"Ini konyol," ucap Johan.
"Huh?" Jhana merasa heran dengan ucapannya.
"Aku menangisi kematian kakakku, sementara adikku yang membunuhnya tidak peduli sama sekali."
"Itu ..."
"Miris, aku tahu. Dan kau, mungkin kau sama sekali tidak akan menduga kalau semuanya akan menjadi seperti ini hanya dalam waktu beberapa jam saja, maksudku, tadi siang dia mencoba untuk menyanderamu, tapi sekarang kau menyaksikan kematiannya."
Jhana lantas hanya terdiam.
"Dia meminta maaf padamu," lanjut Johan.
"Aku sudah memaafkannya," ujar Jhana.
"Syukurlah. Dan aku bersyukur juga karena dia menyesali semuanya, kukira dia akan menjadi seperti dulu sampai dia meninggal, tapi ternyata tidak. Walaupun dia terlambat untuk merasa menyesal dan sadar bahwa banyak tindakannya di masa lalu salah besar, tapi aku tetap senang karena dia bisa berpikir dengan benar di akhir hidupnya."
Jhana kembali diam.