Putri meletakkan kepalanya dengan lemas diatas mejanya, lingkaran hitam mengelilingi matanya yang jelas terlihat lelah. Bukan karena ia bergadang, karena menghadapi ujiannya. Melainkan masih memikirkan keputusannya dengan Irfan.
Siang itu para murid sudah keluar dari kelas, tidak ada yang singgah di dalam kelas setelah ujian selesai. Hanya Putri, yang memutuskan kembali untuk duduk di dalam kelas.
Putri beberapa kali membeturkan jidatnya dengan pelan ke meja, mengucapkan kalimat "bodoh" berulang-ulang kepada dirinya sendiri. Wajah Irfan masih terus membayanginya, bahkan Putri masih mengingat jelas bagaimana Irfan melihatnya dengan pandangan yang meremehkan.
"Putri??" Ucap Mega yang baru saja tiba dalam kelas, "Kamu kenapa?" Tanyanya dengan khawatir. Putri menunjukkan wajahnya yang masam dengan lingkaran matanya yang hitam. "Sakit? Dari pagi aku lihat kamu lebih banyak diam, memangnya ujian kali ini terlalu susah ya?" Mega kali ini memegang jidat Putri dengan telapak kanannya.
"Apa gue bodoh ya Mega?" Ucap Putri dengan dramatis.
"Gak, lo kenapa sih? Salah makan apa kebanyakan belajar?" Mega mulai menarik kursi, dan duduk berdekatan dengan temannya. Putri semakin menunjukkan wajahnya yang sekarang terlihat seram bagi Mega.
Putri pun memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Mega, apa yang ia sudah lakukan, bagaimana pertemuannya dengan Irfan. Dan kali ini, Putri sedikit menyesalinya. Belum lagi ia harus membuktikan kepada Irfan, bahwa ia mampu dan bisa untuk mempertahankan bisnis keluarga mereka.
Mega semakin terlihat khawatir, "Bagaimana aku harus mengomentarinya ya?" Putri memberikan tatapan memohon kepada temannya. "Tindakan kamu terlalu gegabah Put." Mega menghela nafasnya, dan Putri semakin putus asa dengan jawaban Mega.
"Bisa tolong ambilkan pisau untukku, Me." Ucap Putri asal.
"Ayolah Put, bukan saatnya kamu jadi putus asa seperti ini. Mana semangatmu?" Mega mencoba memberikan dukungan.
Suara derap langkah yang cepat terdengar di kejauhan, Linda muncul dari balik pintu kelas. Nafasnya tersengal-sengal, Linda pun mencoba mengatur nafasnya sebelum ia mulai bersuara.
"Putrii!!" Ucap Linda masih dengan nafas tersengal-sengal, kali ini ia mendekat dan menelan ludahnya sendiri. Putri dan Mega menatapnya dengan kaget dan bingung.
"Lihat ini!!" Linda dengan cepat menyodorkan handphone-nya, dan memperlihatkan layar handphone-nya. "Kita ketinggalan sesuatu, berita ini sudah muncul dari pagi tadi." Dengan cepat mereka berdua pun langsung melihat pada layar handphone, bahkan kali ini Putri dengan cepat mengambil handphone Linda tanpa ragu.
Putri langsung membaca headline dari sebuah artikel yang dikeluarkan oleh akun gosip ternama. Tulisannya yang besar, cukup membuat Putri bisa melihatnya dengan jelas.
08.00 WIB
BERITA TERBARU HARI INI
DIMABUK ASMARA, IRFAN WIJAYA TERLIHAT MENGGANDENG KEKASIH BARU
(Sebuah foto dengan ukuran besar terlampir, foto Putri dan Irfan yang berada di restoran)
Siapa yang tidak mengenal Irfan Wijaya (25 thn), seorang milyader muda dengan kehidupan cintanya yang glamor dan penuh sensasi.
Setelah hubungannya dengan artis dan model cantik Shasya Maya, kali ini Irfan Wijaya terlihat dengan kekasih barunya.
Dan yang lebih mengejutkan, kekasih barunya bukan dari kalangan selebritis ataupun model. Melainkan anak bungsu (Indah Putri Soedarmo, 18 thn) dari Keluarga Soedarmo, pemilik dari PT Elang Industri.
Irfan Wijaya terlihat di sebuah restoran **** dan mengajak kekasih barunya untuk makan malam.
Terlihat suasana romantis yang ditunjukkan oleh Irfan Wijaya, Irfan Wijaya juga mengkonfirmasi hal ini dan mengatakan bahwa hubungannya kali ini serius dengan Indah Putri Soedarmo.
Walaupun perbedaan umur mereka yang terpaut tujuh tahun, Irfan Wijaya mengatakan bahwa Putri (panggilannya) jauh lebih dewasa dari dirinya.
Bahkan informasi yang kami terima, Irfan Wijaya akan segera mengumumkan kabar pertunangannya.
Wajah Putri memerah, menarik nafasya dengan sangat cepat. Mengembalikan dengan kasar handphone milik temannya. "Gilaaa.." Teriaknya dengan kesal. "Konfirmasi?? Apa yang dia konfirmasikan?" Kali ini ia menggebrak meja dengan amat keras. "Jelas-jelas hanya ada kami berdua disana." Ucapnya masih kesal
"Tenang Put." Mega terlihat takut, melihat sikap Putri yang penuh dengan emosi.
"Putri!! Irfan Wijaya dia itu udah terkenal di kalangan artis dan model-model cantik." Ucap Linda yang masih bingung melihat Putri yang marah-marah, "Maksud lo Linda?" Putri justru yang bingung dengan pernyataan Linda.
"Rian sempat cerita ke gue mengenai acara pertemuan keluarga kalian dengan Keluarga Wijaya." Putri memandang Linda dengan rasa tidak percaya. " Gue bahkan bilang ke Rian, kalau Irfan bahkan lebih terkenal dari artis manapun. Karena pengaruh dari keluarga Wijaya. Mereka bukan cuman sekedar keluarga milyader." Linda menunjukkan ekspresi kesal.
Putri hanya menggelengkan kepalanya. "Hhhh... Masa lo gak tau Put, Harusnya lo cari tau dulu latar belakang calon suami lo, sebelum lo bertindak jauh begini?" Linda kembali kesal, "Gue gak mencari tau sampai serinci itu?" Putri sudah kesal dengan Linda.
"Putri-- Putri, banyak pacarnya dari kalangan artis dan model. Dan lo tau kan Put, kalau keluarga Wijaya punya stasiun TV milik mereka sendiri. Buat berita kaya gini tuh gampang buat dia." Linda menjelaskan.
"What.. the..." Putri menutup wajahnya dengan kedua tangannya, mengapa ia tidak memikirkan hal ini. Tidak lama terdengar notifikasi pesan masuk dari handphone Putri, tidak hanya sekali tapi berkali-kali. Putri menatap layar handphonenya dengan ragu.
Surya : Kamu ada dimana Putri !!?
Roy : Segera pulang ke rumah!! Aku, Surya, dan papa dalam perjalanan pulang.
Wira : Put, lo gak serius kan? Udah liat berita ini http:www..... (Wira mengirimkan link)
Raja : Papa suruh kita berdua pulang ke rumah, mau bahas soal kamu.
Rafa : What did you do that??? Seriously ??! Crazy news..
Rian : Family Meeting, NOW!!
Putri dengan lemas meletakkan handphonenya, dan kembali membenturkan jidatnya di atas meja dengan perlahan. Mega dan Linda hanya bisa menyaksikan temannya yang putus asa. "Ada yang bisa ambilin pisau buat gue." Ucap Putri asal dan lebih putus asa.
Putri merasa ia sudah lebih cepat untuk kembali ke rumah, bahkan Pak Bimo supirnya lebih mengebut dari biasanya. Kenyataannya, seluruh anggota keluarga telah berkumpul dan menunggu Putri yang baru saja tiba.
Kali ini Putri benar-benar seperti berada di ruang pengadilan, dikelilingi oleh seluruh anggota keluarga. Pandangan mereka benar-benar tidak lepas dari Putri yang hanya bisa duduk terpaku dan berdiam diri.
Putri menelan ludahnya sendiri, mengumpulkan keberanian untuk membuka suaranya, "Putri!?" Ucap Surya dengan lantang, dan Putri kembali menutup mulutnya dengan rapat karena terkejut melihat Surya yang terlihat marah.
"Apa yang sudah kamu lakukan?" Surya kembali menginterogasinya, Roy tampak tidak bisa menahan amarah kakaknya. Wira dan Rian hanya bisa menatap Putri dengan kasihan, Raja dan Rafa hanya bisa mengangkat kedua alis mereka dengan bingung.
Sedangkan ayahnya, tampak diam sambil memikirkan sesuatu. "Surya, turunkan emosimu. Biarkan dia menjelaskannya dulu." Ucap Leyna dengan marah yang duduk berada di samping Putri, terlihat Surya langsung merubah ekspresi marahnya.
Pintu ruang keluarga terbuka, Renata masuk dan membawa map cokelat yang diserahkan ke suaminya. Roy membukanya dengan cepat dan mulai mengeluarkan kertas-kertas yang tersusun dengan rapi.
Roy menghela nafasnya dengan amat cepat, bangkit dari duduknya dan memberikan kepada ayahnya yang menatapnya. Bambang, memakai kacamatana mulai membuka satu persatu dan mencoba memahami kertas yang diberikan oleh Roy.
Semua orang terdiam, memandang ayah mereka yang masih terlihat tegang. Bambang tidak menyelesaikan untuk membaca semua isinya, meletakkan dengan perlahan di atas meja. Berdiri dan menatap Putri yang terdiam.
"Putri, sayang bisa kamu jelaskan kepada kami?" Perintah ayahnya dengan sikap yang bijak. Putri menegakkan wajahnya dan mulai menarik nafasnya untuk bercerita. Putri pun menceritakan semua yang ia ketahui saat ia memutuskan untuk bertemu dengan Irfan Wijaya, semuanya tidak ada satupun yang ia kurangi. Tapi Putri mengelak mengenai Informasi yang disebarkan, ia bahkan tidak mengetahui ada media yang meliput dirinya dan Irfan pada saat mereka bertemu.
Roy masih memperhatikan adiknya, dan mengkernyutkan dahinya. "Ini bukan sebuah kebetulan." Ucap Roy dengan pasti, "Setelah membaca semua salinan asli dari perjanjian ini. Ada satu hal yang papa pertanyakan." Bambang menyela Roy yang masih ingin berbicara.
"Hmm, kenapa kalian semua papa kumpulkan disini, itu semua karena perjanjian penggabungan dua perusahaan ini." Wajah Bambang terlihat sangat tegang, bahkan Putri tidak berani menatap ayahnya sendiri.
"Putri, tadinya papa berpikir kamu akan menolaknya. Disisi lain papa berterimakasih dan menghormati keputusannmu. Tapi dengan waktu dua tahun, kau membuatnya semakin cepat." Bambang melanjutkan penjelasannya.
"Tapi, pa. Putri pikir itu waktu yang cukup lama." Putri semakin mendongak menatap ayahnya. "Bedakan antara sekolah dan bisnis Putri. Dua tahun adalah waktu yang cepat untuk kami." Surya meninggikan suaranya kembali, membuat Putri menjadi menciut.
"Dalam perjanjian ini, ada jaminan untuk permintaan ini, yaitu untuk kepemilikan penuh untuk beberapa pabrik. Dan yang lebih anehnya, mereka meminta kepemilikan penuh untuk pabrik kami yang berada di daerah-daerah. Seperti Sumatra utara, Kalimantan Barat, Sulawesi, dan daerah Papua. Untuk pulau Jawa, justru mereka tidak menyentuhnya sama sekali." Roy menjelaskan dengan panjang.
Putri tampak bingung dengan penjelasan Roy, "Walau sebenarnya, untuk operasional dan administrasi masih dalam tanggung jawab Elang Industri. "Roy menarik nafasnya kembali. "Kamu tau Putri, semoga ini kecurigaanku saja. Dengan pernikahanmu dan Irfan nantinya. Akan dengan mudah bagi keluarga Wijaya untuk mengawasi semua gerak gerikmu, bahkan keluarga kita." Roy terlihat serius saat mengatakannya, membuat buku kuduk Putri pun merinding.
"Kita pun sudah tidak bisa mundur, dengan Putri yang sudah mendatangi Irfan langsung dan membuat kesepakatan tanpa kita ketahui (Surya kembali menatap Putri tajam), akan berbahaya untuknya jika kita mundur saat ini." Surya melipat kedua tangannya, Leyna memegang erat tangan Putri dengan kasihan.
"Jadi apa rencana kita?" Tanya Rian dengan antusias, Surya menatap Rian kemudian bergantian menatap Putri.
Pertemuan keluarga tidak berakhir dengan menyenangkan. Surya memutuskan bahwa Putri dan adik-adiknya harus mulai mempelajari bisnis keluarga mereka, Surya dan Roy bahkan sudah membuat jadwal kapan adik-adik mereka harus datang ke home office Elang Industri.
Tentunya Putri harus menyelesaikan masa ujiannya, setelah itu tidak ada waktu libur untuknya ataupun saudara laki lakinya. Putri menghabiskan masa ujiannya dengan tidak tenang, kali ini dia kembali menjadi bahan perbincangan satu sekolahnya.
Bukan karena perbuatannya di masa lalu, tapi karena hubungannya dengan Irfan kembali ter-ekspost. Surya bahkan mengatakan kepadanya, bahwa kali ini Irfan tidak perlu report untuk menyuruh orang memata-matai Putri.
Karena setiap pergerakan sekecil apapun, Irfan akan mengetahuinya. Media sosial akan lebih mudah untuk mengawasi gerak gerik adik perempuannya, setelah Putri sukses menjadi perbincangan dimana pun.
Surya dan Roy membatasi ruang gerak Putri, rute yang berlaku hanya rumah, sekolah dan kantor. Jika Putri ingin pergi selain dari ketiga tempat itu, Putri harus mendapat persetujuan dari kedua kakaknya tersebut.
Bahkan Putri pun dilarang untuk mem-post-ting apapun di sosial medianya "APAPUN". Putri benar-benar tersiksa, dan tetap mencoba bertahan dan bersabar.
Dan terbukti, ada seorang murid junior yang meminta fotonya disaat Putri sedang istirahat di kantin sekolah. Awalnya Putri tidak tampak curiga, sampai Junior tersebut mengupload di instagram miliknya dan meng-tag Putri.
Langsung dengan seketika, jumlah follower Putri melesat naik seperti pesawat yang terbang. Terparahnya banyak yang mengirimnya pesan langsung, dan memberikan komentar-komentar yang membuatnya tidak nyaman.
Sore itu, Putri langsung menuju ke kamarnya. Merasa lega karena ujiannya telah berakhir, meregangkan badannya di atas tempat tidur. Ia pun menyembunyikan handphonenya dibawah bantal, dan tidak ingin melihat ada pesan aneh ataupun kasar yang masih ia terima.
Libur sekolah akan tiba, dan kembali mengingatkannya bahwa ia tidak memiliki waktu libur sama sekali. Putri pun memejamkan matanya, menutup wajahnya dengan bantal. Berteriak dengan kencang, "Irfan B**ng**K!!!!" Lega bisa berteriak, meletakkan kembali bantalnya dan air matanya mulai mengalir. Mengeluarkan foto ibunya dari sakunya, memandang dengan sedih, dan meletakkan foto ibunya di dadanya sambil memejamkan matanya dan mengingat kejadian-kejadian yang menyenangkan dengan ibunya.