Chereads / My First Love Is My Husband / Chapter 48 - Seperti Pelangi (Bab 48 )

Chapter 48 - Seperti Pelangi (Bab 48 )

Hadir mu seperti pelangi yang datang sehabis hujan dan menghilang meninggalkan kenangan.

Warna indah yang tak bisa aku genggam namun bisa aku kenang lewat penglihatan.

Kenapa kau pergi tanpa belas kasihan, tidak kah kau tau aku setia menunggu mu sehabis hujan.

Warna mu indah dan aku sangat terkesan.

************************************************

Shella bangun dan merasakan tangannya di genggam oleh seseorang, matanya masih sedikit perih dan seolah masih sangat berat untuk menampung cahaya. Perlahan Shella berusaha bangkit dan menstabilkan seluruh saraf lehernya yang jegang karena Shella tertidur hanya dalam satu arah. Matanya mulai terbuka walau sesekali menyipit karena belum terbiasa dengan cahaya terang. Dari arah tangannya Shella merasakan ada hembusan napas yang hangat dan perlahab seolah ada sesuatu yang kenyal dan basah menyentuh tangannya. Shella membelalak dan matanya menatap wajah Franklin yang sedang mencium tangannya sembari memejamkan matanya frustasi. Bajunya lusuh dan kusut, sepertinya saat itu Franklin baru kembali dari rumah sakit.

" Sudah bangun ? Tanya Franklin sembari mengelus punggung tangan Shella.

" Ya..., Sudah jam berapa sekarang ?

" Sekitar jam 3 pagi.

Sontak kata kata itu membuat Shella terkejut dan saat itu Shella langsung duduk dan menatap Franklin.

" Sudah berapa lama aku tertidur ? Dan kau kenapa masih ada di sini ?

" Apa kau sudah baik-baik saja ? Bagaimana sekarang perasaan mu ? Tanya Franklin yang saat itu memotong pertanyaan Shella.

Kembali Shella memasang wajah penuh rasa bersalah di ikuti wajah sedih. Shella berusaha menampung air matanya dan bibirnya bergetar sebelum akhirnya Shella mulai bersuara.

" Ma-af kan aku sudah membuat mu khawatirr. Aku... aku hanya terlalu mencintai nya. Dan setelah kehilangan baru aku sadari bahwa perasaan ku terhadapnya tidak pernah berubah sedikit pun. Aku... aku hanya terlalu munafik dalam mengakui perasan ku yang sesungguhnya. Suara Shella di ikuti titisan air mata yang mulai mengalir jatuh satu persatu membasahi selimut yang menutupi tubuh Shella.

Tanpa berkata apa-apa Franklin menarik kepala Shella dan membiarkan Shella menangis di pelukannya. Sebenarnya Franklin merasa napasnya sesak ketika mendengar bahwa Shella sebegitu menyesalnya karena tidak mengungkapkan perasaannya kepada Jonathan.

Setelah tangisan Shella sedikit mereda, Franklin mulai mendorong sedikit tubuh Shella. Menghapus air matanya dan menatap Shella dengan senyuman.

" Aku tidak akan memintamu melupakannya karena itu tidak akan pernah mungkin. Sekarang sebaiknya pulihkan dulu kondisi hatimu dan istirahatlah. Aku tau kau lelah tapi sekarang tidak ada yang bisa kita lakukan selain mendoakan Jonathan dan kembali menata hidup kita seperti biasanya.

" La... Aku akan tetap di sini, menunggu hati mu mau menyisihkan tempat untukku. Tidak perlu banyak sebanyak kau menyimpan Jonathan di hatimu. Aku hanya butuh sedikit tempat untuk bisa menetap di hati mu.

"Hati entah lah... Masalahnya saat ini bukan aku tidak ingin memberi tempat untuk mu. Hanya saja hati itu sudah di culik dan di bawa pergi oleh nya. Franklin jangan minta aku mencintai mu dengan hati karena aku tidak akan bisa menjaminnya. Tapi jika dengan logika karena kau pria yang bijaksana maka akan aku terima. Aku sudah tidak punya harapan lagi tentang cinta. Cinta ku sudah pergi membawa rasa. Batin Shella.

Seminggu kemudian.

Shella mulai kembali ke aktivitasnya. Dengan bekerja dan bekerja tanpa henti, menurut Shella ini cara yang ampuh untuk sedikit meringankan kerinduannya. Sesekali bahkan saat bekerja entah kenapa sering kali Shella seolah membayangkan sosok Jonathan sedang berada di ruangannya.

"Membayangkan mu tersenyum membuaut ku ikut tersenyum. Ini lah mengapa ku sebut dirimu sebagai cinta karena tidak perduli di mana aku berada dan kau berada, tapi cinta ini membuatku bahagia.

Seperti angin dan bayangan mungkin seterusnya aku hanya akan menganggap mu seoerti itu. Kenangan mu bisa aku rasakan menusuk kalbu dan pikiran membawa ku jauh tenggelam di dalam kerinduan. Aku memeluk diriku sendiri membayangkan dirimu hadir dan sedang memberi ku kehangatan. Hujan sudah berhenti tapi air mataku tetap mengalir.

Shella meringkuk di bawah jendela ruangannya. Menatap langit mendung yang perlahan lahan mulai surut di tembus cahaya. Matanya basah dan tangannya menyilang di dada. Hujan sudah reda namun tangisnya tak kunjung reda.

Lia menerobos masuk sembari langsung merentangkan tangannya memeluk Shella. Tangisnya pecah di bahu Shella membayangkan betapa rapuhnya hati Sang sahabat mengingat kepergian Jonathan. Iya menarik kacamatanya dan saat itu menangis tanpa henti di pelukan Shella. Bahkan suara tangisannya lebih keras dari suara tangisan Shella.

" Maaf aku tidak ada menemani mu di saat kau merasa sangat terpuruk. Kata Lia.

" Tidak apa-apa aku mengerti. Kata Shella menepuk pundak sahabatnya.

Saat itu Lia merogoh tasnya dan mengeluarkan Selembar foto.

" Itu makam Jonathan. Aku hanya bisa mengambil nya dari kejauhan karena saat itu penjagaan di area Perkuburan sangat ketat. Yang aku dengar wajah bahkan tubuh Jonathan terbakar hangus saat kecelakaan. Tidak bisa di kenali. Kata Lia

Tangan Shella bergetar saat akan mengambil foto tersebut namun belum sempat menyentuh nya Shella lantas langsung menurunkan tangannya.

" Maaf aku tidak bisa menerimanya Lia. Ini terlalu sakit. Kata Shella mengurungkan niatnya.

"Biarkan aku hidup dengan kenangan indah walau berujung air mata. Dia pria terindah cinta pertama yang tak pernah bisa aku hapus dari diriku selamanya.

*****************

Hallo semua

Author sedih nih karena pembaca novel ini ( MFMH ) jarang banget ngedukung novel ini. Hanya ada sebagian yang aktif memberi komentar dan juga memberi batu kuasa.

Dan untuk kalian yang selalu ngasih dukungan terima kasih banyak ya. Sejuta cinta dari Author untuk kalian.

Hemmm ayo dong di kasi dukungan ke novel ini biar saya Up 3 Bab per hari.