Cerita datang dri lagu dan video inspiratif
Mulmed : reza artamevia - cintakan membawamu kembali. Mungkin akan ada beberapa part yang alur maju mundur
..............

Dominica Raynand

Dominic dan Baby Genta
"mulai saat ini ibu akan hidup sama kamu. Hanya kita.. Kita berdua, Genta"

Genta, 12 tahun
"Sebenarnya aku gak mau benci sama ibu... Cuma aku marah sama mereka yang menertawakan aku... Melempar atau melecut karet gelang ke arahku. Mengatai aku bau karet. Aku benci... Tapi saat melihat ibu yang dengan wajah lelahnya setiap menyadap karet. Aku tersentuh.....

Sofyan Hadikusuma
"Kalian tahu aku adalah pria terbodoh dibalik kejayaan ini.
Beberapa tahun yang dulu....
Dominica Reynand, seorang gadis cantik, mata bulat indahnya mampu menyihir siapa saja yang menatapnya. Hidupnya sempurna. Bahagia, mewah, tanpa kekurangan suatu apapun. Dia memilik sahabat yang setia semasa SD juga kekasih semasa SMA. Mereka bertiga saling mengenal sejak kecil
Sifatnya periang, manja dan syukurlah tidak pelit. Seperti sekarang ini Dominica, mentraktir beberapa teman satu jurusannya di sebuah kafe mewah yang mungkin harga segelas air putih saja puluhan ribu. Gadis cantik berambut hitam berombak itu berdiri sambil menggerakkan tangan seperti mengkomando. Sedangkan di kursi empuk dekat jendela kafe yang gemerlap senja itu. Ada Sofyan dan Intan, sahabat dan kekasihnya dari zaman SD dan SMA.
"Silakan kalian mau pesan apa, biar aku traktir. Namanya ulang tahun itu harus dirayakan biar tambah bahagia hidupnya." Ucap Dominic sambil berkata keras pada semua teman kuliahnya yang memesan menu makanan apapun dengan binar bahagia. Atau beberapa yang lain sedang bersenda gurau sambil bertepuk tangan mendengar ucapan gadis yang memakai jumpsuit biru itu.
"Makasih Ica yang ratu kampus!" sorak mereka semua membuat suasana kafe itu semakin gaduh.
"Udah cantik dari lahir memang harus gitu, oke... Silakan kalian pesan makanan apa saja yang tahun depan aku kasih voucher shopping gratis buat kalian."
Sofyan dan Intan hanya menggelengkan kepalanya seolah pasrah karena terbiasa melihat tingkah sahabat juga kekasihnya itu. Intan memandang Sofyan tersenyum memberikan semangat. Setelah capek berbicara, bercengkrama, dan bersikap seperti tour guide. Dominica atau Ica nama panggilan akrab gadis itu berjalan anggun bak model lalu duduk di samping kekasihnya sambil bergelayut manja. "Uuhh... Capek juga nih, yang." Ica memanyunkan bibirnya menatap puppy eyes pada Sofyan. Pria itu sedikit geli dengan tingkah manjanya. Tiap ulang tahunnya. Sifat manjanya akan meningkat drastis. "Kamu juga tiap ulang tahun udah kayak penari, gerak sana gerak sini. Traktir sana sani, hambur-hamburin uang. Coba bagaimana gak capek, sayang? Lain kali kalau ulang tahun rayain sederhana aja, atau ke yayasan amal." Tanya Sofyan sambil mengusap wajahnya lembut. Menatap penuh kasih sayang.
"Iihh... Kan aku suka dan terbiasa. Gimana coba? Lagian bagi-bagi rezeki itu baik tahu. Papa aku punya segalanya, beramal juga rajin, dulu kecil juga pernah rayain ultha di panti asuhan!" Balas Ica lebih agresif melepas rangkulan kesal.
"Aku kan cuma kasih kamu nasehat, sayang. Biar jangan terlalu berfoya-foya." Sofyan berusaha memasang sikap tenang sambil menghibur wanita itu. Membujuknya agar tidak mengambek.
"Itu kan dulu waktu kamu kecil, ca... Kalau sekarang waktu dan hidup kamu cuma buat hal glamour." Intan mengeluarkan suaranya setelah berdiam memperhatikan dan melihat percakapan sepasang kekasih itu.
Dominica langsung menatap sahabatnya itu. "Itu dulu waktu kecil. Kamu juga sampai sekarang selalu aku bantu, aku ajak shopping sampai Singapore, terus waktu kamu pengen banget kalung satu-satunya yang udah diincar lama. Aku usahain biar dapat" Gadis itu tersenyum sambil memperhatikan kuku-kuku lentiknya yang baru seminggu lalu dirawat di salon terkenal di metropolitan.
Intan sedikit menghembus nafas menahan sabar. Sofyan memberi aba-aba dari belakang tubuh Ica untuk tak berdebat. Tapi Intan seolah tak peduli
"Kamu gak tahu takdir seseorang bisa berubah. Roda bisa berputar. Tak selamanya mawar akan indah, wangi semerbak, dan segar. Suatu saat dia akan layu." Perkataan Intan membuatnya terhenyak, kaku, sontak aksi bersih-bersih kukunya terhenti dan wajah cantik ceria itu sudah berubah dingin, tersakiti.
"Maksud kamu? Kalau kamu gak suka aku terlalu royal sama kamu dan kamu merasa rendah diri. Kamu ngomong, waktu kejadian kalung itu juga. Kamu dapet kan? Bukan dari bantuanku. Aku salut sama kamu. Jadi gak usah merasa rendah diri lagi." Perkataan Ica tegas menatap Intan dengan rasa ego tinggi.
"Oh ya, satu lagi... Si Sofyan masih suka ketemu sama Tiana, mantan pacarnya sebelum kamu. Hati-hati saja ya, sayang." Balas Intan tak kalah telak. Sofyan langsung melotot ke arah Intan tak suka.
Ica langsung memukul lengan kekar pria itu. "Kamu udah janji tapi masih nakal juga. Mau aku putusin?! Biar papaku misahin diri dari perusahan mendiang orang tua kamu?!"
Sofyan kembali bersikap tenang tak ingin terpancing emosi oleh Ica yang memang sensitif. Masalahnya teman-teman satu jurusannya juga memandang ke arah mereka heran juga berbisik-bisik.
Hingga suara dering handphone terdengar menghentikan aura tak enak diantara mereka. Ica langsung mengambil ponsel dari tasnya. Gadis itu melihat nomor tak dikenal. Dia tak peduli langsung mematikan.
Dia kembali memasang wajah marah pada Sofyan sambil bersidekap. "Jadi? Kapan kamu ketemu Tiana?"
Sofyan ingin berucap tapi tak sampai saat dering ponsel kembali terdengar. Ica memutar bola matanya malas. Bedecak kesal.
"Angkat aja, siapa tahu penting." Ucap Intan yang mulai melunak.
Akhirnya wanita itu mengangkat telephonenya sambil menyingkirkan anting bulat besar di telinganya. Jika dua kali menelepon dengan nada panjang pasti penting menurutnya.
"Halo?" dengan suara malas Ica berucap
Tidak berapa lama raut wajahnya berubah. Wajah jengkel itu perlahan terkejut, takut, bibirnya bergetar dengan mata nanar. Ponsel digenggamannya terjatuh begitu saja. Dengan raut kosong. "Papaaaaa!!!!" jeritan histeris penuh kesakitan itu membuat suasana ramai tadi hening.
Gadis itu meronta tak terima. Sofyan sudah mendekapnya untuk memberi ketenangan. Teman-temannya yang lain mengerubunginya. Intan juga ikut mengusap bahu sahabatnya itu.
....................
Raynand Arnoldi meninggal karena serangan jantung. Ica tak percaya padahal selama ini ayahnya sehat-sehat saja dan tetap sukses menjalankan kerajaan bisnisnya. Tapi tak disangka diam-diam ayahnya mengidap kelainan jantung yang disembunyikannya selama ini. Bahkan Ica terlambat melihat papanya dalam keadaan sadar untuk terakhir kali. Sekarang sosok gagah pria tua itu terbaring di samping wanita yang dia cintai seumur hidup yang sudah meninggalkannya lebih dahulu ketika SMA. Mamanya.
Beberapa hari setelah pemakaman. Gadis itu masih setia memakai gaun hitamnya. Dia termenung di ruang tamu mewah dengan perabotan mahal. Tak menyangka hadiah di ulang tahunnya yang kesembilan belas dihadiahi duka. Ica kalut, sedih, tak memiliki siapa-siapa di masa mudanya.
Tapi mungkin dia sedikit berterima kasih pada Tuhan yang sudi memberi Sofyan. Ya, menurut pengacara keluarganya. Menurut surat wasiat papanya. Harta dan aset akan jatuh kepada Dominica Raynad selaku putri tunggalnya ketika menginjak usia dua puluh tiga tahun. Tapi jika dia dan istrinya meninggal sebelum usia putrinya menurut surat itu, maka Dominica harus menikah dengan Sofyan Hadikusuma. Yang merupakan putra tunggal sahabatnya yang sudah dianggap keluarga ketika orang tuanya meninggal kecelakaan pesawat bersama istrinya. Dan sebagai sahabat lama untuk sementara perusahaan dan aset dipegang paman Sofyan sejalan dengan Sofyan ikut menjalankan perusahaan gabungan itu.
Mereka berdua sedikit terkejut. Tapi senyum terbit di bibir Dominica. Sofyan tampak kikuk dan terkejut. Tapi akhirnya dia pun ikut tersenyum walau terlambat.
Setelah pengacara itu pergi mereka berpelukan. "Yan, kamu... Pasti kaget dan gak siap ya denger semua ini?" Ica menunjukkan raut takut dan khawatir.
Dan pria muda itu mendesah lalu tersenyum letih. "Sebagai anak yang baik kita harus menurut. Agar papa kamu tenang. Aku juga sudah berterima kasih dengan kebaikan beliau selama ini."
"Apakah kamu mencintaiku? Maksudnya tulus? Dulu, sekarang, dan nanti?" tanya Ica lirih memohon bagai pengemis.
"Iya... Sangat... Sangat mencintaimu... Tulus." Ucap Sofyan sambil merengkuh gadis itu.
.....................
Di sebuah ruang tamu sederhana. Seorang gadis menangis tersedu-sedu di hadapan pria itu. "Walau cintamu tulus... Ternyata kita memang gak akan menyatu ya, Yan?" Mata bulat wanita itu memandang nanar. "Walau aku pacar pertama kamu. Gak bisa jadi pelabuhan terakhir kamu."
Wajah Sofyan tampak menyesal dan sakit melihat wanita yang dia cintai menangis perih sambil bergetar memejamkan mata. Meremas sandaran sofa sedehana. Pria itu mengusap tangan wanita yang bergetar itu. "Hei... Aku juga gak mau kayak gini. Tapi keluarganya banyak menolong aku. Walau selama..... Kita... Pacaran... Diam-diam.... Banyak rintangan. Tapi mungkin Tuhan masih ingin menguji kita lebih jauh. Agar cinta kita kuat. Bersabarlah. Kita akan melewati rintangan ini sekali lagi."
Dengan cepat wanita itu memeluk tubuh tegap kekasihnya yang masih dia temui diam-diam. Malam hitam menggambarkan suasana hati dua insan yang terpalung cobaan cinta. Dan sebuah ciuman antar keduanya menjadi penenang untuk hati mereka yang ditentang cobaan. Ciuman yang semakin dalam sebagai obat mujarab untuk mereka
Ketika itu tak sadarkah mereka jika obat bagi mereka menjadi racun untuk seseorang yang perlahan-lahan mengikis hati yang dulu lembut.
Bersambung.....