Kaki tanpa alas itu kini berdiri di sebuah pintu besar yang terbuat dari kayu jati. Menjulang tinggi dan kokoh. Mau tidak mau Anisha terpaksa kembali lagi ketempat yang pernah ia sebut sebagai neraka.
"Ma...!" ketuk Anisha.
Tiga kali ketukan tak lama seorang pelayan membukakan pintu untuk Anisha.
"Bik... Mama ada di mana?" tanya Anisha dengan mata yang basah.
"Nyonya dan Tuan sedang makan malam Non."
Anisha langsung menerobos masuk dan berjalan menuju ruang makan. Saat itu Masayu tengah menuangkan nasi ke piring Abdullah.
"Kakak...!" Sapa Anita yang kegirangan melihat Anisha.
"Ma...!" Anisha langsung menangis dan memeluk mamanya.
"Ada apa nak?" tanya sang mama.
"Ma... hiks, aku rindu Mama!"
Hanya itu alasan yang bisa Anisha katakan untuk saat ini. Dan walau tidak bercerita apa penyebabnya Anisha menangis seperti sekarang tapi Masayu seolah mengerti bahwa putrinya pasti punya masalah untuk di bagi dengannya.