"Ratih!!" Damar berucap dengan lantang, ketika melihat Ratih yang seringkali mengabaikannya.
"Aku sedang tidak ingin berbicara dengan kamu! Lebih baik kamu keluar dari kamarku sekarang juga!" Teriak Ratih lebih lantang, dengan tatapan teramat kesal pada.
"Aku datang kesini karena aku sangat khawatir padamu, Ratih. Tapi, jika melihat kamu yang sangat bersemangat seperti ini. Rasanya... kamu sudah jauh lebih sehat dari sebelumnya." Jelas Damar dan meraih kedua tangan Ratih dengan cepat.
"Sekarang katakan dimana anakku, katakan Ratih!" Ucap Damar semakin ia mendesak. Tapi sorot mata kebencian masih melekat, dan Ratih hanya tertawa kecil saat pria yang pernah ia cintai, tiba-tiba peduli dengan garis keturunannya sendiri.
"Bagaimana kalau aku mengatakan... aku sudah membunuhnya." Jawab Ratih dengan seringai licik. "Kamu tidak akan berani melakukannya, tidak akan berani!" Kecam Damar, meskipun sebenarnya ia merasakan ketakutan jika hal itu benar terjadi.