Tak berapa lama mobil Franklin berhenti di depan kediaman Shella. Shella langsung melepas sabuk pengamannya dan menggandeng tas mungilnya.
" Terimakasih untuk hari ini. Ucap Shella sambil tersenyum dan perlahan membuka pintu mobil Franklin.
Namun Franklin menarik tangan Shella, membuat Shella kembali terduduk dan kembali menatap Franklin.
" Ada apa ? Tanya Shella.
Franklin terlihat diam dan hanya menatap Shella.
" Ada apa ? Tanya Shella sekali lagi
Saat itu juga Franklin menarik kepala Shella untuk lebih dekat dengannya. Tarikan yang perlahan-lahan namun Shella sudah tau kemana tujuannya.
Shella lantas memberanikan diri dan mengalungkan kedua tangannya di leher Franklin.
" Mau tidak mau lagi pula sebentar lagi aku akan jadi istrinya. Batin Shella.
Franklin melumat bibir merah Shella secara perlahan dan tangannya sedikit meraba bagian pinggul Shella. Mata Shella terpejam dan bibirnya bergetar, getaran itu dapat di rasakan Franklin. Franklin sempat tersenyum dan kembali melumat dengan lembut bibir Shella yang kenyal.
Sekitar lima menit mereka berciuman beradu di dalam emosi yang berbeda. Di saat Franklin mencurahkan cintanya di sisi lain Shella melampiaskan kemarahannya. Nafas mereka terengah-engah. Franklin menangkap kedua pipi Shella dan menyatukan jidatnya.
" Thanks. Kata Franklin dan kembali mengecup kening Shella sebelum akhirnya memeluk Shella erat.
Setelah itu Shella turun dari mobil dengan cepat dan berjalan masuk ke dalam kediamannya. Franklin yang menatap itu berfikir bahwa Shella sedang malu karena mereka baru saja berciuman. Namun sebenarnya Shella sedang marah kepadanya dirinya sendiri dan mengutuk dirinya berkali-kali.
Shella berjalan dan menutup dengan keras pintu kediamannya yang berwarna putih. Shella menangis sembari merosot dengan tubuh yang masih bersandar di pintu. Shella menangis menyalahkan dirinya sendiri, entah mengapa tapi Shella sangat membenci dirinya sendiri. Rasa yang sudah 8 tahun hilang kini kembali menghantuinya. Perasaan yang sama ketika Shella kehilangan Clara dan Jacob.
Shella kembali ke titik gelap tanpa terang, kembali tenggelam dalam lautan perasaan bersalah. Terapung di tengah lautan tanpa ada tangan yang meraihnya. Hanya ada beberapa gelembung yang menandakan bahwa jiwanya sekarat.
Andai waktu bisa berputar mungkin tidak akan ada penyesalan. Semua Andai itu semakin menyakiti perasaan Shella.
******************
Ruangan Meeting.
Shella sedang menjelaskan struktur rancangan kepada beberapa investor dari Jepang menggunakan bahasa asing.
" Jika Material ini di gunakan saya yakin bahan akan tetap bagus dan sangat Fleksibel dengan harga yang standard di pasaran. Dan hal ini bisa membuat perusahan kita mengalami keuntungan yang pesat. Jadi Tuan dan Nyonya tidak perlu khawatir jika saham yang kalian tanam akan merugikan. Kata Shella menjelaskan menggunakan bahasa Inggris.
" Tapi bukankah material ini sulit di cari ? Tanya Investor dari Jepang menggunakan bahasa Inggris.
" Sebelum saya memperkenalkan Material ini, saya sudah terlebih dahulu mensurvey asal dan tempat kita bisa menemukannya tanpa takut kekurangan. Saya tidak akan berani menampilkan material ini jika memang material ini akan sulit di dapat. Itu hanya akan membuang uang, tenaga dan juga merugikan perusahaan saya. Kata Shella penuh percaya diri.
Saat itu ketiga investor mengangguk dan seolah mengerti apa maksud Shella. Mereka terlihat sangat antusias dan puas dengan setiap jawaban dan penjelasan dari Shella.
Tak berapa lama akhirnya meeting selesai. Shella dan ketiga investor di ikuti Sekertaris nya Luna berjalan keluar ruangan sambil berbincang bincang.
" Kalau begitu kami akan berbincang dengan Direktur pusat menenai Material ini. Dan jika mereka menyetujui hal ini maka kami akan segera menghubungi Nona. Kata Ukito unoko.
" Baik Tuan. Thank you. Jawab Shella singkat sembari membungkuk di depan lift sebagai penghormatan yang biasa di lakukan Masyarakat Jepang.
" Wahhh Kakak hebat...! Kata Luna menepuk tangannya berkali-kali.
" Tidak mungkin mereka menolak Kak. Sudah pasti mereka terkesan dengan material yang kakak tawarkan. Kata Luna.
" Ya... Aku harap juga begitu Luna. Jawab Shella singkat sambil tersenyum dan kemudian berbalik menuju ruangannya.
Di dalam ruangannya
Shella lagi-lagi menatap ke arah langit yang terlihat dari jendelanya. Berdiri sembari menyatukan kedua tangannya di dada. Shella sesekali memainkan mainan kalungnya. Batinnya seolah sedang berbicara kepada Awan tentang rindu yang sudah tak tertahan.
Tiba tiba benak Ayu seolah melihat Jonathan di sisinya sedang tersenyum dan memeluk Shella dari belakang. Aroma tubuhnya, sentuhannya dan senyumnya seolah nyata. Shella menatap wajah Jonathan dan air matanya langsung berjatuhan mengalir di pipi. Namun bayangan nya kala itu Jonathan sedang menghapus air matanya. Sedang tersenyum dan memeluk Shella. Tangisan Shella pecah secara bersamaan. Tangannya perlahan membentuk lingkaran seolah memeluk Jonathan.
Perlahan bayangan itu hilang dalam hitungan detik. Senyuman dan aroma itu hilang dan walau sudah berusaha mencari tak akan Shella temukan. Shella menghapus air matanya. Perlahan Shella kembali menatap langit tangannya menyentuh cermin.
" Baru saja kau mengunjungi ku bukan ? Kau membuat ku semakin rindu dan merasa bersalah ! Apa kau sedang menyiksaku ? Tanya Shella yang saat itu mengepal tangannya.
Franklin masuk dan langsung memeluk Shella dari belakang. Franklin tau kalau saat ini Shella sedang menangis.
" Sudah cukup ! Tolong jangan menangis lagi. Kata Franklin.
Shella terkejut dan langsung menoleh ke arah Franklin. Perlahan Jari Franklin menghapus air mata Shella yang membasahi pipinya.
Franklin menarik Shella kedalam pelukannya dan menepuk-nepuk pundak Shella untuk membuatnya merasa lebih tenang.
" Joe tolong jangan siksa Shella seperti ini. Kau sudah pergi jauh meninggalkan kami setidaknya biarkan kami menemukan setitik kebahagiaan. Batin Franklin.
" Kemarilah... Pasti kau belum makan. Kata Franklin menarik tangan Shella.
Franklin membuka bekal makanan dan menyuapi satu persatu Sushi yang ada di dalam kotak makanan tersebut.
" Aku bisa makan sendiri Franklin. Tolak Shella.
" Kali ini biarkan aku menyuapi mu. Aku harus memastikan sendiri makanan ini ter-kunyah dengan benar dan habis tanpa sisa. Aku tidak ingin wanita yang aku cintai sakit, karena aku tentu tidak akan bisa menjadi Dokter untuk pasien lain karena sibuk mengurus mu. Kata Franklin kembali menyodorkan sushi yang di jepitnya menggunakan sumpit.
Shella tersenyum walau setitis demi setitis air matanya masih mengalir.
Kembali lagi Shella merasa selalu beruntung karena di dekat kan dengan orang-orang yang selalu memperdulikan dan menyayanginya dengan tulus seperti Lia, Tia, Bik Nani dan Franklin.
" Terima Aku. Dan hatimu akan membaik La. Kata Franklin ke arah Shella.
Shella mengangguk.
" Kita akan tetap melangsungkan pernikahan kita di bulan Maret kan ? Tanya Franklin lagi.
Shella sempat berfikir sebelum akhirnya mengangguk pasrah. Karena tidak ada lagi yang bisa Shella lakukan. Ini juga merupakan hal yang Jonathan inginkan, karena menurut Jonathan, Franklin adalah pria yang tepat.