Pagi rintik-rintik kecil hujan membawa Anisha dan Maxime untuk tidur lebih dalam. Udara yang semakin menusuk tulang belulang membuat mereka bergerak satu sama lain mencari kehangatan. Seperti sebuah rencana Tuhan, mereka di arak untuk saling menyatu tanpa sadar. Rencana dan takdir Tuhan memang selalu mengejutkan.
Anisha menarik ujung selimut dan mendekapnya dalam pelukan. Entah mengapa pagi itu lebih dingin dari biasanya. Anisha merasakan sesuatu yang hangat di hadapannya dan tanpa malu-malu karena tidak sadar tangannya menyusup masuk dan memeluk benda hangat tersebut.
Kini ia bisa tersenyum dalam tidurnya, dingin itu kini berganti hangat setelah Anisha memeluk Maxime. Begitu pula dengan Maxime yang merasakan kenyamanan saat dipeluk, entah sudah berapa lama ia tidak merasakan di peluk seseorang seperti saat ini. Terakhir kali beberapa tahun yang lalu sebelum ibunda tercinta pergi untuk selamanya.