Aku datang untuk pergi;
Mungkin tidak akan kembali;
Tersirat jelas dari wajah Fadil yang mulai lelah akan sesuatu.
***
"Apa boleh aku memapahmu?"
"Kenapa masih tanya?"
"Ah, iya."
Malikah yang tertatih-tatih melewati rerumput yang terinjak terus berusaha melangkahkan kakinya.
"Ini tangga."
"Aku tahu."
"Aku gendongnya?"
Malikah melirik sinis dan pasrah.
"Baiklah, setidaknya untuk membayar untuk membuatku salah paham bertahun-tahun. ini impas. Aku biarkan diriku ini jadi bebanmu hari ini."
"Apa? Baiklah tuan Putri Malikah. Jangan banyak gerak ya!"
***
[flashback]
....
"Perhatikan langkahmu Sel, aku ngak bisa menolongmu. Medannya jelek sekali," Malikah memegang tangan sahabatnya dengan erat yang hampir terjatuh di bebatuan.
"Baiklah sayangku, ini benar-benar licin. Btw, dimana Fadil?" Sella mencari sana-sini keberadaan Fadil.
"Ntahlah, dia tadi sama Didit."
"Cuek banget sih jadi cewek, ntar di ambil orang nangis."
"Kamu, mau?"
"Mau."
"Ambil."
"Jangan nyeselnya."
"Ngak akan, aku akan cari Fadil 2 3 4 5 6 7 yang lebih baik darinya."
"Seriusan."
Malikah menatap wajah Sella dengan serius tanpa tawa atau candaan seperti biasa.
"Kamu suka beneran sama Fadil?"
"Aku, ngak. Aku cuman ngetes aja sih, tapi beneran deh. Kamu jangan cuek banget. Ntar kalau di ambil orang, baru nyesel. Sahabat aku ngak boleh nangis gara-gara cowok doangkan!"
"Emm, akan aku pikirkan."
"Apa? jawaban apa itu?"
Kedua sahabat itu berlari kecil, saling menggoda.
***
"Fadil." Sella berteriak penuh dengan semangat dan melambaikan tangan.
Di kejauhan Fadil tak menggubris lambaian Sella, tapi Fadil menghampiri perlahan.
"Lelah tidak?"
"Tidak, Malikah tadi membantuku. Hampir saja aku terjatuh."
"Aku bertanya pada Malikah."
"Tapi aku yang menyapamu, bukan Malikah. Aku pikir untuk membalas sapaanku."
Fadil mengabaikan Sella sekali lagi.
"Lelah tidak?"
"Setelah ku pikirkan aku pasti sedang lelah sekarang."
"Jawaban apa itu?" kata Sella heran dan memasang wajah yang sama dengan Fadil.
"Emm, tidak. Tidak. Tiba-tiba otakku mundur ke beberapa menit ke belakang. Ya sudahlah, Fadil aku punya tangan." Malikah membuka tangannya dan menyodorkannya tepat di wajah Fadil.
"Makasih, ini aku titip bentar. Mau ngambil barang ku yang tertinggal di Bus. Takutnya di ambil orang. Pengertian sekali sayangku."
"Apa?" Malikah yang tadinya cuek mendadak ngambek ngak jelas.
***
"Kalian itu saling melengkapinya, satunya cuek yang satu ngak peka."
"Dan temanku suka menggoda."
"😂😂😂, kamu beneran cemburu karena aku?"
"Ntahlah, tiba-tiba aku tak bisa memilih di antara kalian berdua."
"Serius? Aku sangat tersanjung. Sayangku." Sella memeluk Malikah dengan sangat erat.
***