Setelah tiga puluh menit Elif selesai membersihkan dirinya, Elif keluar dari kamarnya, dia melihat ke sekeliling ruangan sangat sepi tampaknya Ruqia dan saudara saudaranya masih enak berada dalam mimpinya.
Elif sedikit demi sedikit menuruni anak tangga sambil sedikit bersiul siul ceria, ia melihat wanita paruh baya yang masih kelihatan aura kecantikannya di usianya yang sudah tidak muda lagi dengan khas wanita Arab di ruangan dapur rumah itu sedang melakukan sesuatu, Elif tersenyum lalu menghampiri wanita itu untuk menyapanya.
" Selamat pagi ammah " sapa Elif ceria kepada wanita paruh baya itu, bibi dari temannya Ruqia yang sedang mengupas bawang di samping pintu dapur keluarga mereka.
Wanita paruh baya itu menoleh dan tersenyum ramah dan lembut kepada gadis di depannya itu.
" selamat pagi juga Elif , kamu sudah bangun nak ?" Sapa wanita itu lembut.
" iya ammah dan sepertinya Ruqia dan Nirah juga yang lainnya masih belum bangun ya ? " Elif balik bertanya.
" Aalah mereka selalu bangun siang dan aku sangat kesulitan membangunkannya saat mereka akan pergi ke sekolah, dasar gadis gadis pemalas hahahaa " kata ammah sambil tertawa.
" Hehehe sama aku juga seperti itu ammah kalau di rumah, mama yang selalu bangunin aku tiap pagi, kalau saja tadi tidak di banguni teman ku, aku enggak mungkin bangun sekarang " kata Elif sambil menyengir kuda.
Ammah hanya tertawa dan menepuk dadanya.
"Hem ammah... bolehkah aku bantuin ammah memasak sekalian aku juga ingin belajar memasak masakan khas Irak, boleh tidak ammah ?" tanya Elif sambil lalu duduk di samping ammah dan wanita paruh baya itu tersenyum dan menyerah kan pisau dapur yang ada di tangannya ke tangan Elif. " Kenapa tidak Elif, kamu seorang gadis dan sepantasnya kamu harus tahu dan bisa memasak untuk suami mu kelak" jawabnya.
Ammah panggilan Ruqia dan saudara-saudaranya untuk bibi mereka, sudah lima tahun ammah tinggal dengan kelima keponakannya anak anak dari almarhum saudara laki lakinya, semenjak kedua orang tua Ruqia meninggal lima tahun lalu, ammah dan suaminyalah yang menjadi wali dari kelima keponakannya yang semuanya perempuan. pertama Nur berumur dua puluh dua tahun dan sudah menikah sejak dua tahun yang lalu dan di karuniai seorang putra yang sangat tampan dan menggemaskan, ke dua bernama Nirah dia berumur sembilan belas tahun yang baru duduk di bangku Kuliah, ketiga Ruqia berumur tujuh belas tahun dan masih duduk di Bangku SMA dan dialah sahabat Elif , dan yang ke empat Toyyibah berumur lima belas tahun dan si bungsu Ruwanah berumur sembilan tahun, ammah dan suaminyalah yang mengasuh kelima keponakannya dengan penuh kasih sayang layaknya anak mereka sendiri.
" Elif apa rencanamu setelah ini " tanyanya kemudian kepada Elif.
Elif menoleh, " heeemm ... mungkin aku akan lihat lihat beberapa museum yang ada di kota ini ammah " ucap Elif tersenyum kepada wanita di sampingnya.
Wanita itu mendesah berat, wajah ammah menunduk dan mata berkaca kaca sambil menatap sedih memandangi sayuran yang ada di tangannya.
" Ada apa ammah, ammah baik baik saja kan ? " tanya Elif khawatir
" andai saja tidak ada konflik dan peperangan di negara ini, mungkin kota ini akan sangat indah Elif dan kakek Ruqia ayah ku dulu meninggal karena perang dia terkena reruntuhan bangunan di kota saat itu " ujar ammah sedih.
" kau benar ammah, tapi inilah takdir tuhan, kita tidak tahu dan tidak bisa menyanggahnya, kita hanya bisa berdoa dan mempertahankan juga membela negara kita dan melindunginya dengan segenap jiwa dan raga kita, kakek ruqia tentara dan pejuang di negara ini, beliau pasti mendapatkan tempat yang istimewa dan paling indah di sisi Tuhan". ucap Elif sambil memegang tangan ammah untuk menghibur wanita paruh baya di sampingnya.
Setelah selesai mengupas sayuran dan beberapa rempah Elif menaruh nampan yang di pegangnya, handphonenya bergetar, Elif tersenyum melihat nama di layar ponselnya lalu ia membaca pesan pesuk yang di terimanya.
"shodiqoti jika punya waktu aku ingin menghubungimu sekarang kangen nih ! "
Elif tersenyum membaca pesan singkat yang ia terima di handphonenya "oke lima menit lagi... sekarang aku masih bersama ammah " balas Elif singkat.
" Cepatlah aku sangat merindukan sahabat ku yang paling cantik ini " kata isi pesan singkat tersebut.
"hem... hem... apakah itu pesan dari kekasih mu Elif " goda ammah sambil berdehem saat melihat Elif tersenyum senyum sendiri itu.
Gadis itu menggeleng dan tertawa kecil, " bukan ammah dia hanya teman ku saja"
" anak muda jaman sekerang memang seperti itu, hahahaa" ammah tertawa melihat tingkah malu malu Elif.
" oh iya.... maaf sekali ammah aku harus pergi, teman ku sebentar lagi akan telpon tidak apa apa kan ammah aku tinggal sendiri ?" ujar Elif
" loh kenapa harus minta izin gadis pemalu, ayo pergilah dan angkat telpon darinya " senyum ammah sambil mengambil pisau di tangan Elif dan menyuruh gadis itu untuk meninggalkannya. Elif pergi dengan seulas senyum indah di wajahnya sambil menekan nomor di handphonenya dengan berlari kecil ke arah halaman depan rumah Ruqia.