Brian baru sampai di Ardent Apartemen setelah melewati perjalanan lima jam di kereta api sendirian.
Sungjin dan Jae sudah lebih dulu tiba tiga hari lalu untuk menata keperluan mereka di hunian baru. Wonpil dan Dowoon datang malam kemarin sambil membawa perlengkapan musik masing-masing.
Brian sendiri menenteng tas bass gitar-nya di punggung dan sebuah koper merah.
Ketika Brian hendak menekan tombol tutup di pintu lift, seorang gadis tampak berjalan cepat ke arahnya.
"tunggu!" ujar si gadis yang menyeret koper berwarna merah.
Brian pun membiarkan si gadis masuk ke dalam lift sebelum menakan tombol lift.
"ke lantai berapa?" tanya Brian.
"sama denganmu" balas si gadis.
Brian membulatkan bibirnya. "aku penghuni baru di nomer 506. Namaku Brian. kamu?"
"Suzy. Aku juga penghuni baru di nomer 505"
"berarti kita tetanggaan" Brian memamerkan senyumnya.
Suzy mengangguk biasa. "tinggal sendiri?"
"tidak. Aku tinggal dengan teman satu band-ku, berlima. Kamu tinggal sendiri?"
Suzy menggeleng. "aku tinggal dengan temanku juga"
DAGH!
"Aaak!!" Suzy menjerit ketakutan karena lift berhenti mendadak di lantai tiga. Lampu emergency dalam lift menyala merah.
Brian yang sebenarnya juga panik memilih untuk menenangkan Suzy.
"jangan panik—aku yakin ini cuma sementara. Aku akan coba hubungi petugas apartemen"
Brian menekan tombol darurat di bagian bawah lift.
"halo, ini petugas Apartemen Ardent. ada berapa orang di dalam lift sekarang?"
"kami berdua" ucap Brian.
"kalian tenang ya. Kami sedang berusaha memperbaikinya."
"iya" balas Brian.
"apa masih lama?" tanya Suzy yang tiba-tiba merasa menggigil. Suzy memang punya claustrophobia, ketakutan berlebihan saat berada di ruang tertutup dan sempit seperti ini.
"sebentar lagi—"
Beberapa kali lift bergerak tak menentu.
Suzy sampai mual dan pusing.
Brian yang samar melihat wajah Suzy di kegelapan melangkah mendekat.
"m—mau apa kamu?" tanya Suzy yang panik. Ia jelas takut pria ini malah menggunakan kesempatan ini untuk menyakitinya.
"memelukmu" ucap Brian dengan enteng.
"APA?" Suzy membelalakkan matanya. Mendadak ia tak jadi pusing.
"Mama bilang kalau ada orang panik harus dipeluk biar tenang. Sini—" Brian tanpa permisi menyentuh tangan Suzy.
Dalam satu tarikan, Suzy sudah berada dalam pelukan Brian.
Suzy merasa nyaman sekaligus takut saat Brian menepuk punggungnya dengan lembut.
"Mamaku juga sering takut kalau ditempat gelap begini" ujar Brian dengan nada polos.
Suzy berusaha menahan senyumnya mendengarkan Brian yang tampaknya sudah merindukan mamanya padahal dia baru saja tiba di Ardent.
Hidung mungil Suzy tak sengaja mengusak leather jacket Brian. Wangi campuran cinnamon, musk, vanilla, dan asap rokok membuat Suzy sedikit tak nyaman karena mirip dengan wangi mantan pacarnya.
Sial, pikir Suzy.
"a—aku sudah tak panik kok" Suzy berusaha melepaskan pelukan Brian. tak baik bagi Suzy karena ia sedari tadi bisa mendengar detak jantung pemuda ini yang teratur.
"yakin?" tanya Brian.
Suzy mengangguk. Untunglah lampu emergency berwarna merah jadi Suzy bisa menyembunyikan wajahnya yang kini bersemu panas.
KRAKK!
Seorang petugas apartemen berhasil membuka pintu lift dengan alat berat.
"syukurlah—kalian tak terluka kan?"
Brian dan Suzy sama-sama menggeleng. Mereka pun keluar bergantian sambil menyeret koper merah masing-masing.
Di depan hunian apartemennya, Suzy berbalik sebelum membuka pintu.
"terima kasih, Bri" ucap Suzy sambil tersenyum.
"iya, sama-sama, Zy" Brian balas tersenyum. "lain kali, kamu sebaiknya naik tangga saja kalau takut di lift sendirian"
"ih— capek dong naik tangga dari lantai satu ke lantai lima, Bri"
"gakpapa, sekalian olahraga, Zy"
Suzy melotot. "nggak. Aku pasti bisa naik lift sendiri"
Brian tertawa mendengarnya. "yaudah, hati-hati ya kalau sendirian di lift. Siapa tahu kamu ketemu sama hantu penunggu lift, hih—"
Suzy jelas ketakutan. Di apartemen sebelumnya, Suzy tinggal di lantai satu. Jadi dia sangat jarang naik lift.
"nyebelin deh"
"enggak Zy. Aku cuma bercanda kok" ucap Brian. "abisnya, muka kamu lucu kalau lagi takut kayak tadi. Gemesin—"
Suzy ingin sekali menggetok kepala Brian dengan kopernya. Ini pertemuan mereka dan Brian terang-terangan menggodanya.
Brian sendiri senang karena mendapatkan tetangga cantik nan menggemaskan seperti Suzy.
Mulai detik ini, Brian jadi tak sabar melewati hari-harinya di Ardent.
-oo-