Chereads / Reminiscent in Adagio / Chapter 6 - Ep 4 : Hopeless

Chapter 6 - Ep 4 : Hopeless

"Selamat ulang tahun,Chann. Aku berharap semua yang kau impikan segera terwujud. Aku yakin, kau pasti akan menjadi seorang pianis terkenal dari Inggris."

Christabel Edlyn tersenyum cerah sembari menyodorkan sebuah kotak kecil pada pemuda yang ada di depannya. Belle berharap cemas akan reaksi Chann mengenai hadiah ulang tahun yang ia berikan. Jika dibandingkan dengan seluruh hadiah yang akan diterima Chann hari ini, Belle tahu, hadiah pemberiannya adalah yang terkecil dan sederhana. Meski begitu, Belle tetap mengukuhkan diri untuk memberikan Chann hadiah.

Saat ini keduanya berada di taman belakang mansion Ardolph. Di tengah pesta meriah yang dipersiapkan Sang Ibu, Chann Ardolph, lebih memilih berada di belakang semak – semak bersama Belle.

"Terima kasih,Belle," ucap Chann seraya menatap kotak kecil berhias yang ada di tangannya dengan mata berbinar. Bahkan pemuda itu memperlakukan kotak kecil itu seolah – olah benda terbuat dari beribu permata berharga.

Melihat reaksi Chann yang sedikit berlebihan membuat Belle semakin resah. Gadis itu tak ingin melihat ada kilat kecewa di manik indah Chann terlebih jika semua disebabkan olehnya. Sungguh, itu adalah hal yang paling menyedihkan bagi Belle. Gadis berambut blond itu akhirnya menundukkan kepala dan lebih tertarik memainkan salju di tanah dengan ujung sepatu marry jane yang dipakainya.

"Aku tahu hadiah dariku pasti lebih kecil dan tak semewah dengan yang diberikan keluarga atau teman – temanmu yang lain. Aku hanya bisa membuatkanmu itu saja," lirih Belle dengan nada sendu yang tak bisa ditutupi.

Chann mengerutkan dahi dan menatap heran Belle. Pemuda berusia delapan belas itu tak mengerti kenapa Belle tiba – tiba merendah di depannya. "Kenapa kau berbicara seperti itu, Belle ? Aku bahkan belum membuka apa isi kado yang kau berikan padaku," goda Chann yang kini memainkan kotak kecil pemberian Belle. "Melihatmu bersikap seperti ini, membuatku semakin penasaran dengan isinya. Kubuka sekarang, okay ?"

"Jangan dibuka sekarang! Kau buka nanti saja di kamar. sungguh, aku tak mau melihat raut kecewa di wajahmu karena hadiah yang kuberikan tak seindah atau semewah hadiah yang diberikan keluarga dan teman – temanmu yang lain," cegah Belle sambil memegangi lengan Chann agar tak membuka kotak hadiah darinya.

"Kenapa kau merendah seperti itu, Belle ? Bagiku bukan masalah apakah itu sesuatu yang besar atau kecil. Aku lebih menghargai ketulusan hati seseorang yang memberikanku hadiah. Kalau kau bersikap seperti ini, itu artinya kau tak tulus memberiku hadiah, begitu ?"

"Bukan begitu," Belle menggeleng lemah dan menatap lurus ke arah Chann. "Hadiahku pasti akan terlihat biasa dan begitu sederhana bagimu,Chann."

Chann mengangkat bahunya. "Aku sangat tak mengerti kenapa kau bersikap merendah di depanku. Jika menurutmu penilaianku begitu penting,akan kubuka sekarang."

Sebelum Belle berhasil mencegah Chann membongkar hadiah darinya, Chann sudah lebih dulu menarik perlahan pita penghias yang mengikat kotak tersebut. Chann menyimpan pita penghias itu ke salah satu mantelnya dan kembali membuka hadiah dari Belle.

Tepat di dasar kotak, terdapat sebuah kotak musik yang di dalamnya seperti terdapat selembar kain berwarna biru. Sebelah alis Chann terangkat, segera tangannya mengeluarkan kotak musik dan membukanya. Alunan lembut sebuah lagu klasik langsung menyambut gendang telinga Chann saat ia mengambil selembar kain dari dalam kotak musik.

Chann menoleh ke arah Belle. Iris biru keabunnya menuntut penjelasan Belle."Fur elise dan..."

"Aku membuatkanmu sapu tangan. Seorang bangsawan harus selalu menyimpan sapu tangan di sakunya. Bagaimana kau akan disebut sebagai seorang bangsawan Inggris jika selalu menghilangkannya dan tak bisa memakainya disaat dibutuhkan."

Chann memandangi sapu tangan buatan Belle sebelum beralih memperhatikan Belle dan tergelak tertawa. Tingkah Chann tentu mengundang tanda tanya besar. Belle sangat tak mengerti kenapa Chann bisa tertawa sekencang itu karena hadiah pemberiannya.

"Kau kenapa,Chann ? Apa ada sesuatu yang lucu dengan alasan yang kuberikan ?"

Chann masih terus terbahak bahkan beberapa kali bertepuk tangan, sebuah kebiasaan kecil yang selalu dilakukan pemuda tersebut. butuh beberapa detik hingga Chann bisa menghentikan tawanya. Chann mengusap sudut matanya yang berair karena banyak tertawa.

"Aku sangat tak menduga kau akan memberikanku hadiah sapu tangan dengan alasan paling konyol yang pernah kudengar. Aku sangat tak menyangka seorang Christabel bisa berkata seperti itu," jelasnya yang kembali tertawa terpingkal – pingkal.

Belle mengerucutkan bibir karena Chann kembali menertawai alasan ia menghadiahi sebuah sapu tangan. "Alasan apa yang kau pikir konyol, Chann ? Justru kau yang menyedihkan, seorang bangsawan tapi tak punya satupun sapu tangan. Kalau kau pikir hadiahku tak berguna, kembalikan saja padaku!"

Belle bersiap merebut kotak musik berisi sapu tangan yang ada di pangkuan Chann. Tetapi, Chann dengan sigap langsung melindungi hadiahnya. Beberapa kali Belle berusaha mengambil kembali sapu tangan dan kotak musik tersebut dari Chann. Tapi, hasilnya selalu nihil. Chann selalu berhasil menghindari serangan Belle.

"Kenapa kau menghindariku terus,Chann ? Bukankah kau tak menyukai hadiah yang kuberikan, kenapa—"

"Kapan aku bilang tak menyukai hadiahmu,Belle ?" balas Chann lembut. "Aku tertawa bukan tak menghargai hadiahmu. Justru aku berterima kasih karena kau memperhatikan hal terkecil yang mungkin bagi sebagian orang adalah hal sepele. Aku tertawa karena aku tak menyangka jika kau memahami aturan konyol yang dimiliki keluarga bangsawan khususnya keluargaku." Chann tersenyum menatap hadiahnya sebelum beralih menumpukan perhatian serta senyum pada Belle.

Belle mengatupkan bibir. Gadis yang biasanya cerewet itu seolah kehilangan kemampuannya untuk mendebat Chann. Belle merasa jantungnya berdegup dua kali lebih cepat karena tindakan Chann. Belle merasa lututnya kehilangan kemampuannya menopang tubuh setelah melihat senyum manis dan tatapan Chann padanya.

Selama ini, Belle memang sering mendapat tatapan dan senyuman Chann, tapi akhir – akhir ini semua tindakan itu seolah tak baik untuk kesehatan jantungnya.

Apa Belle perlu berkonsultasi dengan dokter spesialis jantung ?

"Aku menyukai hadiahmu. Sekali lagi terima kasih atas hadiah dan perhatian yang kau berikan untukku,Belle. Semua sangat berharga."

Butuh beberapa detik bagi Belle untuk dapat memfokuskan diri setelah terperangkap dalam labirin tatapan Chann. Gadis itu mengalihkan perhatiannya dan memilih menunduk dan kembali memainkan salju dengan ujung sepatu, seakan semua itu lebih menarik dibandingkan pemuda yang ada di sebelahnya.

"Tapi, kenapa kau memberikanku kotak musik ? Lagipula, apa tidak ada lagu klasik lain yang bisa digunakan dalam kotak musik ? Kenapa semua kotak musik pasti menggunakan lagu Fur Elise ?"

"Entahlah Chann. Jika kau ingin punya kotak musik dengan lagu klasik yang berbeda lebih baik kau membuatnya sendiri," balas Belle yang jengah dengan sikap hiperaktif Chann. Keduanya memilih berjalan – jalan kecil di balik rimbunan semak yang terdapat di bagian paling belakang taman mansion Ardolph.

"Ide bagus. Mungkin nanti di masa yang akan datang aku akan membuat sebuah kotak musik dengan lagu yang berbeda," cetus Chann sembari memperhatikan Belle yang berjalan di depannya.

"Lagipula, aku menyukai Fur Elise. Lagu itu mengingatkanku pada seseorang," balas Belle yang mendadak menghentikan langkahnya tanpa membalikkan tubuh.

Chann ikut menghentikan langkah dan berusaha mencuri kesempatan untuk dapat menghirup aroma shampo yang digunakan Belle. "Memang lagu itu mengingatkanmu pada siapa, Belle ?"

"Kau—"

CUP

Secara tiba – tiba, Belle membalikkan tubuhnya ke arah Chann, sementara Chann yang sedang merendahkan tubuh tingginya untuk menghirup aroma rambut Belle. Tindakan Belle yang tak terduga membuat Chann mendaratkan bibirnya tepat pada bibir plum Belle. Selama beberapa detik keduanya seolah memasuki dimensi ruang dan waktu yang berbeda.

"Chann! Kau dimana ?!"

Suara panggilan Alex membuat Chann maupun Belle tersentak. Keduanya mundur beberapa langkah dan berdiri kikuk saat menyadari apa yang baru saja terjadi. Rona merah dengan cepat menjalari wajah keduanya.

"Maaf..." ucap keduanya bersamaan. Sebelum akhirnya kembali saling melempar pandangan.

"Ah! Disini kau rupanya. Waktumu dan Belle sudah habis. Kau harus segera kembali ke pesta. Ibumu menyadari kau menghilang dari pesta!"

Alex Kim muncul dari salah satu semak yang berada tepat di belakang Chann. Pemuda berwajah oriental yang merupakan sepupu Chann tersebut tak menyadari situasi canggung yang tengah dihadapan Chann dan Belle. Alex hanya sibuk berceloteh mengenai ibu Chann—Valeria Kim Ardoplh, yang tengah panik karena putra tunggalnya menghilang dari pesta.

Chann menoleh pada Alex yang sudah bersiap menarik Chann kembali ke pesta. "Sebentarlah,hyung. Ada hal yang perlu kusampaikan pada Belle."

Alex memutar kedua bola matanya kemudian mendengus. "Okay. I give you twenty second, love bird," ucap Alex yang memilih meninggalkan Belle dan Chann, membiarkan keduanya memiliki privasi.

"Maaf aku tak bermaksud menciummu seperti itu,Belle. Aku sungguh tak—"

"Tak apa,Chann. Aku tahu kau tidak seperti pemuda lainnya. Sekarang, kembalilah ke pesta. Jangan buat ibumu semakin cemas," potong Belle.

"Tapi,aku..."

Belle tertawa kecil dan tersenyum manis. "Aku tak apa – apa,Chann. Sungguh. Kembalilah ke pesta maaf sudah mengganggu waktumu. Sampaikan terimakasihku pada Alex karena sudah mengizinkanku menyelinap masuk ke taman belakangmu."

Chann berdiri gelisah yang kemudian mengangguk pelan dan berbalik pergi meninggalkan Belle sendirian. Sesekali, Chann masih melemparkan pandangannya pada Belle. Karena tak memiliki lagi alasan untuk tetap tinggal di taman belakang, Chann akhirnya pergi meninggalkan Belle.

Belle mematung selama beberapa detik setelah kepergian Chann. Tepat ketika gadis itu hendak berbalik, telinganya mendengar suara gemerisik semak di belakangnya. Cepat, Belle menoleh dan menemukan Chann berada beberapa langkah darinya.

"Chann,apa yang kau—"

Ucapan Belle terpotong karena Chann sudah berlari ke arahnya dan kembali mendaratkan bibirnya pada bibir Belle. Hal itu jelas membuat Belle membelalakkan mata akan tindakan tak terduga Chann.

"Terima kasih sudah memberikan hadiah terbaik untukku. Kau sudah mencuri ciuman pertamaku, Christabel Edlyn. Dan aku menyukainya," bisik Chann sesaat setelah melepas kecupannya.

Belle seperti kehilangan akal sehatnya. Iris cokelat itu menatap tak fokus pada Chann yang masih tersenyum lebar dengan mata berbinar. Setelah itu, Chann kembali pergi meninggalkan Belle yang masih berusaha keras meredakan debaran jantungnya.

~**~

Udara dingin tak membuat Christabel Edlyn mengurungkan niat untuk pergi berlatih. Sambil mengayuh sepedanya, Belle menyusuri jalanan kota London dan menikmati udara musim dingin yang terasa menyenangkan bagi rongga penciumannya.

Kayuhan sepeda Belle terhenti kala ia memasuki pekarangan gedung tempat ia bersekolah musik sejak berusia belia. Belle kemudian memarkirkan sepedanya di tempat biasa. Sesekali gadis blond dengan mata cokelat itu menyenandungkan musik yang akan ia gunakan dalam kompetisi nanti. Belle begitu menikmati musik yang ada di kepalanya. Perempuan itu bahkan merentangkan tangannya seolah – olah dengan begitu ia dapat menyentuh notasi yang dilalui dalam pikirannya.

Christabel Edlyn, salah satu violinis terbaik yang telah lulus tahun ini dari British Music Academy. Dalam angkatannya, Belle adalah violinis andalan dari sekolahnya setiap kali mengikuti kompetisi baik di ajang nasional. Meski telah lulus pada musim semi tahun ini, salah satu tutornya, Miss Alberthiene, secara mengejutkan mengikutsertakan Belle pada kompetisi internasional yang akan diselenggarakan pada awal musim semi tahun depan di Prancis. Itu sebabnya, Belle berlatih begitu giat.

Begitu tiba di ruang latihan paling pojok di lantai dua gedung British Music Academy, Belle segera mengucir rambutnya menjadi pony tail. Setelah memastikan bahwa rambut atau apapun akan mengganggunya selama berlatih, Belle mengeluarkan biola kesayangannya dari dalam tas penyimpanan yang sejak tadi berada di punggungnya.

Belle tersenyum dan mengusap lembut biola kesayangannya yang merupakan hadiah dari Chann pada ulang tahun ke tujuh belasnya. Sungguh, Belle tak menyangka jika lelaki yang telah menjadi sahabatnya selama beberapa tahun itu akan membelikannya sebuah biola. Dan seperti yang telah diduga, Chann William Loey Ardolph, tentu tak akan memberikan biola berkualitas rendah. Chann menghadiahi Belle sebuah biola handmade yang dipesan secara khusus dari seorang perajin biola ternama di Prancis. Itu sebabnya, Belle sangat menyayangi biolanya.

Tak butuh waktu lama, alunan musik segera mengalun dari Belle dan biolanya. Belle begitu menikmati setiap gesekan yang dihasilkannya. Bahkan perempuan itu tak ragu untuk ikut larut dengan memejamkan mata. Hingga, sebuah gangguan terdengar begitu saja di telinganya. Sontak, hal itu membuat Belle berdesis kesal dan menghentikan permainan sebelum akhirnya berbalik untuk melihat siapa yang sudah mengganggu.

Seorang perempuan dengan wajah luar biasa cantik dan langkah anggun, perlahan memasuki ruang latihan Belle sembari bertepuk tangan. Senyum terpatri begitu indah sesuai dengan garis wajahnya yang sangat klasik tetapi semua berbanding terbalik dengan sorot yang dipancarkan kedua iris hijaunya.

"Apa aku mengganggu saat latihanmu,Nona Edlyn ?"

Marion Hampston memasang seringai mengejek pada Belle. Perempuan berdarah Inggris tersebut memutuskan mendekati Belle yang tak bergeming dari tempatnya. Marion kemudian menyilangkan kedua tangannya tepat di depan dada.

"Tentu saja kau menggangguku. Apa kau tak lihat jika aku sedang berlatih ?"

Tawa mencemooh terlantun dari Marion. Perempuan itu bahkan menggelengkan kepala tak menyangka jika Belle bisa bersikap begitu kasar padanya. Dalam hati, kebencian Marion pada Belle semakin menguat nyata.

"Wah,kau berani juga ya bersikap begitu kasar padaku ? Apa kau tak tahu siapa yang tengah kau hadapi, Miss Edlyn ?"

Belle terdiam mendengar sindiran Marion padanya. Belle tentu saja tahu siapa Marion dan Belle tahu pasti bagaimana ia harus bersikap seharusnya di depan perempuan dengan warna rambut yang sama dengannya.

"Belle...Belle... seandainya kau lahir dari pernikahan yang sah, tentu nasibmu tak akan seperti sekarang. Kau harus hidup di dalam bayangan ibuku. Apa kau berusaha membuktikan diri jika kau layak menjadi seseorang dengan statusmu itu,Belle ?"

"Aku tak mencoba membuktikan apapun dari kompetisi yang akan kuikuti ini,Marion. Jika kau tak punya urusan selain menggangguku berlatih, sebaiknya kau pergi. Waktuku tak banyak untuk mendengarkan rasa kasihanmu."

Marion mendelik sinis dan secara tiba – tiba, Marion mendorong tubuh Belle ke salah satu tembok. Tak ada lagi keramahan yang ditunjukkan wajah cantik Marion. Marion memperlihatkan sisi gelapnya dengan pancaran kemarahan yang terpatri nyata di kedua manik hijaunya.

"Coba katakan sekali lagi. Beraninya perempuan kotor sepertimu berbicara bahkan mengusirku seperti itu! Apa kau lupa dengan yang sudah kuperbuat untuk melindungimu, adik kecilku ?" desis Marion sambil menepuk kasar pipi Belle.

Belle merinding mendengar desisan tajam Marion ditambah seringai menakutkan yang diperlihatkan kakak berbeda ibunya tersebut. Sungguh, ini kali pertama Belle melihat Marion begitu berbeda dibandingkan biasanya.

"Aku tentu kemari karena ada urusan penting denganmu. Kalau tidak, untuk apa aku membuang waktu berharga menemui perempuan kotor sepertimu ?"

Belle sudah berusaha keras meredakan dadanya yang berdenyut sakit tiap kali Marion mengatainya perempuan kotor. Sungguh, Belle sudah terbiasa dengan caci – maki yang diberikan Marion, setelah perempuan itu mengetahui jika mereka ternyata bersaudara. Tapi, rasa sakit itu tetaplah sama dan tak berkurang.

Belle tahu ibunya—sebagai mantan kepala rumah tangga di mansion Hampston, telah melakukan kesalahan besar. Meski begitu, Belle tetaplah sakit dengan panggilan yang penuh hinaan tersebut.

"Apa yang kau inginkan dariku, Marion ? Bukankah selama ini aku sudah bersikap baik dan tak melakukan apapun yang bisa menimbulkan kekacauan untuk keluargamu ?"

"Bersikap baik ?Hah!" Marion tertawa sinis. "Kau memang tak menimbulkan kekacauan yang bisa merusak reputasi keluargaku. Tapi, tidak tahukan jika selama ini kau sudah menggoda tunanganku ?!"

"Chann sahabatku,Marion. Aku tidak memiliki perasaan apapun padanya," rasa sakit yang mendera hati Belle berjuta lebih menyakitkan saat harus membohongi dirinya sendiri. sungguh, Belle tak punya pilihan selain menyangkal perasaannya pada Chann pada kakaknya, Marion.

"Kau pikir aku percaya begitu saja dengan ucapanmu ? Kau keturunan perempuan licik, dapat dipastikan sikap licik ibumu pun pasti akan turun padamu. Jadi, sampai kapan kau akan mengelak dariku, Belle ? Kau terus mengganggu dan mendekati Chann. Apa kau berniat mengambilnya dariku ?"

"Aku sungguh tak bermaksud seperti itu. kami bersahabat sejak kecil dan kau pun tahu. Aku sungguh tak memiliki perasaan apapun padanya,Marion."

Marion mundur beberapa langkah dan menatap tajam Belle. "Bagaimana jika Chann yang menyimpan perasaan itu padamu ? Akankah kau tetap berada disampingnya ?"

Belle membuka dan menutup kembali bibirnya sesaat setelah bom yang dijatuhkan Marion. Belle tak menyangka jika Marion pun menyadari sikap Chann yang begitu berbeda padanya. Demi apapun, Belle tak pernah mengharapkan Chann membalas perasaannya terlebih merebut Chann dari Marion.

"Kau mengikuti kompetisi atas rekomendari Miss Alberthiene. Kau tahu jika Miss Al juga menyayangiku sebagai murid emasnya,bukan ? Lalu bagaimana jika aku menggunakan sedikit saja kekuasaanku atas dirimu pada kompetisi nanti ? Akankah kau keluar jadi pemenangnya ?"

"Marion, jangan lakukan sesuatu yang..."

"Aku tahu. Meski aku dapat mempengaruhi para juri di kompetisi nanti karena semuanya mengenal ayahku ah kuralat ayah kita, tapi aku tak akan melakukannya. Tapi semua itu harus ada harganya. Kau tak ingin aku terlibat dan mengacaukan impian kecilmu itu, bukan ?"

"Apa yang kau mau dariku, Marion ?"

Marion tersenyum penuh kemenangan dan melangkah mendekati Belle. Tangan lentik Marion membenahi kuciran rambut Belle yang sedikit berantakan. Marion meletakkan kedua tangannya di bahu Belle dengan lembut. Iris hijaunya memancarkan ancaman nyata sementara bibirnya membentuk senyum manis yang membingkai roman cantiknya.

"Jauhi Chann. Sejak awal, Chann adalah milikku,Belle. Kau bisa meraih mimpimu menjadi seorang violinis terbaik di Inggris tapi semua itu mustahil jika Chann tak membantumu mewujudkannya. Dan sekarang, kau menjadi terlalu serakah. Ingatlah siapa dirimu dan dosa apa yang membelenggumu. Kau tak pantas untuk,Chann. Kau mengerti, adik kecil ?"

Marion menepuk sedikit kasar pipi Belle sebelum melangkah pergi. Meninggalkan Belle sendirian di ruang latihan. Marion tak peduli jika Belle terguncang dengan ancamannya. Perempuan itu hanya melaksanakan tugasnya. Mengingatkan Belle mengenai statusnya sebagai sebuah aib, bukan hanya untuk Hampston, akan juga menjadi aib jika mengharapkan menjadi pendamping pewaris Ardolph.

~**~