Chereads / The Secret Of My Dream - tahap revisi / Chapter 47 - Bantuan Hewan Gaib

Chapter 47 - Bantuan Hewan Gaib

"Akan dilaksanakan, Yang Mulia. Kami tahu seseorang yang anda maksud."

"Be-benarkah?"

"Hmm.. Kami akan segera kembali dengan kabar gembira." kemudian burung kecil itu terbang meninggalkan Nain, di ikuti oleh segerombolan kupu-kupu.

Nain menatap nanar dengan senyuman kecil pada burung kecil yang terbang melaksanakan keinginannya. "Aku harap perkataannya benar. Aku akan mempercayainya. Hanya ini harapanku."

Rasa sakit tiba-tiba mulai terasa di ulu hati Fiyyin. Namun ia menahannya dan terus mengayunkan pedangnya. Jika sampai ia berhenti, sudah di pastikan pasukan perang yang masih berjumlah sekitar 30.000 siap merenggut nyawanya.

"Akhh," satu tangannya memegang dadanya yang terasa semakin sakit.

"Fiyyin, kau baik-baik saja?" teriak Galtain di sela kesibukannya melawan dengan manual.

"Aku baik-baik saja." Fiyyin terus mengayunkan pedangnya, "Aku tidak bisa berhenti. Jika aku sama-sama melawan tanpa kekuatan, akan terlalu lama. Aku khawatir, Vaqsyi sudah melakukannya sesuatu pada wanitaku."

Galtain menjerit pelan saat salah satu pedang musuh menyayat bahunya, "Si*l!"

Fiyyin yang melihatnya lekas mengarahkan pedangnya ke sekitar Galtain, membuat para musuh tersayat menjadi dua bagian. Namun lagi-lagi Fiyyin merasakan nyeria di ulu hatinya dan membuatnya memuntahkan darah segar.

"Fiyyin!"

Fiyyin tidak tahan dan membuatnya berhenti. Menurunkan pedangnya dengan mulut yang sudah bersimpuh darah. Bersamaan dengan itu, pasukan berlari mendekat.

Fiyyin mencoba mengatur napasnya dan hendak mengeluarkan kekuatannya lagi pada pasukan yang semakin dekat berlari ke arahnya. Namun tiba-tiba, suara segerombolan burung di atas udara membuat pandangan pasukan teralihkan. Begitupun dengan Fiyyin dan Galtain.

"Hewan Gaib?" gumam galtain tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Menunduk!" seru Fiyyin saat gerombolan burung itu terbang dengan kecepatan di atas rata-rata dan terbang dengan rendah melewatinya. Seketika itu, semua yang ada di hadapan di cabik-cabik dengan paruh pemakan mereka.

Fiyyin dan Galtain yang tengah tengkurap menatap ke arah kawanan burung yang dengan ganas mencabik-cabik mangsanya.

"Wahh!! Mengerikan." gumam Galtain.

Fiyyin mulai menatap heran, tidak ada satupun burung yang menyerangnya dan Galtain. "Darimana datangnya? Mereka tidak akan keluar jika tanpa permintaan pemimpinnya."

"Kau benar, tapi masa bodoh dengan itu. Sepertinya mereka berpihak pada kita."

Fiyyin kemudian berdiri perlahan dan mengibaskan bajunya. Masih menyaksikan kawanan burung di hadapannya dengan keheranan.

Burung kecil perlahan mendekati Fiyyin. Fiyyin menyambutnya dengan menjulurkan tangannya. Burung itu hinggap di jari telunjuknya. Fiyyin tersenyum, "Benarkah kalain membantuku dan temanku?"

Burung itu berkicau. Fiyyin tersenyum, "Terima kasih." kemudian burun gkecil itu terbang tinggi meninggalkannya. Fiyyin tersenyum setelah selesai menatap kepergiannya.

"Aku akan segera mengakhirinya!" Fiyyin kembali mengambil pedangnya yang tertancap di atas tanah. Dengan lihai dan tangkas ia menggerakkan pedang itu dan menebas prajurit perang di sekitarnya secara langsung. Galtain ikut berdiri dan mengambil pedangnya melawan prajurit di sekitarya.

"Ayo kita selesaikan dengan cepat."

"Hmm.." Galtain mengangguk dengan semangat.

*TheSecretOfMyDream*

Vaqsyi yang menyaksikan prajuritnya tercabik-cabik membuatnya naik darah, "Darimana datangnya hewan-hewan Gaib itu!"

"Hamba tidak tahu, Yang Mulia." jawab salah satu pengawalnya.

"Cari tahu segera! Aku tidak akan membiarkannya lolos!" teriak Vaqsyi lagi dengan nada kesalnya sambil mengepal kuat tangannya. Kemudian perintah itu dituruti pengawalnya.

Randi kemudian berjalan mendekat, "Setelah sekian lama. Hewan Gaib kembali muncul. Mereka pasti sudah menemukan pemimpinya." Vaqsyi melirik seraya mencerna ucapan Randi. Kemudian Randi melanjutkan ucapannya, "Setelah menemukan pemimpinnya, tidak disangka mereka akan menyerang pada kita. Menurutmu, apa yang terjadi? Kau harus mengeceknya."

"Si*l!" Vaqsyi segera berbalik badan dan berjalan dengan cepat. "Manusia itu! Aku benar-benar akan membunuhnya!"

Nain tersenyum mendengar ucapan burung kecil. Keadaan semakin membaik di luar sana, burung itu telah selesai melaksanakan tugas dari Nain.

"Terima kasih. Kau telah mengurangi rasa cemasku,"

"Dengan segala hormat, Yang Mulia. Hamba senang memenuhi tugas darimu."

"Hmm... Terima kasih."

"Hamba akan pergi lagi untuk memastikan kabar di luar. Setelah itu, saya akan kembali membawa kabar yang lebih menggembirakan untukmu."

"Baiklah," Nain mengangguk seraya tersenyum menatap kepergian burung kecil itu.

Tiba-tiba dobrakan pintu terdengar keras dan membuat Nain menoleh. Terlihat jelas dari raut wajah Vaqsyi, bahwa ia sangat marah. Vaqsyi berjalan cepat ke arah Nain dan mendongakkan dagunya paksa. Menatap wajah Nain dengan sangat kesal.

"Apa yang telah kau lalukan!" Vaqsyi berteriak.

"A-aku tidak-" Nain telrihat sangat takut kemudian menyembunyikan tangan kanannya saat menyadari penebab kemarahan Vaqsyi. Vaqsyi melihatnya dan lekas menarik tangan Nain.

Dan benar saja. Vaqsyi sangat terkejut melihat sebuah tanda di tangan Nain. "Kau?" Vaqsyi berhenti sejenak kemudian menatap Nain, "Kau adalah pemimpin mereka?"

Nain diam kemudian menarik tangannya cepat. Vaqsyi mencoba mengatur napasnya seraya tersenyum tak percaya. "Hah! Si*l! Tidak kusangka kau akhirnya akan menjadi pemimpin mereka." Vaqsyi kembali menatap Nain, "Benar-benar menyebalkan! Tapi tidak, aku tidak perduli kau adalah peimpin mereka. Aku akan tetap mebunuhmu, apapun caranya."

"Me-membunuh?"

"Tutup semua gerbang dan jendela istana. Pastikan tidak ada makhluk yang tidak diundang memasuki istana. Cepat!" Vaqsyi berteriak lantang memerintah pengawalnya. Kemudian kembali menatap Nain dan mencekik leher Nain. "Dan kau. Akan kupastikan kau mati ditanganku!'

"Akhh!!" Nain meringis kesakitan seraya menahan tangan Vaqsyi yang mencekik kuat lehernya.

Vaqsyi lagi-lagi tertawa kecil, "Pemimpin hewan Gaib. Cih! Aku tidak takut. Mereka bukan apa-apa setelah aku berhasil meminum darah kematianmu, setelah itu semua akan berakhir. Aku akan menjadi abadi dan terkuat di antara bangsa jin." Vaqsyi kemudian menepis tangannya dengan mendorong Nain menjauh.

Nain mencoba mengatur napasnya sereya memegang lehernya yang terasa membekas karena cengkraman tangan Vaqsyi. Beberapa saat kemudian, Nain membuka suara. "Apa kau yakin, tidak takut pada hewan Gaib? Bayangkan. Mereka memiliki jumlah yang sangat banyak dan tidak takut mati untuk melindungi pemimpinnya. Ah, burung phonix (burung api). Apa kau pernah mendengarnya? Setetes saja darah yang keluar dari tubuhku, mereka akan keluar dan mencabik-cabik tubuhmu."

Vaqsyi terkejut dengan ucapan Nain. Tak berbeda degan Nain, ia terkejut dengan kata-kata yang bahkan belum pernah terpikirkan olehnya. "Mungkinkah karena tanda ini?" Nain menatap tanda di tangannya.

"Ja**ng!! Beraninya!" Vaqsyi mengeluarkan kekuatannya apinya dan menyerang Nain. Nain terlempar dan membentur dinding, dari benturan itu membuatnya tidak sadarkan diri.

"Bawa dia di depan singgasanaku. Dan ambilkan pedang manusia yang tidak dapat di sentuh oleh hewan Gaib."

Vaqsyi lagi-lagi mendekat dan memegang wajah Nain yang tidak sadarkan diri. "Kau pikir hewan Gaib bisa melindungimu? Mereka tetaplah hewan Gaib dan bersifat Gaib, pastinya mereka hanya bisa menyerang dan menyentuh yang Gaib. Namun saat aku berwujud manusia dan memegang pedang nyata. Mereka tidak akan bisa menyentuh sehelaipun rambutku. Paham!" wajah Nain di tolehkan kuat. "Bawa dia!" kemudian perintah itu di turuti pengawalnya.

Vaqsyi berjalan mengambil jubahnya yang tergantung, mengenakannya kemudian berjalan tegas menuju singgasana.

Kini suasana di istana Ghaur semakin terasa mencekam. Semua pandangan tertuju pada Nain yang tengah di ikat oleh tali di atas kursi. Satu pengawal dengan badan kekar bediri tepat di samping Nain dengan sigap.

Nain mulai membuka matanya perlahan. Perlahan mengembalikan kesadarannya dan menatap sekitar. Saat menyadari tubuhnya di ikat dan Vaqsyi tengah duduk di singgasanya di hadapannya membuat Nain terkejut.

"Apa yang kau lakukan!" teriak Nain sambil beeusahan membuka ikatannya.

Vaqsyi tersenyum sinis, "Ah, bagaimana ya? Melihatmu masih hidup sampai sekarang saja membuatku kesal. Tapi setelah mengetahui kau baru saja diangkat menjadi pemimpin hewan Gaib semakin membuatku kesal dan ingin segera membunuhmu."

Nain menatap tajam ke arah Vaqsyi dan tiba-tiba ia tertawa dengan tatapan remeh. "Apa kau takut?"

Vaqsyi tertawa kecil, "Takut? Padamu? Hah! Ja**ng! Beraninya kau meremehkanku. Apa kau lupa dengan perkataan makhluk yang mengangkatmu menjadi pemimpin? Haruskah ku ulangi?" Vaqshi diam sejenak kemudian melanjutkan ucapannya, "Mereka hanya bisa melindungimu dari segala yang Gaib. Aku tidak bodoh, semua sudah kupersiapkan untuk membunuhmu. Tapi sebelum itu," Vaqsyi menatap pengawal di samping Nain. Saat Vaqsyi memberikan tanda, pengawal itu langsung mengrahkan pedangnya di di ata stangan kanan Nain yang di ikat di gagang kursi.

"Apa yang akan kau lakukan?"

"Memotong pergelangan tanganmu. Tanda itu mengusikku, aku harus membuangnya lebih dulu. Bersyukurlah, aku menunda 5 menit kematianmu." Vaqsyi menyeringai.