Pintu Ballroom terbuka dan pelayan menyambut kami dengan senyuman. Kubalas sapaan "good morning, madam," dari mereka dengan senyuman. Aku melirik Noah yang berjalan di sampingku dengan gagah. Wajahnya yang tampan memang mengundang decak kagum, tapi tentu saja karena mereka tak tahu siapa monster yang sedang menyamar di hadapan mereka.
"Alyssa! Noah! Demi Tuhan, kalian serasi sekali!" Bahkan tanpa memalingkan wajah, aku sudah bisa menebak pemilik suara tersebut. Seorang pria dengan rambut nyaris putih seluruhnya menghampiri kami dengan tangan terbuka lebar. Tawanya membahana di seantero ruangan saat memelukku dan memberi tepukan keras di bahuku.
"Carlos, ini tidak lucu." Kataku ketus meskipun wajahku tersenyum lebar.
Kudengar Carlos Bennedict berbisik di telingaku cepat, "dua orang di arah jam 2, sayang. Jangan mengintip. Mereka mengamatimu."
Aku berdecak kesal dalam hati lalu berpura-pura mengamati dengan bahagia ketika Carlos memeluk Noah dan kuyakin membisikkan kalimat yang sama pada pria itu.
Noah melirikku sekilas sebelum menarik jemariku dalam genggamannya. Bukan, ia bukan bersikap romantis. Noah hanya memastikan aku cukup dekat dengannya untuk di jadikan tameng jika terjadi pertempuran mendadak.
Carlos lalu mengajak kami ke mejanya, ia berusaha melomtarkan beberapa lelucon kuno yang membuatku nyaris memutar mata padanya.
"Jadi," katanya berusaha menjaga intonasi suaranya, "bagaimana tadi malam? Kupikir pelayan mengatakan sesuatu tentang tali."
Noah tergelak begitu keras sampai-sampai seluruh orang menatapnya tajam. Aku mendelik padanya, berusaha mengacuhkan ada beberapa gadis di sudut ruangan yang menatap penuh pemujaan pada Noah.
"Malam yang menyenangkan, Carlos. Suamiku menggantungku terbalik semalaman."
Carlos sedikit terkejut; entah ia hanya berakting atau memang benar tak percaya. "Kupikir Noah sangat hebat di atas ranjang. dan Kenapa kalian malah melewatkan malam pertama kalian?" Carlos berkedip kepadaku dan aku tak tahan lagi. Kuberikan mataku yang menjuling padanya sebagai jawaban.
"Aku memang hebat, Carlos. Sebaliknya, this girl is absolutely nothing."
"Hey!" teriakku tak setuju. aku hampir lupa akting kami dan buru-buru tertawa untuk menyembunyikan kekesalanku.
"Oh, lihat ciuman tadi? Kau bahkan tak bisa membalas ciuman dengan baik. Akui saja, kau payah sekali." Noah nyengir lebar sementara Carlos kini benar-benar memandangku kaget.
"Kalian berciuman? Good God, taruhan anak kalian akan sangat lucu nanti."
Aku mendengus keras, amat sangat kesal dengan fakta bahwa aku tak bisa membalas hinaan Noah dengan sebutir peluru yang bersarang di tengkorak kepalanya.
Carlos mengetuk meja dua kali, mencoba meminta perhatianku dan Noah. Ia mengangkat gelasnya ke udara. "Teguk sampanye kalian, temanku yang baik. Kuharap kalian tak keberatan untuk makanan pembuka dalam dua menit lagi. Cheers."
Kami bersulang. Ini bukan pagi yang aneh buatku. Sebenarnya sudah tak bisa kuhitung berapa pagi yang kumulai dengan segelas sampanye yang sejatinya adalah tonik penambah tenaga. Ini racikan Carlos sendiri, yang akan membuat kami mampu bertahan di tengah badai salju hanya dengan satu kaus di badan. Minuman ini sedikit manis tetapi terasa membakar kerongkongan dan akan mulai menyuplai energi dalam dua menit. Tepat seperti yang dikatakan Carlos.
"Nah, mari kita mulai permainannya dalam 3, 2....1."
Dan dalam seketika lampu Ballroom padam, menyisakan pekikan terkejut para tamu dan beberapa gelas sepertinya mendarat dengan hancur di lantai. terdengar beberapa pramusaji meminta para tamu untuk tenang. Syukurlah tak begitu ramai pagi ini jadi kami tak perlu membuang waktu untuk menyingkirkan tamu lain.
Aku berdiri dan meraih kacamata dari dalam dompet kecilku, memakainya dan dalam sekejap penglihatanku dibanjiri warna hijau putih, ciri khas kacamata Night Vision. Kulihat Noah bersiap di sebelahku dengan dua buah pistol di tangannya sementara Carlos menanti dengan kopernya yang berisi setengah lusin teknologi terbaru, yang salah satunya memungkinkanku untuk terbang sejauh lima belas mil hanya dalam setengah jam.
Kami bisa melihat para penyerang sedikit kebingungan dengan padamnya listrik tetapi dengan cepat mereka beradaptasi. Beberapa di antara mereka sudah siap menyerang dengan bantuan kacamata yang sama. Pria pertama berjalan langsung ke arah Noah dan tanpa aba-aba, Noah menyarangkan sebuah peluru di jantungnya. Bahkan desingan pelurunya sama sekali tak terdengar.
Pria kedua datang dan tampaknya mencoba menyerangku karena menurutnya aku hanyalah perempuan penakut. Tetapi ketika sebelah lengannya kupatahkan dalam adu tenaga, ia pasti menyesal sebelum jarum beracun di gelangku menancap dalam di lehernya.
Pria ketiga dan seterusnya sama sialnya. Sebagian mati sebelum sempat bergerak mendekat lebih dari lima meter. Yeah, Noah ahli menembak jarak jauh. Dan sebagiannya habis ditanganku. Aku yakin jarum beracunku berkurang setengahnya tetapi itu bukan masalah. Carlos membawa kopernya hari ini dan aku bakal punya dua stok tambahan.
"Sisakan yang terakhir." Kata Carlos. Ia mengambil jarum suntiknya dan menembak pria terakhir di lengan kanannya. dalam hitungan detik, pria itu tersungkur di lantai dengan napas perlahan. dia akan tertidur dalam dua puluh empat jam ke depan.
"Lampu akan menyala dalam dua menit, Noah. Segera bereskan anak muda itu. aku perlu kode aksesnya." perintah Carlos cepat.
Aku menyusul Noah yang berlari menghampiri pria botak yang memang masih terlalu muda untuk direkrut. Noah mencari-cari sebuah benda di saku si botak itu dan berhasil mengeluarkan sebuah benda tipis seukuran ponsel genggam.
"Dapat. Ayo pergi."
Kami mengikuti Carlos yang keluar melewati pintu darurat. Pria itu menggenggam benda yang diberikan Noah dengan wajah puas. "Misi hari ini selesai dalam lima menit. Rekor terbaru, anak-anak."
Dalam ketergesaan, kami meninggalkan Ballroom. Aku berjuang untuk tidak merobek ujung gaun yang nyaris membuatku tergelincir dua kali. Kami sampai tepat di parkiran dan benar saja, dalam waktu dua menit, seisi Ballroom mulai menjerit ketika menemukan setidaknya satu lusin mayat pria berjas yang ditumpuk di sudut ruangan.
Dan aku yakin tak ada yang memperhatikan kami melaju dalam audi hitam yang amat sangat mencolok.