Marioline sedang menikmati waktu senggangnya di ruang baca, ia sedang menikmati rumah yang sudah menjadi miliknya.
Salah satu aset milik Alan Smith yang direlakan begitu saja, hanya karena pria itu ingin sekali berpisah dengan dirinya.
Abigail masuk dalam ruang baca tersebut, melipat tangannya dengan tinggi. Dan memasang wajah kesal ke arah ibunya.
Marioline tidak menurunkan buku bacaannya, dan ia juga tidak merasa terganggu dengan kehadiran putrinya.
"Ibu.. aku sudah benar-benar lelah dengan semua permainan ini." Ucap Abigail.
"Abigail, dimana tatakramamu sebagai seorang gadis bangsawan? Kau sedang berbicara dengan ibumu sendiri." Marioline masih terus melanjutkan bacaannya.
Abigail mendengus dengan kesal, "Ibu! Apa ada seorang putri bangsawan yang hamil sebelum pernikahannya dimulai?"
"Itu tidak ada hubungannya sama sekali Abigail, apa yang kau lakukan adalah sebuah langkah strategi untuk menjadikan Edward sebagai suamimu." Emma masih terus menatap bacaannya dengan santai.
"Ibu.. asal kau tahu saja, Edward bahkan sama sekali tidak mencintaiku. Kalau bukan karena aku yang sedang mengandung, apa mungkin dia akan mau menikah denganku?" protes Abigail kembali.
"Setidaknya rencana ibu lebih berhasil, dibandingkan dengan kau yang hanya menggodanya dengan tidak jelas. Kau tidak butuh pria itu untuk mencintaimu! Lihat apa yang terjadi denganku dan ayahmu, pada akhirnya kami pun bercerai."
Abigail kembali mendengus kesal karena ibunya belum menatap wajahnya, dan masih asik dengan bacaan yang ia baca.
"Bagaimana kalau pernikahan kami juga tidak akan bertahan. Apa ibu tahu, aku melihat wanita itu lagi." Ucap Abigail, dan kali ini Marioline mendongakkan wajahnya. Mulai tertarik dengan cerita putrinya.
"Wanita? Apa maksudmu?" Tanya Marioline,
"Wanita yang pernah berhubungan dengan Edward, mantan pelayannya. Kemarin kami baru mengambil sesi foto untuk sampul majalah Fogue. Dan ternyata wanita itu bekerja disana." Ucap Abigail lebih kesal.
"Edward lebih bersikap aneh dari sebelumnya. Sungguh aku sudah menahan kesalku. Bagaimana..." Tatapan Abigail menjadi takut dan cemas.
"Bagaimana jika dia akan merusak pernikahan itu, wanita itu bisa saja merebut Edward dariku!"
"Apa kau akan membiarkannya, Abigail Smith?? Kalau kau membiarkannya, maka kau adalah wanita yang bodoh. Kau mengandung anak Edward, dan itu sudah menjadi jaminan Edward akan menikahimu. Jadi pertahankan bayi yang ada dalam kandunganmu," perintah Marioline dengan tegas.
"Ibu, mengapa aku menjadi merasa kau seperti sedang menjualku?" Abigail mulai dengan pendapatnya sendiri.
"Apa yang aku perbuat, adalah memastikan masa depanmu. Apa kau tahu ayahmu menahan dan menolak beberapa aset untuk diberikan kepadamu?"
"Apa... kenapa ayah melakukan itu? Apa ayah tidak menyangiku lagi?" Ucap Abigail tidak percaya,
Marioline tidak bisa memberi tahukan kepada putrinya, bahwa Alan berencana memberikan beberapa aset berharga dan penting untuk diberikan kepada putrinya yang lain.
Tidak, Abigail tidak boleh tahu bahwa Ella adalah adik tirinya. Semua harus berjalan sesuai dengan rencananya.
"Ayahmu tentunya menyayangimu Abigail, dan bersabarlah... karena semua ini sebuah permulaan, ibu akan memastikan apa yang menjadi milikmu."
Jawaban Marioline terlalu ambigu, membuat Abigail hanya menatap bingung. Karena ibunya belum menceritakan keseluruhan rencana apa yang telah disusun oleh ibunya?
"Ibu selama ini aku percaya denganmu, bahkan aku menuruti semua perkataanmu untuk tidur dengan Edward. Padahal awalnya aku sudah ingin melepaskan pria itu dan sudah tidak mau berhubungan dengannya lagi."
Marioline menatap wajah putrinya, dan membelai rambut putrinya dengan perlahan dan lembut.
"Ohh.. putriku. Kau tidak boleh menyerah begitu saja, apa yang kulakukan adalah untuk kebaikanmu. Walaupun ada beberapa cara yang mungkin harus kita lakukan."
"Jaga kandunganmu. Ibu hamil tidak baik jika terlalu stress," lanjut Marioline, dan Abigail langsung mengelus perutnya dengan lembut.
"Aku harap kau tahu apa yang sedang kau laukan. Bagaimanapun ini adalah anakku dan Edward." Tatapan Abigaik begitu berbinar saat mengatakannya.
Marioline tersenyum memandangi wajah putrinya,
("Tenang saja Abigail, ada saatnya kau akan tahu mengapa aku berbuat seperti ini. Kau akan berterimakasih pada ibumu. Dan mengenai Ella, belum saatnya kau tahu mengenainya. Atau kau tidak perlu mengetahu sama sekali. Kau hanya cukup untuk membencinya.")