Chereads / My First Love Is My Husband / Chapter 68 - Bertemu Tuan Muda ( BAB 68 )

Chapter 68 - Bertemu Tuan Muda ( BAB 68 )

Waktu berlalu sangat cepat dan perlahan walau dengan berat hati Shella mulai bisa menerima hari-harinya yang amat sederhana tanpa fasilitas mewah. Saat ini Shella bekerja di sebuah perusahaan besar sebagai karyawan biasa. Perusahaan yang memiliki cabang di beberapa negara termasuk Eropa ini benar-benar membantu ekonomi Shella selama setahun terakhir. Namun bukan tanpa kendala karena nama belakangnya tidak akan bisa di hapuskan sering sekali Shella menjadi bahan bully seniornya di kantor. Mereka mencela Shella sebagai seorang anak Koruptor.

Namun seolah hatinya sudah terlatih di bully entah mengapa Shella tidak pernah merasa sedih ataupun tertekan. Shella mengganggap ucapan mereka hanyalah angin lalu.

Saat ini Shella berjalan ke ruangan Pak Joko salah satu Dirut perusahaan furniture terbesar di Indonesia. Dengan sangat sopan Shella mengetuk pintu Pak Joko.

"Ya... Silahkan masuk. Ujar pak Joko.

Shella melangkah dengan senyuman indah yang merekah bak bunga mawar yang sedang mekar di pagi hari. Secara kebetulan saat itu ada pak Joko duduk tepat di hadapan seorang pria tampan yang sangat tinggi tegap dan posturnya bak seorang model. Memakai Tuxedo yang sangat mahal dan penampilan menunjukkan bahwa dia bukanlah pria biasa.

"Maaf Pak saya menganggu pembicaraan bapak." Ujar Shella memberi salam ke arah pria tersebut dan kemudian menyerahkan dokumen ke tangan Pak Joko.

"Oh... La... mungkin kamu tidak tau. Dia adalah Tuan Muda Maxime anak pemilik perusahaan ini. Kebetulan dia sedang mengecek cabang perusahaan yang di Jakarta. Sebenarnya Tuan Muda Maxime pemegang perusahaan yang bercabang di New York." Ujar Pak Joko.

"Oh... Maafkan saya karena tidak mengenali Tuan. Nama saya Shella saya karyawan yang baru bekerja 5 bulan di sini." Sapa Shella.

Saat itu Mata Maxime seolah di penuhi dengan bunga-bunga yang berwarna. Senyumnya seberkas menghiasi wajah yang biasanya selalu kejam dan tajam.

"Hi Shella. Saya Maxime...

"Kalau begitu saya permisi dulu Tuan, Pak. Masih banyak dokumen yang harus saya kerjakan. Ujar Shella yang berundur dan berbalik.

"Tunggu Shella."Suara Maxime membuat Shella menghentikan langkahnya.

"Ya... Tuan apa ada yang bisa saya bantu? Tanya Shella dengan nada sopan.

"Setelah 5 bulan berada di perusahaan ini kira-kira apa masalah yang membuat produk baru tidak terjual sama sekali? Tanya Maxime.

"Emmm... Maaf Tuan ? Shella menatap bingung.

"Aku tidak butuh karyawan yang hanya mengandalkan paras cantik aku juga butuh karyawan yang cekatan dan bisa berpikir luas. Jadi aku melontarkan pertanyaan ini untuk mengetahui seberapa besar kau memperhatikan perusahaan ini dan seberapa serius dirimu untuk memajukan perusahaan ini." Ujar Maxime.

Maxime lantas berdiri dengan kedua tangan yang ia masukkan kedalam saku celananya. Menatap Shella yang saat itu tetap terlihat tenang dan menatap tajam ke arah Maxime.

"Kenapa? Apa kau tidak bisa menjawabnya? Apakah dugaan ku benar, paras cantik mu lah yang menjadi alasan kau berada di perusahaan ini. Kata Maxime.

Shella tersenyum simpul.

"Penggunaan design yang kurang elegan untuk harga yang sangat fantastis. Orang kaya tidak akan mengeluarkan uangnya demi membeli Furniture rumah tangga yang tidak berkelas, bahkan meja dan kursi bambu lebih unik dibandingkan Meja yang di hasilkan perusahan ini. Pemasaran yang hanya di sasarkan kepada mereka yang memiliki uang, padahal jika kita bisa sedikit tidak terlalu memikirkan selera mereka yang kaya sudah pasti semua barangan dari Perusahan FURLAX akan menjadi brand yang di sarsar semua kalangan karena tanpa anda harus berpromosi dan memasang papan iklan pun. Masyarakat sudah tau bahwa FURLAX memiliki kualitas tingkat dunia. Sekian dari pengamatan saya." Ujar Shella.

"Dan Tuan Maxime yang terhormat saya rasa perusahaan anda dan seluruh orang-orang yang ada di sini tidak serendah yang anda pikirkan. Saya masuk ke perusahaan ini melewati 3 tahap percobaan sebelum akhirnya saya di terima dan di anggap layak bekerja di perusahaan ini. Jadi jika anda mengatakan kecantikan adalah hal yang membuat saya berada di dalam gedung ini maka saya katakan itu hanya bonus untuk karyawan lainnya agar lebih rajin datang ke perusahaan Tuan. Karena saya ada menghibur penglihatan mereka." Kata Shella yang sedikit mencontohkan gaya menggoda. Shella kemudian memasang tatapan tajam dan berjalan keluar.

"Direktur Apakah kau sudah dengar apa yang wanita itu katakan! Itulah yang ingin aku katakan sedari tadi. Kau Dirut perusahaan ini tapi mengapa karyawan biasa seperti dia lebih mengerti dari pada kau. Segera daur ulang seluruh furniture yang sudah kau keluarkan. Dan lelang untuk barangan yang sudah tidak bisa di daur ulang. Oh Ya... aku ingin CV wanita itu. Pokoknya aku ingin biodata lengkapnya serahkan kepada asisten ku. Aku ingin menjadikannya Manager pemasaran.

"Manager Pemasaran? Apa maksud tuan Nyonya Suny akan digantikan?"

"Manager Pemasaran di New York. Yang artinya dia akan menjadi atasan kalian. Ujar Maxime yang sedari tadi masih menatap takjub ke arah Shella yang sudah duduk di mejanya dan terlihat dari kaca yang membatasi ruangan tersebut.

Shella masih saja kesal di mejanya dan sesekali menatap ke arah cermin sambil menarik dan membuang nafasnya.

"Aku sudah biasa dalam hal pemasaran dan penilaian produk. Kenapa dia mempertanyakan hal sepele seperti itu. Dasar orang kaya sombong, bahkan dia merendahkan ku dengan berkata seperti itu. Aku bukanlah perempuan murahan yang menjual tampang demi mendapatkan sesuatu. Gumam Shella kesal sembari sedikit membanting kertas yang ada di atas mejanya.

"Aku tidak bilang kau murahan. Aku bilang kau Cantik. Seharusnya kau senang Nona Shella Bramasta. Bisik Maxime yang berdiri tepat di belakang Shella.

Shella menoleh kaget dan langsung mendorong kursinya menjauh. Shella berdiri di hadapan Maxime dengan wajah yang memerah dan mengigit bibir bagian bawahnya.

"Mak-maksud saya bukan Tuan Muda. Hehehe Tuan muda sepertinya salah paham." Ujar Shella.