Chapter 104 - Pemain Wanita vs Pria Setia

"Sudah cukup satu masalah yang muncul! Tidak usah menambah bebanku lagi dengan sifat suka nekatmu itu!" semburnya galak, lalu melanjutkan dengan nada hati-hati, "pria yang bersamanya bukan orang biasa. Ia adalah Miyamoto Wataru, dewa bisnis yang terkenal di Jepang. Saat ini, pria itu masih menaruh minat pada Misaki. Aku yakin ia akan bosan sendiri dan mengabaikannya. Kita lihat dulu perkembangannya, baru mengambil tindakan. Waka-sama juga tidak menganggapnya sebagai ancaman dan masih memilih menahan diri."

"Dia sama sepertimu, seorang pemain wanita."

"HYOUSUKE! JAGA UCAPANMU" tegurnya dengan nada serius dan dalam.

"Jangan pernah membahas hal ini lagi, apalagi di depan waka-sama walau hanya sekedar candaan! Kau mau cari mati lagi, ya?"

"Ia tak mau buru-buru mengambil tindakan ekstrem. Tak ingin mengulang hal buruk yang sama di masa lalu. Jadi ia membiarkan playboy itu berada di dekat Misaki-san meski sangat tidak senang dengan interaksi mereka berdua."

Memang pantas menjadi pemimpin kita!>

"Bagaimana denganmu? Sudah ada kemajuan?"

"Otakmu sempit! Yang kau katakan itu tidak masuk akal. Jika semudah begitu, harusnya berita kematiannya menggemparkan dunia bawah tanah di dua benua. Dan mereka sudah menyerang kita sejak dulu. Aku yakin mereka sedang menyembunyikannya di suatu tempat dengan kondisi tubuhnya yang memprihatinkan saat itu."

"Kau masih kurang paham situasinya? Sejak tragedi itu, genderang perang sudah ditabuh! Pakai otakmu! Makanya kerja yang benar! Jangan suka keluyuran mencari buruan yang lain! Misaki-san adalah prioritas kita! Keamanannya di atas segalanya melebih nyawa kita semua, bahkan nyawa tuan muda sendiri! Perempuan itu adalah kelemahan grup kita, jika sampai jatuh ke pihak lawan. Kau tahu, kan, apa yang akan terjadi pada kita semua? Dan juga pada negeri ini?"

ledeknya dengan nada menghina dalam suaranya.

"Jangan banyak protes! Kau laksanakan saja perintah yang diberikan padamu! Misaki-san tetap berada di Jepang bukan tanpa alasan! Dan masalah mengenai pria itu, tak ada bukti valid yang menyatakan ia telah meninggal dunia, maka dari itu aku menyuruhmu bersama yang lainnya ke luar negeri untuk mencari dan memburunya sampai dapat!"

"Terserah kau saja. Oh, ya! Waka-sama punya pekerjaan untukmu."

"Akan aku kirim instruksinya melalui email. Ini agak sensitif."

"Hanya tugas kecil. Selebihnya akan dikerjakan oleh orang lain."

"Kau itu kalau bicara yang sopan! Aku masih atasanmu meskipun kau adikku! Aku bisa menghukummu saat ini juga! Dan waka-sama tidak seperti dirimu yang suka judi dan main perempuan! Kesetiaannya tak ada tandingannya."

"Waka-sama adalah pria baik-baik dan terhormat. Berbeda dengan kita semua. Masih untung ia mau mengambil posisi itu dan berhenti memberontak! Kita berhutang banyak pada perempuan itu. Jadi, kerja yang benar demi membalas budi padanya!"

"Jangan menjelekkannya! Dia bukan orang lain! Misaki-san sudah menjadi bagian dari keluarga besar kita sekarang."

"Ya, sudah. Aku tutup teleponnya. Ingat, kerja yang benar! Kita berhutang nyawa padanya!"

Dan perbincangan yang sedikit panas dan misterius itu pun berakhir.

"Hah... apa semua akan baik-baik saja?" renung lelaki ini dalam gelapnya ruangan, kedua tangannya

berada di atas meja, membuka-buka lembaran kertas yang ada. "Semoga waka-sama tidak melakukan tindakan nekat apa pun. Cinta sungguh membutakan akal sehat," gumamnya khawatir.

***

Kereta menuju Akishima yang ditumpangi oleh Wataru hanya memuat beberapa penumpang.

Lelaki itu duduk di kursi paling dekat dengan pintu masuk, terlihat tidur menyandarkan kepalanya pada tiang kursi dengan memeluk kuat tas Misaki.

Kepalanya terantuk pelan ketika kereta mengalami guncangan.

Kedua matanya terbuka dengan perasaan malas dan masih setengah sadar. Ia pun merogoh tas Misaki dan melihat jam pada layar ponsel Misaki yang memiliki wallpaper bergambar anak kucing orange yang menggemaskan.

Rupanya ia sudah tertidur sekitar 40 menit lebih. Kepalanya didonggakkan memeriksa papan pengumuman di dinding kereta. Sebentar lagi ia akan sampai di stasion Akishima.

Perasaan Wataru sedikit terasa aneh mengetahui sebentar lagi akan bertemu ibu dan adik-adik perempuan itu.

Belum sempat ia memikirkan perasaannya lebih jauh, perhatiannya teralihkan dengan cepat pada layar mini di kereta yang semula menampilkan iklan, kini berganti menyajikan Flash News kriminal.

[Peredaran Obat Terlarang Yang Mengakibatkan Kematian Pada Penggunanya]

Tubuh Wataru menegang oleh rasa kegembiraan yang meluap-luap, kemudian surut dalam sekejap.

Meski tak lagi ikut campur dengan kasus kepolisian, darahnya selalu berdesir hebat jika melihat berita kriminal yang mengetuk-ngetuk rasa penasaran dan logikanya.

Ekspresi wajahnya berubah drastis, sedih dan muram.

Ia merasa bodoh dan terasing.

Untuk apa tertarik dengan hal-hal seperti itu lagi?

Dengan perasaan dingin dan hampa, ia mengabaikan berita tersebut dan kembali melanjutkan tidurnya. Pendengarannya semakin lama semakin mengecil dan terlelap dalam buaian mimpi, tak mendengar perkataan selanjutnya dari wanita pembawa berita di layar.

< ...menurut pihak kepolisian, jenis obat terlarang yang beredar saat ini adalah versi terbaru yang pernah marak beberapa tahun lalu. Kasus yang sempat diungkap oleh seorang anak SMA dengan identitas yang dirahasiakan ini membuat resah beberapa pihak. Efek yang ditimbulkan oleh obat terlarang ini, salah satunya adalah halusinasi parah sebelum mengalami kejang-kejang dan mulut berbusa...>