Ada beberapa orang yang pernah berkata bahwa cinta itu datang karena terbiasa. Namun jika ketika sudah terbiasa bersama tetapi cinta itu belum jua datang, maka siapa yang salah? Orang orang yang berkata, atau si manusia yang menjalaninya?
Orang orang juga banyak yang berkata bahwa sebuah hubungan harus di landaskan oleh sebuah perasaan yang bersambut. Jika hanya sebelah sisi saja maka apa gunanya menjalin hubungan? Di satu sisi ada perasaan hambar, sedangkan di sisi lain tentu akan berasa sakit jika salah satu dari mereka tahu bahwa perasaannya tidak berbalas.
Di sebuah kafe bernuansa putih dengan hiasan bunga di beberapa sudut, terduduk seorang remaja laki laki. Usianya baru menginjak 17 tahun beberapa hari yang lalu, cowok itu datang disana sendirian tanpa ada seseorang yang menemani.
Ia menjadi pusat perhatian beberapa pengunjung remaja lainnya, yang putri terutama. Tubuhnya tinggi dan dihiasi otot otot kekar yang tercetak jelas di kaos berwarna putih nya rasanya merupakan salah satu daya tarik bagi sebagian orang untuk memandangi nya.
Sebagian orang lagi justru tertarik karena wajahnya yang terbilang cukup tampan, dengan alis yang tebal, hidung mancung, dan juga rahang yang tegas membuat siapapun tentu enggan untuk melepaskan pandangannya dari cowok itu.
Cowok tampan itu melirik kearah pintu ketika mendengar benda berbentuk kotak itu berderit, seorang gadis dengan rambut panjang terurai masuk kedalam kafe. Parfum nya yang beraroma bubble gum langsung dapat terhirup oleh cowok itu meski mereka berjarak beberapa kaki.
Gadis itu tersenyum ketika mendapati cowok itu menatap kearahnya, tanpa berlama lama gadis itu berjalan ke meja dimana cowok itu sedari tadi duduk.
"Hai, udah lama?" Gadis itu tersenyum, menampakkan lensung pipi yang semakin mempermanis senyumannya.
"Baru kok," balas cowok itu singkat, seperti biasa.
"Mau bicara in apa? Penting ya?" tanya gadis itu.
"Mau pesen apa?" Cowok itu justru ganti bertanya.
Gadis itu menghela nafasnya, tangannya lalu terulur memegang tangan lawan bicaranya ini ia tersenyum lagi lagi. "Kamu mau ngomongin apa Genta? To the point aja."
Cowok yang bernama lengkap Magenta Ardhiyasa itu menatap gadis di depannya ini dengan muka datar. Ternyata gadis itu sudah dapat menebak bahwa Magenta mengajaknya bertemu untuk membicarakan sesuatu yang serius.
Di balik wajah datar nya saat ini, Magenta menyembunyikan beragam rasa bersalah. Cowok itu menyembunyikan beragam penyesalan karena pada ujungnya ia harus menyakiti hati bidadari sebaik gadis di depannya ini.
"Gue... Gue minta maaf," ucap Magenta setelah terjadi keheningan yang cukup panjang.
"Maaf? Untuk apa?" Gadis itu menautkan alisnya bingung, ia tak mengerti untuk apa Magenta meminta maaf disaat cowok itu tidak memiliki kesalahan apapun kepadanya.
"Gue minta maaf karena gue gak bisa membalas perasaan lo selama ini."
Gadis itu kembali tersenyum, tidak ada sedikitpun kilatan kesedihan yang ia tampakkan di wajah cantiknya. Dia sudah dapat menebak bahwa hari ini pasti akan datang, bahkan jauh sebelum semuanya terjadi.
"Aku tahu kok. Aku yang salah karena mencoba mengganti posisi dia di hidup kamu, aku minta maaf."
Disaat dimana seseorang seharusnya menangis, gadis itu justru tetap berdiri tegar di tempatnya dengan senyum yang masih saja menghias.
"Ran, maafin gue ya?"
"Kamu gak salah Genta, semua salah aku."
"Please, jangan benci sama gue."
Gadis itu menggeleng sambil tersenyum. Walau sesakit apapun yang ia rasakan saat ini, ia mana mungkin bisa membenci Magenta, cinta pertamanya.
πππ
Seorang gadis yang tengah duduk di balkon kamarnya mendadak berdiri dan memandang ke bawah setelah mendapat kabar bahwa Olla sahabatnya telah sampai di depan rumahnya.
Gadis yang mencepol asal rambutnya itu melambaikan tangan sambil tersenyum kearah sahabatnya yang baru saja masuk kedalam pekarangan rumahnya.
"Masuk aja! Gak dikunci kok," serunya dari atas sana, sahabatnya itu hanya mengangguk sambil mengacungkan jempolnya.
Gadis dengan setelan baju tidur itu pun lalu berjalan masuk dan membukakan pintu untuk sahabatnya yang kebetulan sudah mencapai kamarnya yang berada di lantai dua.
"Pesenan gue mana?" tanyanya sambil menarik turunkan alisnya.
Olla memutar bola matanya malas sambil mendengus keras, "Nih, cape tau gak Gi gue muter muterin itu pasar malem cuma buat nyari pesenan lo."
Gadis yang dipanggil Gi barusan itu hanya terkekeh sambil meraih bungkusan yang ada di tangan Olla sahabatnya. Kemudian dengan begitu pengertiannya gadis itu mempersilahkan Olla untuk tiduran di kasurnya.
"Password wifi lo ganti lagi?"
"Iya, habis kesel gue sama anak tetangga. Masa nih ya kemarin itu bawa temen temennya se RT mabar di depan rumah gue. Nyebelin gak sih?" Gadis itu mengerucutkan bibirnya kesal, mengingat kejadian kemarin hanya membuat emosinya naik kembali.
"Yaudah, terus sekarang apa?"
"princessmagikaanandinitercantique."
"Hah? Lo yang tulis deh." Olla menyerahkan ponselnya kepada sahabatmya itu.
princessmagikaanandinitercantique
Olla melebarkan matanya melihat password yang dituliskan di ponselnya, dia menahan mati matian dirinya sendiri untuk tidak mengumpat. Magika sahabatnya ini memang benar-benar kelewat alay. Ayolah, mana ada manusia normal yang akan membuat sandi se alay itu?
"Gi, lo udah cek instagramnya Rani?"
"Rani siapa?"
"Maharani Alisya."
Magika menggeleng, "Lo gak inget gue udah blok dia?" Tanyanya dingin.
"Di fake account lo juga?"
Magika mengangguk, ia memang sudah mem-block akun itu di kedua akun instagramnya. Alasanya cukup sederhana, ia kesal dengan gadis itu karena secara berkelas nya merebut pangeran idaman Magika, yaitu Magenta si most wanted sekolah.
"Lo liat postingan ini deh." Olla memperlihatkan layar ponselnya ke arah Magika.
οΏΌ
Loved by magentaa, and 1125other
maharanialisya__
I know it will be hard to forget you, to forget that i love you, to forget everything about you. But i will try it. Thanks for your time in the last two month.
With love,
Raniβ₯
"What, ini seriusan? Mereka putus?" Magika tersenyum lebar setelah melihat caption dari Rani yang sebelumnya ia ketahui sebagai kekasih dari Magenta, pujaan nya.
"Gue rasa gitu sih," Olla menganggukkan kepalanya.
"Anjiiiir pangeran gue akhirnya jomblo juga!!!!" Magika berteriak kegirangan, lalu gadis itu naik keatas kasur dan meloncat loncat disana.
Magika benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ia menyukai Magenta sejak beberapa bulan lalu, tepatnya ketika ia terpesona dengan penampilan cowok itu sewaktu pensi di sekolahnya.
Dulu, Magika sempat berniat untuk mendekati Magenta terlebih dahulu. Namun baru selangkah Magika maju untuk mencintai Magenta secara terang-terangan, tiba-tiba saja tiada angin tiada hujan cowok itu justru berpacaran dengan Rani. Padahal mereka tidak pernah terendus publik sedang melakukan pendekatan.
Dan sekarang ketika Magenta putus, dapat dibayangkan bagaimana gembiranya Magika. Di kepalanya kini sudah muncul beberapa rencana untuk mendekati Magenta kembali.
Ada yang berkata bahwa ketika seseorang baru saja mengakhiri hubungannya maka kesempatan orang baru untuk masuk dan memanfaatkan situasi itu akan sangat terbuka lebar.
Magika tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
πππ
Bagaimana dengan prolog nya??
Siapa yang gak sabar untuk bertemu dengan Magenta dan Magika di bab pertama??