Chapter 3 - 2

Author POV.

Putra keluar dari dalam mobil dan berlari cepat kearah tubuh Anisa yang sudah pingsan.

Putra dengan cepat menggakat tubuh kecil Anisa dan membawa ke mobil.

Sebelum ada orang yang curiga dan menggagap mereka menabrak seorang wanita.

Daniel baru saja akan protes saat dengan lancang putra menempatkan wanita itu di sebelahnya.

Namun semua itu harus dia urungkan saat melihat wajah pucat dengan bibir biru wanita itu.

"Maaf tuan saya harus menempatkan di samping anda" kata putra dengan wajah menyesal.

Putra yang biasanya selalu wajah datar dan dingin, hanya menunjukkan raut menyesalnya di depan Daniel.

"Ya tidak apa" balas Daniel.

"Terima kasih taun" balas putra.

Putra sangat tahu di balik sifat dingin dan datarnya sebenarnya bosnya ada orang yang baik. Namun dia tidak pernah menunjukkan di hadapan orang lain.

Daniel memalingkan wajahnya ke samping kaca, saat mata biru tajamnya a tidak sengaja melihat baju Anisa yang transparan karena terkena air hujan.

Lauren serta putra terpaku di kursi jok depan mereka masing-masing saat mata mereka melihat Daniel Radcliffe sengaja membuat jasnya dan memakainya ke tubuh kecil Anisa.

Bahkan mereka berani bertaruh jika saat ini bos mereka juga tidak sabar saat tangannya sudah menyentuh anak rambut wanita yang mereka tolong.

Putra berdehem pelan sebelum menjalankan mobilnya.

Sedangkan Daniel pria tampan itu merutuki sikapnya yang tiba-tiba saja tanpa sadar menunjukkan perhatian kepada wanita yang tidak di kenalnya.

Mata biru tajamnya menatap tas hitam lesuh milik perempuan itu, dengan perlahan Daniel mengambil tas hitam itu dan membuka.

Hal yang pertama di lakukan Daniel adalah mencari KTP milik wanita.

Mata tajamnya membaca dengan teliti identitas wanita yang di sebelahnya dan Daniel tahu jika wanita manis yang berbeda di sampingnya ini bernama Anisa Rahmayanti.

Daniel memasukan kembali KTP milik Anisa dan kini fokusnya menatap wajah Anisa dengan teliti.

Tidak ada yang aneh dengan wanita itu.

Wajah manis, hidung pesek dan kulit coklat muda.

"Shit..." Daniel mengumpat kasar saat bagian bawah terasa sesak hanya karena melihat dua buah payudara yang ukurannya lumayan besar tapi dapat di pastikan jika kedua payudara itu pasti akan sangat cocok di kedua tangan besarnya.

Kening putra menyergit bingung saat melihat bosnya berulang-ulang kali mengumpat kasar tanpa sabar.

Daniel tersentak kaget saat melihat tubuh kecil Anisa gemetar kedinginan padahal dia sudah menutup tubuh Anisa dengan jas tebalnya.

Kedua mata Lauren dan putra melotot, saat melihat Daniel menarik pelan tubuh menggigil Anisa.

"Apa yang sedang kau lakukan putra, tidak bisa kah kau lebih cepat lagi mengendarai mobil" sentak Daniel kesal.

Apa mereka buta, tidak lihatkah mereka ada wanita yang sedang menggigil dan kesakitan di sini dan mereka malah sibuk melamun.

"Eh..baik tuan" balas putra sedikit gelapan.

Pria tampan berdarah Indonesia itu mengendarai mobil mewah Daniel dengan kecepatan yang lumayan tinggi membelas jalan ibu kota Jakarta yang tidak terlalu macet makam ini.

Daniel semakin erat memeluk tubuh Anisa hingga membuat wanita itu merasa nyaman dan hangat di bawah alam sadarnya.

"Tunggu sebentar lagi, aku akan membawa ku ke kamar ku yang hangat" bisik Daniel pelan.

Anisa tersenyum kecil dalam tidurnya, pelukan hangat ini benar-benar sama seperti milik ibu kandungnya. Hingga membuat Anisa nyama dan enggan bangun dari tidurnya.

.

.

.

.

.

.

Anisa membuka matanya saat telinganya samar-samar mendengar suara yang cukup berisik.

Rasa nyeri di kepalanya membuat Anisa kembali memejamkan kedua matanya.

"Kau baik-baik saja ?" Suara lembut seorang wanita menyentak Anisa kedunia nyata.

Maka itu kembali terbuka dan menatap keseluruhan tempat yang Anisa yakini jika ini kamar.

"Aku di mana" jika orang lain akan berteriak jika terbangun di atas ranjang orang yang tidak di kenalnya berbeda dengan Anisa yang terlihat santai saja.

"Kau di rumah ku lebih tepatnya di kamar ku dan di atas kasur ku" jawab Daniel datar.

Anisa menatap bingung pria tampan yang duduk di atas kursi roda.

Bagiamana bisa dia berakhir di kamar orang bule yang tidak di kenalnya, Anisa meringis ngilu saat otaknya berusaha keras mengingat apa yang terjadi.

Dia hanya ingat namanya, dan tapi tidak ingat siapa pun lagi.

"Jangan di paksa kepala mu masih sakit" suara Lembut yang tadi di dengarnya ternyata adalah suara lembut seorang dokter cantik.

"Di mana rumah mu, aku suruh orang ku mengantarkan kan mu, aku tidak mau menampung orang yang tidak di kenal" kata Daniel tiba-tiba kali ini bukan dengan nada dingin tapi terkesan sinis.

"Aku...aku tidak tahu di mana rumah ku" kata Anisa lemah membuat semau yang berada di sana tersentak kaget.

"Apa kau tidak ingat, di mana rumah mu ?" Kali ini bukan Daniel yang membuka suara tapi Lauren yang sedari tadi diam saja.

Anisa hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pelan.

"Apa kamu tahu siapa nama mu ?" tanya Carissa dokter pribadi keluarga Daniel.

Anisa menggaggukan kepalanya.

"Apa kamu tahu siapa diri selain nama mu ?" Tanya Carissa lagi.

Dan kali ini Jawaban dengan gelengan kepala.

Carissa hanya menganggukkan kepalanya dan menyuruh Anisa untuk kembali tidur sebelum dia bicara secara pribadi kepada Daniel.

Daniel menatap Carissa dengan bingung.

"Apa yang sebenarnya terjadi padanya, kau bilang dia baik-baik saja tadi" kata Daniel dengan nada menuntut.

"Aku rasa dia mengalami tekanan mental yang cukup besar hingga membuat memori otak menolak untuk mengingat kehidupan yang dulu" kata Carissa.

"Lalu apa yang harus kita lakukan ?" Tanya Lauren.

"Untuk sementara waktu tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali melakukan o

Pengobatan yang lebih intensif di rumah sakit dan hindari topik yang bisa membuat lebih tertekan lagi" kata Carissa.

"Ya sudah bawa saja di ke panti asuhan atau kemana pun tapi jangan di rumah ku" kata Daniel tiba-tiba membuat Lauren menatap tajam.

"Kau kejam sekali kak, aku mom biarkan dia tetap di sini ya. Kasihan dia" kata Lauren sambil merengek-rengek.

"Aku rasa apa yang di katakan Lauren ada benarnya juga, biar kan dia di sini sampai ingatan Kembali, lagi aku jamin ingatan pasti akan cepat Kembali jika kondisi mental sudah kembali membaik" kata Carissa memberikan Lauren dukungan.

"Baiklah, dia boleh tinggal di sini" sambil menghela nafas lelah.

"Tapi kak kalau dia tinggal di sini berarti dia harus menjadi istri mu" kata Lauren polos.

"APA" teriak kaget suara seorang wanita di depan pintu rumah.

Lauren dan Daniel tersentak kaget saat wanita yang berteriak di depan pintu rumah Daniel ada Sandra ibu Daniel Radcliffe.

"Eh Tante" sapa Lauren kikuk.

"Siapa ya menikah ?" Tanya Sandra semangat.

"Kak Daniel" Lauren menjawab cepat sebelum Daniel membuka mulutnya.

"Benarkah, dasar anak durhaka kau menikah tapi tidak minta Restu pada ibu mu" sentak Sandra kesal.

"Mom ini tid..."

"Tenang saja bibi, mereka baru saja menikah, bahkan mereka belum melakukan mengadakan pesta pernikahan" lagi-lagi Lauren menjawab cepat sebelum Daniel menyelesaikan perkataannya.

"Baik lah mom tidak akan marah kali ini pada mu, tapi ingat untuk acara pesta pernikahan mu nanti mom yang akan urus" perintah mutlak Sandra membuat Daniel pasrah.

Tapi tidak kedua matanya yang menatap tajam adik sepupunya, Lauren.

.......

TBC