Chereads / I Love You Prince / Chapter 53 - Hari yang mendebarkan

Chapter 53 - Hari yang mendebarkan

Alesha tampak sangat cantik dengan gaun berwarna ungu muda yang menjuntai sampai kebawah, di bagian pinggangnya disisipi tali cantik yang dilengkapi pita yang imut sedangkan atasan gaunnya yang tertutup sampai kelengan dipenuhi renda yang bertaburan kristal yang indah. Tidak ada sedikitpun kesan seksi pada gaun itu, Alesha terlihat bagai putri yang cantik dan anggun karena gaun itu sangat pas melekat ditubuhnya yang indah. Setelah siap dia hanya duduk dikamar sampai ijab kabul selesai dan baru akan keluar setelah dipanggil.

Persiapan pernikahan sudah hampir sempurna, George sengaja mengadakan acara sakralnya itu sangat tertutup. Hanya ada beberapa staf KUA dan imam mesjid serta beberapa orang-orang kepercayaan dan kerabat dekat Pak irawan sebagai saksi nikah. Mereka sangat antusias sekaligus penasaran dengan calon suami Alesha yang misterius itu dan kenapa pak Irawan hanya menikahkan putrinya dengan sesederhana ini. Tapi karena mereka sudah diberikan pengertian sehingga mereka memaklumi. Mereka juga diminta untuk tidak sedikitpun mengabadikan apapun kegiatan yang mereka lihat. Segala dokumen pernikahan sudah siap, semua saksi dan imam nikah sudah berkumpul tapi George belum juga muncul.

Sementara itu dalam kamar, George sedang bersiap dengan bantuan pelayan. Dia terlihat sangat serius mendengarkan pembicaraan ditelpon.

"Baiklah Nikol, hari ini penjagaan harus lebih ditingkatkan. Jangan biarkan Jimmy mendapatkan celah untuk mengacaukan pernikahanku". Ucapnya tegas lalu menutup telponnya.

George sudah sangat tampan dengan setelan tuxedo ungu gelap yang dilengkapi dengan vest waistcoat dan dipadukan dengan kemeja warna putih membuatnya terlihat sangat berkarisma. Dasi pita ungu yang elegan memperlengkap ketampanannya yang selalu menawan. Rambutnya yang pirang disisir kebelakang sehingga wajah tampannya semakin terlihat indah.

Dia melangkah meninggalkan kamar dengan perasaan tegang, jantungnya terasa begitu cepat berdetak. Tidak jarang dia menghela napas dalam agar rasa tegangnya sedikit berkurang. 'Apa ini yang disebut demam kawin?' pikirnya.

Suara gemuruh seketika hilang ketika seseorang muncul dibalik tirai. Wajahnya yang sangat tampan dan terasa tidak asing sukses memukau semua orang yang ada dalam ruangan itu. George berjalan dengan pasti dengan senyuman ramah menuju tempat akad nikah dimana semua orang menunggunya. Pak Irawan tersenyum bangga melihat calon menantunya begitu berkharisma.

Setelah itu mereka semua pun terlihat fokus menyaksikan George yang fasih melafazkan kalimat ijab kabul. Suaranya lantang dan menggema memenuhi seluruh ruangan yang hening.

"Bismillahirrahmanirrahim, saya terima nikah dan kawinnya Alesha Khaira Irawan binti Irawan dengan mas kawin seperangkat alat sholat dan uang sebesar seratus juta dollar dibayar tunai" George mengucapkan kalimat itu dengan sekali tarikan nafas.

Suara tepuk tangan disertai gemuruh menyeruak di seluruh ruangan. Rasa syukur dan ucapan selamat serta senyuman mengembang memenuhi kebahagiaan hati setiap orang. George yang sebelumnya terlihat sangat tegang berangsur tenang, dia menoleh ke sana kemari mencari seseorang yang tidak muncul padahal dia ingin sekali melihat wajah istrinya untuk melepas rasa gugup setelah adrenalinnya terpacu beberapa saat yang lalu.

Para tamu yang hadir telah disuguhkan dengan berbagai macam makanan dan minuman, mereka merasa sangat senang bisa menyaksikan pernikahan putri konglomerat kaya raya seperti pak Irawan. Tak tanggung-tanggung sebagai ucapan terimakasih, sang pengusaha itu memberikan soufenir berupa beberapa persen saham perusahaannya kepada setiap undangan yang hadir. Mereka benar-benar merasa terberkati. Apalagi setelah mengetahui bahwa suami putri Pak Irawan ternyata adalah seorang pangeran dan putra mahkota negara britania raya.

Ditengah riuh bahagia dan canda tawa, terlihat pria berpakaian formal dan memakai peci seperti seorang staf KUA sedang mengawasi setiap ruangan dan pergerakan setiap orang. Sesekali dia melirik kearah dalam ruangan belakang, dia juga memperhatikan George yang sedang gelisah tapi sibuk menerima ucapan selamat dan ngobrol dengan para tamu. Sorot matanya penuh dengan kebencian dan amarah. Setelah beberapa lama terlihat pria itu diam-diam menyelinap masuk ruangan bagian dalam.

Alesha dengan gelisah berjalan mondar-mandir di dalam kamarnya. Kuku jemarinya digigit karena gugup dan tidak sabar. Padahal sudah beberapa menit berlalu setelah ijab kabul diucapkan, kenapa belum ada yang datang menjemputnya. Dia kemudian terdiam setelah mengingat kata ijab kabul, jantungnya seketika berdenyut. Berdebar bahagia dan khawatir. Dia sudah menjadi istri seseorang, istri untuk seorang suami. Rasanya sulit dipercaya, senyumnya pun mengembang. Dia lalu menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan tertunduk, rasanya dia sangat malu bertemu dengan George suaminya. Akan Bagaimana reaksi George nanti setelah melihatnya sebagai istri. Memikirkan itu Alesha merasa sangat gugup, dia menggeleng keras tanpa sadar. Pipinya seketika merona. Alesha terlihat seperti seseorang yang tengah dimabuk asmara yang membuncah.

Sedang sibuk-sibuknya Alesha menghayalkan hal yang tidak-tidak, terdengar suara ketukan pintu. Dia pun tersentak dan segera beranjak kearah pintu. 'ah itu pasti mama' pikirnya sembari membuka pintu sambil tersenyum.

"mama kok la..." Matanya melotot kaget ketika ternyata orang yang ada didepannya itu bukan ibunya.

"Anda siapa? mana mamaku? dia lalu melihat kearah tempat pengawal yang harusnya berdiri didepan pintunya tapi tempat itu kosong. Seketika hatinya bagaikan tersengat listrik ribuan volt, sampai-sampai napasnya terasa tersedak di tenggorokan. Perasaan dejavu yang mengerikan kembali menghantui perasaannya, dia tidak ingin mengalaminya lagi. Alesha kemudian menatap pria itu dengan yang kini sedang tersenyum lebar menakutkan kepadanya.

Baru saja Alesha ingin berteriak, tiba-tiba ibunya muncul bersama dua orang pelayan.

"Ada apa sayang?, kenapa kau terlihat sangat ketakutan begini? baru juga ijab kabul loh nak, belum malam pertama. Masa harus segini takutnya sih sampai pucat begini, ayo kita keluar. Suamimu sudah gelisah menunggu". ucap ibunya sambil bergurau, tapi Alesha terlihat tidak mendengarkannya. Dia masih membeku ditempatnya dan melotot horor kearah pria tadi sehingga pria itu bingung.

Alesha sepertinya tidak mendengarkan ibunya karena dia tidak berhenti menatap kearah pria itu sehingga membuat pria tersebut semakin kikuk.

"Mama..siapa pria ini? tanya Alesha, matanya melotot curiga. Ibunya menjadi heran karena tingkah Alesha yang aneh.

"Hmm..siapa ya?" ucap Ibunya sambil menatap pria itu. "oh mungkin orang suruhan ayahmu untuk menjemputmu karena mama sibuk melayani tamu sehingga lupa kalau ada pengantin wanitanya tertinggal dikamar. Tapi terima kasih ya mas sudah membantu". jawab ibu Alesha sambil tersenyum kearah pria itu sehingga pria tersebut hanya mengangguk dan berlalu dari hadapan mereka.

Alesha masih tegang, entah mengapa perasaannya tidak enak. Dia merasa pria tadi mencurigakan, atau hanya perasaanya saja? tapi mana mungkin, kan penjagaan di rumah ini sangat ketat jadi tidak akan ada yang bisa menyelinap kan? pikirannya berkecamuk.

"Sayang..kok malah bengong sih? ayo kau harus mendampingi suamimu diluar". Alesha hanya mengikuti langkah ibunya tanpa sepatah kata. Dia masih kepikiran dengan pria tadi, kenapa pria tadi ke kamarnya? kenapa ayahnya tidak menyuruh pelayan saja? atau mungkin karena pelayannya sibuk. Tapi kenapa tingkahnya sangat mencurigakan.

Suara tepukan tangan yang riuh dari para tamu membuyarkan pikirannya, dilihatnya George suaminya tersenyum manis seraya melangkah kearahnya. Jantungnya bergemuruh, 'oh may God kenapa George yang selalu tampan kini semakin mempesona sih?' gumannya dalam hati. Alesha refleks menyentuh hidungnya takut kalau mimisannya tiba-tiba keluar. Dia pun tersenyum kemudian menyambut tangan George lalu mereka dipersilakah untuk berdansa.

Alunan musik yang syahdu dan romantis mengalun dengan indah menyempurnakan kebersamaan dua insan yang sedang berdansa dan meresapi cinta mereka. Gerakan mereka seakan menyatu dengan irama indah membuat para tamu terpana.

Gemuruh dihati Alesha semakin bertambah ketika dia melihat sinar mata suaminya yang berbinar indah. Senyumnya terus tersungging menggambarkan kebahagian. Alesha menatap mata tajam suaminya dalam-dalam dan yang dilihatnya hanyalah cinta.

"Apakah kau sudah tidak sabar untuk malam kita sayang?" bisik George ditelinga Alesha dengan lembut membuat gadis itu tersipu dengan wajah merona.

Pernikahan George dan Alesha akhirnya selesai dengan hikmad dan aman terkendali. Tidak ada satupun tanda-tanda yang mencurigakan, semuanya berjalan lancar sesuai harapan. Semua tamu sudah pulang dengan hati yang puas. Bagaimana tidak, soufenir saham yang mereka terima melalui gaji perbulan cukup untuk menghidupi anak istri meski mereka tidak bekerja.