Chereads / Friends with benefit ? / Chapter 6 - 6. Deal or no deal ?

Chapter 6 - 6. Deal or no deal ?

Aku sudah duduk di dalam mobil Daniel, dia sudah mengemudikan mobil nya menuju ke salah satu mall di Jakarta. Sedikit cerita dari Calista, Daniel ini berusia 27 tahun dia seorang businessman muda, dan memiliki perusahaan sendiri di bidang properti dan juga menjalankan bisnis orang tua nya. Well semoga saja di usia Daniel aku sudah mencapai kesuksesan yang sama sepertinya. Kami merasa sangat awkward di dalam mobil, pandanganku pun hanya mengarah ke sebelah kiri atau kedepan jalan, tatapan mata kami bertemu, lalu tersenyum bersama dan kemudian hening lagi.

"Gue nyalain lagu aja kali ya" ucap Daniel memecahkan keheningan di dalam mobil, dan hanya kujawab anggukan kepala saja.

🎶So baby let's just turn down the lights

And close the door

Ooh .. I love that dress

But you won't need it anymore

No you won't need it no more

Let's just kiss 'til we're naked, baby

Versace on the floor~🎶

Sontak aku pun kaget dengan lagu itu dan terbayang penjelasan Calista soal FWB. Suasana di mobil makin awkward selama lagu itu diputar, untungnya kami sudah sampai di tujuan, dan aku pun melepaskan seat belt lalu bergegas keluar dari mobil. Daniel yang keluar dari mobil pun dengan sigap menghampiri ku lalu merangkul pundakku, sepanjang perjalanan dari tempat parkir mobil sampai ke bioskop aku dirangkulnya.

"Calm down Jessie...Calm down" gumamku dalam hati berusaha menenangkan diri namun sulit karena perlakuan Daniel yang cukup membuat wanita tersentuh, setelah memesan tiket film, sekarang dia beralih menggenggam tanganku dan mengajakku ke VIP Lounge di bioskop tersebut, setelah memesan minuman kami pun menunggu pintu studio terbuka.

"Jess, boleh gue bahas soal itu sekarang ?" tanya Daniel membuka pembicaraan, lagi dan lagi jawabanku hanya anggukan kepala dan tersenyum kikuk.

"Gini .. gue itu terlalu sibuk, banyak banget kerjaan, dan ga sempet tuh namanya pacaran tuntutan orang tua gue lebih berat, jadi semua bisa gue kerjain sendiri, tapi diumur gue yang segini kebutuhan biologis gue gabisa gue lakuin sendiri, jajan ? gue gamau karna resiko nya terlalu gede, jadi ... gue cuma butuh "teman" aja buat ngebantuin kebutuhan 'itu' " jelas Daniel panjang lebar yang membuatku shock dan teringat kata-kata Calista, tapi sepertinya memang ini sudah jalan nya, aku harus mencari kebahagiaan ku sendiri, anggap lah ini semua cara satu-satunya yang membuatku bahagia.

"kita ngelakuin itu sesuai 'kebutuhan' gue, gaada kata nolak kecuali emang lu ada halangan tertentu, setelah itu lu bebas mau minta apa aja ke gue, cash ? barang-barang branded ? liburan ? it's so easy, asal syarat utama NO HEART FEELING, Deal ?" ucap Daniel sambil mengulurkan tangannya di hadapanku.

"Deal ?!" tanpa pikir panjang ku balas jabatan tangan Daniel sebagai tanda menyetujui nya, aku gila ? mungkin~ apa ini bisa dibilang menjual diri ? mungkin secara halus begitu, tetapi bukan itu tujuan utama nya, ini namanya simbiosis mutualisme cuma bedanya ini antar manusia dengan serumit perjanjian yg ada. Daniel pun tersenyum padaku, senyum nya benar-benar bisa membuat 'meleleh' . sadar jessie ... sadar ... ini cuma TEMAN. Akhirnya film sebentar lagi dimulai, aku dan Daniel memasuki theatre, sambil menengok ke segala arah aku pun memperhatikan kondisi theatre tersebut.

"wait .. wait .. wait .. ini gaada orang lagi yang masuk kesini ?" gumamku dalam hati, bulu kudukku berdiri, ini bukan masalah aku takut karena hanya berdua saja dengan Daniel, tapi memang kondisi nya gelap dan horror. Aku dan Daniel pun sudah duduk di kursi kami,

"Ini .... gaada lagi yang nonton Niel ? Kita berdua doang ?" ucap ku ke Daniel yang masih memegang minuman dan kembali melihat ke sekitar.

"Kayanya sih gitu, gatau nih tumben juga weekend gini malah sepi" ucap Daniel yang sudah mulai memakan popcorn nya padahal film belum dimulai, aku mencoba lebih rileks di kursiku, dan menaruh minumanku di pinggir kursi, Kunaikan posisi kursiku supaya kakiku bisa diluruskan, mengingat ini ada theatre premiere jadi posisi ini bisa membuat diriku lebih nyaman, kulirik ke Daniel dia tidak meluruskan kursinya sepertiku, ah iyaa dia terlalu tinggi. Film pun dimulai, kami menonton film horror, aku lupa judulnya tapi cukup mengerikan karena memang aku tidak suka film horror.

"AAAAAA..." aku pun reflek teriak dan langsung memeluk Daniel, Daniel pun kaget karena tiba-tiba kupeluk, dia melihat kearahku namun ekspresi wajahku tidak terlihat, karena memang aku menyembunyikan wajahku di dada Daniel sambil menutupi sebagian wajah ku dengan tanganku, dada nya Daniel cukup bidang dan berisi, dia tipe orang yang suka berolahraga di gym. Seketika aku sadar dengan apa yang aku lakukan dan langsung melepas pelukan perlahan, kutatap wajahnya Daniel sesaat dan dia pun juga menatapku.

"Sorry ..." ucapku singkat dan aku merasakan pipi ku panas, Daniel masih menatap ku, lalu dia mendekatkan wajahnya kearahku, aku pun berusaha memundurkan kepala kearah senderan kursiku sendiri, tapi Daniel makin mendekatkan wajahnya kearahku, sial aku tidak bisa bergerak lagi, aku hanya bisa memejamkan mataku saat itu, ntah apa yg Daniel lihat dari wajahku, aku tak peduli, aku gugup, aku susah bernafas.

"thanks jess udah mau jadi "teman" gue" bisik Daniel lembut di telingaku, lalu dia mengecup pipiku.

"buka mata lu, ngapain masih merem?" ucapnya dengan wajah yang sumringah seakan-akan bahagia karena berhasil menjahiliku, ntah dari kapan posisi Daniel sudah kembali seperti semula, aku malu setengah mati dengan apa yang kulakukan, aiisshh ingin ku rasanya mengacak-acak rambutku, aku pun melirik sinis kearahnya, dan kembali menonton filmnya mencoba stay cool sambil merapikan rambutku.

Film pun selesai, kami berdua meninggalkan bioskop dan berjalan menuju restoran di mall ini, dan Daniel masih merangkul pundak ku. Aku pun terkejut ketika Daniel mengajakku ke restoran favorit ku, apa ini karena Calista ? aku tidak peduli, yang paling penting aku bisa makan menu kesukaanku.

"Saya atas nama Alucio Daniel, sudah booking meja untuk dua orang" ucap Daniel ke pelayan, mengingat restoran ini selalu ramai, maka memang lebih baik reservasi terlebih dahulu, ini adalah restoran Italia, pasta mereka sangat enak dan itu yang menjadi kesukaan ku setiap makan disini, dan tentunya dengan porsi double hehehe, pelayan pun mempersilahkan kami masuk dan menyambut kami dengan senyuman, akupun membalas senyuman itu, sesampainya di meja kami aku pun kaget karena posisi meja berada di dekat jendela dengan city view dimalam hari yang sangat indah, ini pasti ulah Calista, bagaimana bisa dia membocorkan ini semua selagi dia "sibuk" bersama Andrew, kami pun duduk berhadapan namun tentunya masih awkward, dan aku pun mengalihkan pandangan ke arah jendela melihat city view yang indah.

"Kalo ada hal yang bikin lu ga nyaman soal ini kasih tau gue aja yaa, karna gue gamau ada paksaan disini" ucap Daniel namun sayang aku tidak mendengar nya karena sedang melihat city view dan sedikit melamun.

"Jess... ?" panggil Daniel yang masih belum bisa ku dengar, ntah apa yang ku pikirkan aku sangat terlena dengan pemandangan indah ini.

"Jessie Arlova..." panggil Daniel dengan sedikit teriak dan mengagetkan ku, tapi tunggu.. darimana dia tau nama lengkapku ?

"haa ? kenapa ?" ucapku linglung

"tuh makanan lu udah dateng" ucap Daniel, dan mataku langsung terbelalak, ini menu kesukaanku dan ini juga sudah porsi double, gimana caranya .. ? CALISTAAA ... aku yakin ini semua ulah dia.

"lu kaget ? karna gue tau semuanya ? makanya apa-apa tuh jangan suka update di socmed, ya wajar aja kalo gue tau" jelas Daniel.

"kok, lu tau socmed gue ? wah lu ngestalk yaa ? atau lu pengguna akun bodong ? yang suka ngejudge orang ? jadi netizen budiman ?" ucapku yang sedikit tertawa.

"ngga o'on, lu ga inget waktu di club kemaren Calista posting foto kita berempat ? dan di tag satu-satu ? gue udah follow akun lu, tapi belom lu follback, ya salah lu sendiri kenapa akun lu ga lu private, ya gue ngintip dikit laah" jawab Daniel yang membuatku jengkel.

"yaudah sekarang lu abisin deh tuh makanan abis ini gue anterin lu balik" lanjut Daniel yang tidak ku gubris sama sekali dan langsung melahap makananku.

__________________________________________

Mobil Daniel sudah terparkir di depan rumahku, perjalanan pulang tadi juga masih diwarnai dengan keheningan tanpa percakapan apapun.

"Lu seneng ga hari ini ?" ucap Daniel membuka pembicaraan.

"Seneng kok, thank you yaa Niel" jawabku sambil tersenyum manis.

"Kalo tiba-tiba ada hal yang ga bikin lu nyaman soal hubungan ini, kasih tau gue ya, karna gue mau ini tanpa paksaan apapun" ucap Daniel lagi yang sekarang menatapku dengan tatapan tajamnya namun lembut, ku jawab hanya dengan anggukan kepala dan tersenyum.

"Gausah khawatir gue tipe orang yang to the point kok, tapi gue salut sama lu hari ini lu bisa bikin gue terkesima sama semuanya meskipun gue yakin ini ulah Calista tapi ....." ucapku yang terhenti karena tiba-tiba Daniel menarik leherku perlahan dan mencium bibirku dengan lembut, mataku masih terbelalak dengan perlakuan Daniel, Daniel pun melepas seat belt ku dan memposisikan jok tempat dudukku sedikit kebawah tanpa melepaskan ciuman nya, kini badan Daniel ada di atasku dia tidak merubah posisi jok nya, dan kini ciuman nya makin lembut dan sedikit melumat bibirku, aku pun akhirnya membalas ciuman Daniel dan mulai memejamkan mataku, menikmati ciuman ini. Daniel memegang tengkukku dan kukalungkan tanganku di lehernya, ciuman ini pun makin panas, dan kini ciuman Daniel berpindah menuju leherku, aku pun menjenjangkan leherku seraya memberi nya akses penuh untuk melanjutkan ciuman nya, nafasku makin berat, perlakuan Daniel benar-benar membuatku ingin mendesah terlebih sekarang mungkin leherku ada tanda kissmark nya. Setelah puas dengan leherku dia kembali mengecup bibirku singkat.

"actually gue udah kepancing, tapi gue bisa tahan, ga mungkin kita lanjutin disini" ucap Daniel yang mengembalikan posisi jok ku seperti semula dan merapikan rambutku yang tentunya berantakan, dan juga berusaha menutupi kissmark di leherku.

"Good night jess..." ucap Daniel

"Good night niel" jawabku yang langsung membuka pintu mobil dan keluar, aku pun melambaikan tangan kearahnya dan tersenyum.