerusak suasana tau!! udah kita tanya Arthur aja. kak mau pasangan sama siapa??" kata Silvi jengkel

Arthur menunjukan mimik wajah bimbang sesaat kemudian dengan senyum yang menawan ia berkata "aku kan udah jadi pasanganya si kucing liar."

pasangan kini sudah ditentukan Safira- Ryuji, Arthur- Silvi dan Ryuna - Jacky. mereka menaiki sepeda motor menuju pantai parang tritis, sepanjang jalan menuju pantai itu pasangan Arthur dan Silvi yang menjadi sorotan setiap orang yang dilewatinya.

aroma khas pantai sudah tercium dari jarak 5 km kecepatan mereka pun bertambah hingga akhirnya mereka berada di area parkir pantai yang sangat memanjakan mata dengan keindahanya.

"kak Arthur kamu baik- baik saja?? " tanya Safira, wajahnya terlihat sedikit khawatir

"aku gak pa pa.... " jawab Arthur melepas masker dan sarung tangan kemudian membelai rambut Safira

"kenapa kamu menghawatirkan dia sayang??? lihat 2 orang yang selalu mengikutinya itu selalu siap dengan perlengkapan yang dia butuhkan. " Ryuji mulai tidak nyaman dengan keberadaan Arthur yang menyita perhatian istrinya

"ayo kita ke bibir pantai!" ajak Ryuna

Jacky menuruti ajakan gadis yang sejak lama mengusik hatinya itu, keduanya bermain air dan tertawa bersama.

Berbeda dengan Jacky, Ryuji justru memilih untuk berjalan menyusuri bibir pantau bersama Safira.

sedang Silvi dan Arthur duduk di kursi santai yang selalu di bawa oleh pengawal Arthur, disana Arthur melihat sorot mata Silvi yang tidak bisa lepas dari Jacky dan Ryuna.

"hmmm sepertinya kucing liar ku jatuh cinta??? apa ini cinta yang bertepuk sebelah tangan??" kata Arthur

"kak Arthur??? si siapa bilang aku jatuh cinta?? enggak??"

"kalau itu benar aku akan sangat bersyukur, setidaknya aku tidak kehilangan pasanganku." Arthur tersenyum dan mencubit ujung hidung Silvi

"ach.... kak Arthur jangan buat aku merasa malu, nanti kalau aku beneran jatuh cinta ke kakak mau tanggung jawab??"

"kalau begitu aku perintahkan kamu jatuh cinta padaku agar aku segera bisa tanggung jawab."

"eh.... nantangin??"

"lagi pula tunangan ku sudah menikah dengan orang lain, kalau aku menikahimu kita impas kan??"

"ich... aku mau dijadikan alat balas dendam ya???"

"ha...ha...ha... terlalu cantik kalau alat balas dendamnya kamu."

keduanya pun tertawa lepas penuh kebahagiaan, namun Jacky yang dari kejauhan melihat pemandangan itu lambat laun merasakan ketidak nyamanan dan perasaan aneh dalam hatinya. Jacky yang biasanya tak begitu perduli dengan wanita kini justru tak bisa memalingkan pandanganya dari Silvi yang sedang bahagia bersama Arthur, Jacky yang berfikir sangat mencintai Ryuna dan ingin menjadikanya istri kini justru mengabaikan gadis imut itu dan terus mengawasi Silvi dan Arthur.

"hey Playboy kenapa??? kamu liatin kak Silvi??? ahaa cemburu ya???"

"dasar bocah.... bukan cemburu tapi khawatir!! Arthur itu pria yang aneh."

"aneh??? tampan mungkin??? atau berkharisma lebih tepatnya...." Ryuna terkekeh

Jacky merangkul tubuh Ryuna "ingat dalam pandanganmu harus aku yang paling tampan karena aku calon suamimu!"

"gak mau!!! aku menolah punya suami yang saat bermain bersamaku justru mengkhawatirkan wanita lain."

"sekarang ketahuan kamu yang cemburu kan??"

"aku cemburu???" Ryuna melepaskan pandanganya pada dua orang yang dari kejauhan sedang tertawa bahagia dengan gurauanya kemudian gadis itu menutup mulutnya dengan tangan kananya dan berkata " hah.... lihatlah mereka berciuman di depan orang banyak!!!"

Jacky yang tadinya menggoda Ryuna seketika menoleh dengan wajah tak terima dan jengkel memastikan apa yang dikatakan oleh adik sahabatnya itu.