Chereads / I Love You Prince / Chapter 49 - Aku sangat bahagia

Chapter 49 - Aku sangat bahagia

Alesha melihat sosok tinggi yang selama ini dirindukannya. Matanya yang cokelat tajam dan indah itu selalu menghipnotis Alesha untuk memandangnya dengan terpesona sampai dia tenggelam kedalamnya. Tapi sosok itu hanya terdiam di pintu tanpa ekspresi, Nikol yang menemani Alesha pun pamit meninggalkan mereka berdua yang hanya saling menatap.

Alesha terus saja menatap George yang diam tak bersuara, wajahnya yang datar dan sorot matanya yang tajam itu seakan memancarkan kekecewaan yang mendalam. Di situlah Alesha menyadari kesalahannya.

"George..." ucapnya sambil melangkah maju menghampiri pria itu. Alesha lalu memeluknya tapi George tetap terdiam tanpa membalas pelukan hangatnya. Dia bahkan menepis tangan Alesha lalu melepaskan dekapan gadis itu dari tubuhnya, meninggalkannya masuk kedalam ruangan.

Alesha langsung mengejar George dan memeluknya dari belakang. George masih terdiam.

"George, aku sangat merindukanmu" ucapnya sambil terus memeluk tubuh George yang kekar, Alesha bahkan sampai meraba punggung George sebelum kembali memeluknya dengan sangat erat. Tapi George tetap tidak bergeming.

"Kenapa kau diam saja, kumohon katakanlah sesuatu". Ucap Alesha lagi. Kali ini dia membalikkan tubuh kaku George kearahnya dan kembali memeluknya.

"Apa kau sudah puas bersenang-senang dengan Jimmy sahabatmu itu?" Ucap George tiba-tiba dengan sarkatik. Ekspresinya tetap sama, dia menatap Alesha dengan tatapan dingin. Bibir Alesha mengerucut, dia lalu menengadah menatap wajah George dengan tatapan memelas. Darah George berdesir melihat betapa mempesonanya Alesha dengan gaya manja seperti itu, ingin rasanya dia melumat bibir manis itu sekarang juga, merengkuh dan menumpahkan kerinduannya tapi sekuat tenaga dia menahannya karena masih kesal dengan kekasihnya itu.

"Kenapa kau berkata seperti itu George, aku bahkan tidak tahu kalau dia ternyata mengelabuiku, aku sama sekali tidak merasa senang berada di sana. Ayolah jangan marah seperti ini, aku berjanji aku akan selalu mendengarkan ucapanmu". Ucap Alesha dengan nada sedih.

"Tapi tetap saja kau mengikutinya, bahkan kau tidak mengabariku sama sekali. Kau memilih lebih mendengarkan dia dari pada aku, padahal sebelum berangkat ke kanada aku sudah berpesan padamu kalau kau tidak boleh kemana-mana. Kau membuatku kecewa Alesha". Ucap George meluapkan semua kekesalannya, jika sudah seperti itu George terlihat menggemaskan di mata Alesha.

Dia ingin sekali menggigit bibir yang sejak tadi bergerak-gerak itu tapi dia takut George bertambah kesal. Sehingga dia hanya berjinjit dan mencuri ciuman di pipi George. Pria itu hanya melirik Alesha sambil menyentuh pipinya.

"Maafkan aku" ucap Alesha penuh penyesalan. Dia terdiam sejenak kemudian kembali berkata "Apa kau tau apa yang sudah kuhadapi karena berusaha kabur dari sekapannya?" Dia sadar semua yang terjadi karena kecerobohannya sendiri dan dia pun telah mendapatkan ganjarannya, itu sudah sepadan. Dia tidak akan sanggup jika ditambah lagi dengan sikap dingin George.

"Aku berusaha kabur dengan turun dari bangunan berlantai tujuh tapi aku tertangkap, aku berusaha kabur lagi dan aku akhirnya berhasil. George, bisa kah kau sedikit bersimpati padaku, lagi pula aku kan sudah meminta maaf jadi kau pun harus memaafkan aku. Sekarang juga maafkan aku, kalau tidak aku tidak akan melepaskan pelukanku ini sampai kau memaafkanku". Pintanya sambil terus bergelayutan ditubuh George. Tangan Alesha bahkan dengan nakalnya menyelinap masuk kedalam kaos George. Berusaha menggoda George dengan tatapannya yang setiap pria bisa tenggelam didalamnya.

George semakin gerah melihat aksi nakal Alesha yang dengan sengaja memancingnya untuk bereaksi, tatapan polos tapi menantang itulah yang dia tidak pernah sanggup menolaknya. Dia lalu mencekal tangan nakal Alesha yang semakin berani menyentuh tubuhnya, menggelitik birahinya. Tapi kesadarannya lagi-lagi harus selalu mendominasi. Belum waktunya. 'Dasar kau Alesha, tunggu saja'. ucapnya membatin.

"Ahh...! suara desahan lirih Alesha karena merasa tangannya sedikit sakit oleh cekalan George membuat pria itu semakin tidak karuan. Dia menatap dalam-dalam mata bulat Alesha yang memelas. Menyentuh mata indah itu, lalu tangannya menelusuri setiap detail wajah cantik Alesha. Menyentuh bibir indahnya yang sedikit terbuka. Dengan perlahan George memasukkan jarinya ke mulut itu, Alesha pun mulai merespon dengan sedikit menghisap jemari George sehingga membuat suhu tubuh pria itu memanas.

George merasakan darahnya mendidih sehingga wajahnya bersemu merah menahan hasrat. Dia sangat ingin melumat bibir itu dan ketika dia menundukkan wajahnya untuk mencium Alesha, gadis itu dengan cepat melesat lari menjauh dengan tersenyum lebar.

George yang dikuasai hasrat pastinya tidak terima diperlakukan seperti itu, sehingga dia langsung mengejar Alesha. Layaknya perjuangan hidup dan mati, George berusaha mengejar Alesha bagai orang kalap.

"Alesha... berhenti..sekarang juga!! kalau sampai tertangkap aku bersumpah akan mencabik-cabik tubuhmu" ucap George tidak sabar sambil terus berusaha mengejar Alesha. Tapi gadis itu benar-benar seperti anak kucing yang dengan girangnya berlarian sambil tertawa lebar.

"Maafkan aku dulu, baru aku menyerah" balasnya sambil mengacungkan ibu jarinya mengolok George sambil terus menghindar. Jelas saja pria itu semakin gemas. Mereka terus berkejaran sampai akhirnya Alesha terpojok.

"Mau lari kemana lagi kamu hmm?" George berjalan perlahan menghampiri Alesha dengan senyum iblisnya.

Alesha menjadi gugup, dia menggeleng keras. Dia lalu berusaha kabur dengan menerobos tubuh George, alhasil dia pun tertangkap dengan mudah. Karena apa bedanya, berdiam ditempat pun dia pasti akan tertangkap juga, jadi apa salahnya Alesha mencoba keberuntungannya sebagai usaha terakhir. Dan dia pun mendarat dengan mulus dipelukan George yang hangat dan menyenangkan.

Lama mereka bepelukan, saling menumpahkan semua keriduan dan keletihan tubuh dan jiwa yang selama ini mereka rasakan.

"Aku sangat merindukanmu, kau tidak tahu betapa aku sangat khawatir ketika mengetahui kalau kau pergi dengan Jimmy" George melepas pelukannya dan menyentuh kedua pipi Alesha.

"Aku menyesal tidak mendengarkanmu" Alesha menatap mata coklat George dengan penuh minat, dia tidak akan pernah bosan untuk terus menikmati mata tajam yang indah itu.

George kemudian menunduk perlahan dan menyentuh mulut Alesha dengan bibirnya yang basah. Alesha lalu memejamkan mata, menyambut setuhan bibir George yang selalu memabukkannya, dia bahkan rela menyerahkan segalanya demi pria ini.

Mereka lalu saling melepas dahaga yang sudah lama tertahan. George terlihat dengan lihai mempermainkan bibir Alesha, menghisap, menggingit dan melumat mulut mungil itu dengan penuh hasrat. Lidahnya menjelajahi setiap rongga mulut Alesha, mengecap semua yang ada didalamnya sampai gadis itu hampir kehabisan napas.

George melepas bibir yang sudah sedikit bengkak dan merah itu sebentar untuk Alesha bernapas kemudian dia melumatnya lagi seakan tiada hari esok. Sedangkan Alesha hanya sesekali mengimbangi keganasan George yang menurutnya kali ini semakin menggila. Dia hanya lebih banyak pasrah membiarkan George sesuka hati mengoyak mulutnya.

Mereka berciuman sangat lama sampai Akhirnya George menghentikan ciuman mereka dengan napas yang memburu.

"Aku tidak pernah puas mencium bibirmu yang manis ini sayang" ucapnya sambil menyentuh bibir yang sudah memerah itu dengan sangat lembut.

Alesha meringis lirih. "Kau sangat buas" Wajahnya merengut protes.

"Seharusnya kau tidak mempermainkan aku, jadi itu hukuman" ucap George tersenyum nakal sambil berusaha mencium bibir Alesha lagi, tapi dengan cepat gadis itu menghindar dan menutupi mulutnya dengan tangan. Mereka lalu kembali saling berpelukan dan tertawa bahagia.

George kini terlihat sudah rapih dengan setelan casual. Celana jeans dan kaos hoodie biru berlengan panjang membuatnya semakin mempesona. Sedangkan Alesha sangat cantik dengan blus maroon dan rok pendek.

Alesha sedang menata rambutnya ketika George menghampirinya.

"Kita mau kemana sih George, makan malam di sini pun kan tak kalah bagusnya kok. Lagian aku capek, mau langsung tidur saja" ucapnya cemberut.

Dia memang sangat letih karena telah berlarian berusaha kabur dari Jimmy, dia hanya ingin istirahat.

"Aku tidak mau menundanya lebih lama lagi, setelah ini kau bisa tidur sampai puas aku janji" George lalu menggandeng Alesha keluar kamar.

"Memangnya kita mau kemana?" tanya Alesha kemudian

"Rahasia..."