Mobil melaju membelah malam yang dingin, gerimis kecil seakan menambah kesejukan malam yang terasa hangat bagi George dan Alesha. Kedua tangan mereka saling menggenggam erat tidak terlepaskan. Alesha yang memang sedikit lelah menyandarkan kepalanya di bahu George yang kokoh. Sesekali George membelai rambut Alesha dan mengecup keningnya dengan lembut.
"Kamu tidak mau memberitahuku kita akan kemana George?" ucap Alesha dengan mata terpejam.
"Tunggulah sampai kita tiba oke, sebentar lagi kita sampai di bandara dan terbang ke suatu tempat"
Alesha langsung membuka mata dan menatap George dengan penuh tanya. Tapi belum sempat dia membuka mulut, pintu mobil sudah terbuka dan George pun meminta Alesha untuk keluar dari mobil. Alesha sebenarnya masih sangat penasaran ingin mengetahui mereka akan pergi kemana tapi percuma saja bertanya kepada George karena pasti jawabannya akan tetap sama, sehingga dia memilih untuk diam dan mengikuti George sampai kepesawat.
Didalam pesawat, Alesha akhirnya tertidur. George menatap wajah damai Alesha yang tertidur, desahan napasnya yang lembut dan teratur membuat hati George tentram. Dia teringat ketika Alesha masih dalam sekapan Jimmy, betapa dia sangat khawatir dan frustrasi. Sekarang kekasihnya itu sudah berada dihadapannya dan tertidur dengan pulasnya, George merasa seakan masih bermimpi. Dia lalu mengecup bibir merah gadis itu dengan perlahan kemudian dia pun menutup matanya.
Penerbangan ke Makassar cukup singkat, hanya sekitar Setengah jam pejalanan dari Wakatobi. George membuka matanya setelah mendengar suara notifikasi pesawat, gemerlap lampu yang terlihat dari pesawat sangat indah bagai taburan berlian yang bertebaran di muka bumi. George menoleh kearah Alesha yang masih tertidur pulas, dia belum tega membangunkannya. George tahu kalau kekasihnya itu telah melalui hari-hari yang melelahkan sehingga dia membiarkannya tertidur sebentar lagi.
Pintu pesawat sudah terbuka tapi Alesha tampaknya tidak ada pertanda akan bangun, sudah beberapa kali George berusaha membangunkannya tapi gadis itu tetap tertidur pulas. Dia hanya sesekali berguman tapi kemudian tertidur lagi. Akhirnya George menggendongnya turun dari pesawat.
Orang-orang yang ada dibandara menjadi heran sekaligus takjub karena melihat seorang turis tampan sedang menggendong seorang wanita yang tertidur pulas. Beberapa diantara mereka menjadi penasaran, siapa gerangan pria itu dan beberapa orang pria yang mengikutinya.
Meskipun wajahnya tertutup masker dan berkacamata akan tetap terlihat dari postur tubuhnya yang atletis mereka tahu bahwa dia adalah seorang pria rupawan. Apakah dia seorang artis? Para wanita yang melihat mereka merasa iri dengan kemesraan yang terlihat. Alangkah beruntungnya wanita yang ada dalam gendongannya itu
George berjalan menuju deretan mobil yang sudah menunggu, kemudian dia dan para pengawalnya pun masuk kemobil sebelum melaju meninggalkan bandara.
Sementara itu,
Jimmy terlihat uring-uringan, semua yang ada dihadapannya sudah hancur berantakan. Dia sangat geram karena pengejaran mereka berakhir sia-sia. Ditambah lagi karena dia akhirnya mengetahui kalau George yang ada dibalik menghilangnya Alesha, tidak sedikitpun dia akan mengira kalau George akan secepat itu mengetahui keberadaannya dan merebut Alesha kembali.
Tangannya mengepal dan memukul-mukul lengan kursi dengan penuh emosi. Tidak seorang pun dari orang-orangnya yang berani mendekatinya, mereka hanya berdiri terpaku diluar ruangan dengan muka pucat pasi.
Wajah merah padam Jimmy seakan membakar semua yang ada disekitarnya. Matanya merah dan berair menahan murka yang luar biasa. Dia seakan ingin menelan semua yang berani mengganggu kesenangannya dan itulah yang akan dia lakukan terhadap George. Yah.. dia akan menghabisinya dan mengambil kembali apa yang sejak dulu menjadi miliknya.
"Kita lihat saja Pangeran bangsat, aku tidak akan membiarkanmu bernapas lagi. Kau akan segera berakhir.." ucapnya geram penuh emosi. Dia lalu memejamkan matanya sehingga air mata jatuh meleleh ke pipinya.
Didalam mobil, rupanya George mencoba membangunkan Alesha lagi dengan mengelus lembut wajah mulus gadis itu. Tapi Alesha masih tidak bergeming, "kau rupanya secapek itu sayang" gumannya pelan. George masih terus mengelus pipi Alesha sampai gadis itu merasa tidak nyaman. Rasa geli di pipinya membuatnya mengerutkan kening dan berguman tidak jelas. Tapi anehnya rasa geli itu berubah menjadi rasa sedikit sakit di bagian hidung sehingga terpaksa dia membuka matanya dan mendapati George sedang menggigit hidungnya.
"Ah sakit..!!" ucapnya kesal. George pun menghentikan kegiatannya dan tersenyum nakal. Alesha mengusap hidungnya yang sedikit memerah karena gigitan George.
"Kamu seperti tikus George.." ucapnya kesal.
"Akhirnya kau terbangun juga, tapi sekarang tutup matamu dan jangan membukanya sebelum ku minta"
"Sebenarnya kamu ingin memberikanku kejutan apa sih George, cepat katakan jangan berbelit-belit. Aku janji tidak akan memberitahukan orang lain, jadi ayo katakan".
George hanya tersenyum dan menggeleng. Kemudian segera membalikkan tubuh Alesha supaya lebih mudah untuk menutup matanya.
"Itukan kejutan untukmu dan kalau aku memberitahukannya sekarang berarti bukan kejutan namanya. Orang lain juga akan segera mengetahuinya setelah kau mendapatkan kejutan itu sayang. Sekarang duduk dengan tenang di tempatmu dan jangan rusuh atau mencoba untuk mengintip kalau tidak kau akan kuberi hukuman yang jauh lebih parah lagi dari sebelumnya" Ucapnya sambil sengaja menyentuh bibir Alesha dengan jarinya membuat wajah gadis itu merona.
Mobilpun melambat setelah memasuki halaman mansion Pak Irawan dan berhenti tepat didepan pintu masuk. Orang tua Alesha yang sudah sejak tadi menunggu kedatangan mereka segera membuka pintu dan menunggu mereka keluar dari dalam mobil. Mereka sengaja tidak bersuara karena telah sepakat untuk memberikan kejutan bersama untuk Alesha.
Alesha akhirnya keluar dari mobil dengan bantuan George, matanya masih tertutup. Dia terlihat sudah tidak sabar untuk membuka penutup matanya lalu
George melepas penutup mata Alesha dan...
"Ma...mama..papa..?!, aku.. aku ada rumah?" ucap Alesha tidak percaya sambil menyapu pandangannya kesekitarnya sebelum akhirnya menghambur kepelukan ibunya sambil menangis bahagia" Ayah Alesha pun memeluk mereka berdua. Mereka bertiga larut dalam kebahagiaan. George tersenyum bahagia melihat kehangatan keluarga Alesha, diam-diam dia merasa lega karena rencananya membebaskan Alesha bisa tercapai dengan baik. Tidak terbayang olehnya jika saja kekasihnya itu tidak bisa lolos dari Jimmy dan melihat mereka bertiga sekarang berkumpul hatinya merasa sangat senang.
Mereka kemudian masuk kedalam dan duduk di kursi ruang tamu. Segala jenis makanan sudah tersedia di atas meja. Jalang kote', pisang ijo, panada dan berbagai macam roti serta makanan ringan ada disana. Orang tua Alesha memang sudah mempersiapkan semuanya untuk menyambut kedatangan putrinya itu. Alesha memang tidak sempat makan malam sehingga tanpa basa-basi dia langsung mengambil panada yang terlihat menggiurkan itu dan memakannya dengan lahap.
"Makannya pelan-pelan dong sayang, nanti keselek. Maaf yang nak George Alesha memang kadang-kadang suka bagini" Tegur ibunya karena merasa tidak enak dengan George yang sejak tadi menatap Alesha yang sedang makan dengan penuh minat.
"Tidak apa-apa Bu, biarkan dia makan sepuasnya. Saya senang melihatnya makan dengan lahap".
Alesha hanya melirik George sebentar dan melanjutkan makannya. Setelah merasa puas, Alesha masih tetap bergelayutan dilengan ibunya dengan manja. Mereka pun berbincang-bincang dengan hangat.
"Terima kasih George" ucap Alesha kemudian. Dia tersenyum lembut kearahnya, George hanya mengangguk dan membalas senyuman Alesha. Lama mereka saling menatap dengan penuh cinta sampai akhirnya ayah Alesha berdehem. Keduanya pun langsung kikuk salah tingkah.
"Saya melihat diantara kalian berdua memang saling mencintai, benarkan Alesha?" tanya Ayahnya, dia menatap putrinya itu dengan serius. Alesha pun menjawab dengan anggukan.
"Bapak dan Ibu sudah percaya kalau saya tidak berbohong, maka dari itu sekarang saya akan melamar putri Bapak dan ibu didepan Alesha sendiri" ucap George dengan bersungguh-sungguh. Mata bulat Alesha membesar mendengar ucapan George, dia tidak percaya dengan pendengarannya.
Benarkah yang baru saja didengarnya? rasanya ini seperti mimpi. Belum sempat Alesha berkata sesuatu, George pun berlutut dihadapannya, membuka kotak kecil yang ada ditangannya sehingga terlihatlah cincin berlian indah yang bersinar didepan mata Alesha.
"Please marry me, Alesha"