Avan semakin mengembangkan senyum sinisnya, sambil berjalan mendekati pria paruh baya itu.
"Menarik sekali."
Pria itu semakin melangkah mundur, sesekali melirik ke arah truknya, dan saat ada kesempatan ia berlari masuk dan melaju bersama truknya.
"Kali ini aku tidak akan membiarkanmu lolos." segera Avan memasuki mobilnya dan menyalakan mesinnya, lalu melihat Eunwoo yang masih termenung di luar memegang kepalanya.
Tin! Tin! Avan membunyikan klaksonnya dan menyadarkan Eunwoo. Eunwoo lekas berjalan memasuki mobil yang ia sadari aliran darah mulai mengalir dan menetes jatuh ke aspal dari tangan kirinya. Eunwoo lekas menutup lukanya dengan tangan kanannya dan menyembunyikannya dari Avan.
"Dia terlalu sibuk dengan pria itu. Semoga dia tidak mencium darahku." kata Eunwoo waspada sambil melihat Avan yang terlalu fokus mengejar truk.
Truk itu melaju semakin cepat. Namun Avan tak lengah untuk mengejarnya dan terus mengikuti dari belakang. Ini adalah kesempatan terakhirnya untuk mengungkap kebenaran dari alasan 9 tahun lalu mengapa pria itu membakar rumahnya dan membunuh keluarganya. Tentu Avan tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini.
Perjalanan semakin terasa jauh dan mencekam, mereka menuju jalanan yang terdapat jurang di bawah sana. Sangat menakutkan. Namun yang terlintas di pikiran mereka hanya berusaha melarikan diri dan mendapatkan yang menjadi tujuan.
Sementar darah Eunwoo tak berhenti mengalir sejak tadi. Aneh, Avan tidak menciumnya sejaka tadi. "Apakah dia benar-benar tidak mencium darahku? Dia vampir lemah atau hanya menunggu saat yang tepat untuk menguak identitasku." tatap Eunwoo heran. "Aneh. Seharusnya aku tidak ikut bersamanya dan pergi di saat situasi seperti ini. Tidak, tidak. Aku tidak bisa meninggalkannya di saat seperti ini."
"Tetaplah bersamaku. Aku membutuhkanmu. Hanya kau satu-satunya saksi saat itu." gumam Avan tiba-tiba yang mengejutkan Eunwoo.
"Apa maksudmu? Saksi? Saksi apa?" sanggah Eunwoo tak mengerti.
"Aku membutuhkanmu. Tetaplah bersamaku." kali ini Avan bergumam lirih dan tak lepas dari pandangannya ke arah truk besar di depannya.
Eunwoo masih tidak mengerti, namun hatinya merasa tersentuh melihat Avan benar-benar ingin ia bersamanya. "Baiklah."
Pria paruh baya itu masih fokus dengan jalanan, namun kepalanya terasa sakit setelah mengingat potongan ingatannya kembali. "Aku tidak membunuh, aku tidak melakukannya." gumam pria paruh baya itu sepanjang perjalanan. "Aku hanya melakukan perintah. Tidak, keluargamulah yang bersalah, karena itu bos membunuhnya."
"Aku tidak akan membiarkanmu lolos!" Avan kemudian menyenggol mobil truk itu dari belakang.
Pria paruh baya itu semakin wasapada, dan menambah kecepatannya. Hingga 5 meter di depan, ia terlambat menyadari ada batu besar di tepi jalan. Seketika mobilnya berhenti dan oleng setelah menyenggol batu itu. Sementara Avan yang ikut terkejut dari belakang tak sengaja menabrak mobil truk itu dan saat itu juga mobil truk itu terjatuh menggelinding ke arah jurang yang curam.
"Tidakkkkk!!!" teriakan Avan menggema, tak terima melihat truk itu terjatuh. Eunwoo segera keluar dari mobil dan memastikan keadaan truk itu yang mulai meledak. "Di-dia sudah mati," kata Eunwoo tak percaya. Kemudian ingatan akan wajah Aileen teringat jelas, saat ia membunuh vampir yang berusaha menyakiti Aileen di gang kecil yang gelap.
"Dia masih mengingat dan menungguku." kata Eunwoo sambil tersenyum. "Jadi, Avan adalah.." sektika Eunwoo mengingat juga saat kebakaran yang ia lihat dan Avan menghentikannya.
Sementara Avan menyesali kejadian ini. Menjedot-jedotkan kepalanya pada stir mobil sambil mengepal kuat tangannya. Nafasnya tak beraturan, darahnya mulai terasa mendidih. Pria yang satu-satunya menjadi tujuan balas dendam dan mendapat kepastian tentang pembunuhan keluargnya lenyap begitu saja. Masih banyak yang Avan ingin ketahui sebelum membiarkan pri itu mati.
"Ayah, Ibu, Aileen." tangis Avan semakin tersedu-sedu sambil mengingat keluarganya. "Apakah aku harus membunuh seluruh bangsa vampir yang sangat kejam itu?"
Eunwoo berjalan menghampiri Avan dan membuka pintu mobilnya. "Adikmu masih hidup. Aileen."
Deg! Seketika hati Avan tersentak saat mendengar nama Aileen.
"Kau melihatnya? Bagaimana mungkin? Mereka sudah mati dalam kebakaran itu."
"Aku menyelamatkan adikmu malam itu dari kejaran vampir yang membunuh keluargamu." jelas Eunwoo. Hati Avan semakin terasa sakit mendengar orang tuanya mati di bunuh oleh vampir sementara ia menganggap keluarganya mati karena kebakaran itu.
"Ayah, ibu. Apa yang harus kulakukan? Aku benar-benar lemah membiarkan vampir menjijikan lolos begitu saja. Maafkan aku."
Eunwoo mengangguk dan menepuk pundak Avan. "Aku baru saja mengingatnya. Dia berada di sekitar kita." kata Eunwoo sambil mengembangkan senyumnya.
*Man Without Light*
Aileen tak henti-henti memanggil nama Eunwoo. Sehingga membuat Resen semakin kesal.
"Aku akan menjauhkanmu darinya. Aku tidak ingin mengulang kesalahan kedua kalinya. Sebelum semuanya terlambat."
Resen mulai menggigit jarinya hingga mengeluarkan darah dan mencampurkannya dengan darah manusia yang sudah ia siapkan sejak lama untuk Aileen. Dengan Resen memberikan campuran darahnya dan darah manusia maka tubuh Aileen akan melakukan kontraksi yang sangat cepat, tubuhnya akan lebih segar dari biasanya, setelah itu Aileen akan terus mengalami haus darah seperti vampir normal.
Resen tersenyum kecil setelah berhasil memberikan darahnya pada Aileen. "Sebentar lagi, Aileen. Aku melakukan ini demi kebaikanmu. Kau akan menjadi vampir seutuhnya. Seorang vampir tidak akan bisa bersama dengan manusia. Manusia hanyalah mangsa. Kau harus tahu itu. Namun, jika kau tetap memilih bersamanya maka kau akan tahu akibatnya nanti."