"Kalau begitu, ayah menikah dengan bibi Raya itu juga bentuk upaya Nyonya Zemira untuk memisahkan ibu dan ayah padahal ibu dan ayah masih dalam hubungan pernikahan? Bagaimana bisa hal itu terjadi? Setahuku seseorang yang masih dalam hubungan pernikahan, tidak bisa menikah sebelum dia dan pasangannya yang sebelumnya bercerai," ucap Fina.
"Kalau ibu dan ayah sudah berpisah, maka artinya mereka sudah bercerai. Jika ibu dan ayah sudah bercerai, sudah tentu ayah dan bibi Raya bisa menikah," ujar Mona.
'Huft, aku selamat,' batin Jhana.
"Bisa ibu melanjutkan cerita ibu?" tanya Jhana, ia berusaha membuat Mona dan Fina tidak membicarakan tentang 'pernikahan'nya dengan Rasyid lagi.
"Sampai dimana kita?" kata Fina.
"Yang diusir hanya ibu, lalu ayah tetap menemui ibu walaupun Nyonya Zemira dan Tuan Farzin menentang hal itu. Tapi sepertinya Tuan Farzin tidak melakukan apa-apa," ucap Mona.
"Jadi, sebenarnya yang salah siapa? Ayah yang tetap menemui ibu walaupun itu melanggar aturan. Nyonya Zemira yang marah akan hubungan yang dijalin ibu dan ayah padahal sebenarnya hal itu tidak apa-apa karena ibu dan ayah tidak bersaudara. Ibu yang tetap bertemu dengan ayah. Atau Tuan Farzin yang tidak melakukan apa-apa?" tanya Fina.
"Kalian bisa menilai hal itu sendiri nanti. Ibu tidak mau mempengaruhi kalian dan memaksa kalian untuk berkata bahwa ibu sama sekali tidak salah dan membenci kakek-nenek kalian. Suatu saat juga kalian akan mendapatkan cerita ini bukan hanya dari ibu, salah satu anggota keluarga Dhananjaya pasti akan menceritakannya pada kalian nanti, dan setelah itu, kalian bisa memihak," ujar Jhana.
"Jadi, siapa yang memihak pada ibu selama ini?" Fina kembali bertanya.
"Tapi, bukannya cerita ibu tentang masa lalu ibu ini agak lari dari pertanyaan kami di awal? Inti dari pertanyaan kami awalnya adalah, kenapa ibu pergi meninggalkan kami?" kata Mona.
"Karena ibu tidak menyangka kalau keluarga tunangan kak Dina adalah keluarga Dhananjaya," jawab Jhana.
"Tunggu, ada yang sedikit mengganjal dari pembicaraan ini. Dimana ayah? Kenapa tiba-tiba pembicaraan ini melompat ke kehidupan kita seminggu yang lalu? Bagaimana bisa kita melewatkan ayah? Dimana ayah? Kenapa dia tidak ada di rumah ini sekarang?" Fina kembali memberikan pertanyaan.
"Ibu pernah menceritakan sedikit tentang ayah kalian, dan hal itu benar adanya," jawab Jhana, dengan jawabannya, Jhana yakin kalau anak-anaknya mengerti maksudnya.
"Maksud ibu, ayah memang sudah lama meninggal?" Mona memastikan.
"Ya," lirih Jhana.
"Lalu, kenapa ibu bekerja dirumah ini? Dan kenapa dengan pakaian yang berbeda dari biasanya?" tanya Fina.
"Karena ibu tidak bisa membawa kalian pulang pada malam itu," jawab Jhana.
"Jadi ibu bekerja disini dan menyamar agar bisa membawa kami pulang? Ayo! Disini sangat tidak nyaman, bibi Raya sangat jahat."
"Tidak, sayang, bukan itu tujuan ibu."
"Jadi ibu tidak berniat untuk membawa kami dan menjauh dari sini?" tanya Mona.
"Kalian tahu kalau bibi Raya itu jahat. Dia menjadi seperti itu jauh sebelum kalian lahir. Nyonya Zemira mungkin telah mengusir ibu, tapi akhirnya ibu sadar kalau tugas ibu di keluarga ini adalah melindungi keluarga Dhananjaya ini dari bibi Raya."
"Untuk apa ibu melindungi orang-orang yang telah memperlakukan ibu dengan tidak baik? Pertama ibu dibuang oleh keluarga asli ibu, kedua ibu diusir oleh mereka. Ibu hanya mencintai ayah, itu saja, dan karena itu ibu menderita. Ibu sudah cukup menderita sejak ibu lahir, ayo kita pergi dari sini, kita bisa hidup bahagia walaupun kita hidup susah."
"Kalian tahu? Ibu hidup dan dirawat oleh mereka selama lebih dari dua puluh tahun dengan sangat baik, dan ibu melakukan kesalahan yang sangat buruk-"
"Ibu tidak salah dan mencintai ayah bukanlah suatu hal yang buruk!" Fina menyela Jhana yang belum selesai berbicara.
"Fina, terkadang ibu memang berpikir hal itu memang tidak salah, tapi terkadang ibu mencoba memposisikan diri ibu pada posisi Nyonya Zemira, ibu juga seorang ibu sepertinya, dan perlahan ibu paham betul perasaannya tentang hal itu."
"Kenapa ayah meninggal disaat ayah belum membuat hidup kita bebas dari mereka? Kenapa ayah mau menikah dengan bibi Raya dan meninggalkan kita di kondisi seperti ini?" tanya Mona tiba-tiba.
'Menjelaskan penyebab Rasyid meninggal bukanlah suatu hal yang mudah. Mereka pasti tidak akan percaya dan tidak akan menerima kenyataan bahwa Rasyid meninggal karena bunuh diri,' batin Jhana.
"Ibu? Kenapa ibu diam?" tanya Mona.
Baru saja Jhana akan menjawab, tiba-tiba Tantri masuk kedalam kamar itu dan terkejut dengan 'reuni' antara ibu dan anak-anaknya itu.
"A-apa? Apa yang terjadi disini?" tanya Tantri, tidak hanya dirinya, Jhana dan anak-anaknya pun terkejut dengan kehadirannya.
Fina dan Mona lantas saling melirik, sedangkan Zhani bersikap santai dan hanya fokus pada TV, sementara Jhana berpikir keras untuk memberikan jawaban pada Tantri.
"Kak Karin?" ucap Tantri.
"Y-ya?" sahut Jhana, perhatiannya terpecah kemana-mana agar bisa mendapatkan jawaban yang tepat.
"Kenapa kakak ada disini?"
"A-aku ..., aku hanya ingin mengenal mereka lebih dalam lagi. Kehidupan mereka yang kau ceritakan padaku membuatku ingin mengenal mereka lebih dalam lagi. Maaf jika aku tidak meminta izin padamu lebih dulu untuk masuk kedalam kamar ini, aku memang tidak lupa untuk meminta izin padamu, tapi, aku berpikir kalau kau pasti akan membiarkanku masuk tanpa harus meminta izin padamu dulu," jawab Jhana.
"Tidak apa-apa kan? Aku minta maaf, ya," sambung Jhana.
"I-iya, tidak apa-apa," ujar Tantri.
'Tapi seharusnya dia tahu kalau tidak semua orang mau membiarkan orang yang baru dikenalnya untuk masuk begitu saja kedalam kamarnya. Ini aneh,' batin Tantri.
"Yasudah, aku permisi dulu, ya. Mona, Fina, nanti kita lanjut lagi, ya," kata Jhana.
"Eh, tidak apa-apa, lanjutkan saja obrolan kalian, aku kesini hanya ingin mengambil ponselku," ucap Tantri sambil mengambil ponselnya yang berada di meja dekat ranjangnya.
Gadis itu kemudian tersenyum. "Selamat mengobrol." Setelah itu pergi dari kamarnya.
"Sebaiknya kita lebih berhati-hati jika ingin mengobrol seperti ini," Jhana memberikan peringatan pada anak-anaknya.
"Kenapa ibu merahasiakan fakta bahwa kami adalah anak-anak ibu?" tanya Fina.
"Tidakkah kalian berpikir kalau hal itu lucu? Semua orang di mansion ini mengetahui kalian sebagai anak terlantar yang ditinggal ibunya entah sampai kapan, dan tiba-tiba ibu yang sekarang mengaku bernama Karin pada mereka dengan tampilan seperti ini mengatakan kalau ibu adalah ibu kalian?" ujar Jhana.
"Bukankah hal itu bagus?"
"Tujuan ibu kembali sebagai Karin adalah untuk melindungi keluarga Dhananjaya secara rahasia. Ibu tidak akan membiarkan siapa pun tahu kalau Karin sebenarnya adalah Jhana."
"Apa jika ibu membongkar identitas asli ibu maka ibu tidak akan bisa melindungi mereka?"
"Ya, begitulah."
"Dengar, kalian bisa mengenali ibu dengan tampilan seperti ini, selain kalian, yang pernah melihat ibu bermake up seperti ini adalah Tuan Farzin dan kak Dina, jadi pastikan kalau mereka tidak akan pernah melihat sosok Karin. Jika ibu terdesak, kalian harus membantu ibu dalam situasi yang mendesak agar identitas ibu tidak terbongkar," ujar Jhana.
"Kenapa bibi Raya membahayakan keluarga Dhananjaya? Apa keuntungannya?" tanya Mona.
"Dia pernah berterus terang pada ibu kalau dia ingin balas dendam. Awalnya hanya pada ayah kalian, tapi entah kenapa ibu melihatnya sekarang dia ingin mencelakakan keluarga Dhananjaya," jawab Jhana.
"Jadi, bibi Raya membunuh ayah? Tapi, bukankah ayah itu suaminya? Kenapa dia bisa melakukan hal itu?"
"Sayang, bibi Raya tidak sampai melakukan hal itu."
"Tujuannya adalah untuk mencelakakan ayah, kan? Kenapa tidak dia melakukan hal seperti itu?"
"Ibu, apa Arka itu saudara kami?" tanya Zhani tiba-tiba.
"Bisa dibilang seperti itu, kalian dan Arka satu ayah, namun beda ibu," jawab Jhana.
"Kau diam dulu!" Mona membentak Zhani.
"Aku hanya bertanya karena aku ingin setidaknya aku berbicara, aku tidak mengerti apa yang sedang kalian bicarakan," keluh Zhani.
"Yang perlu kau ketahui adalah keluarga ini mengetahui ibu dengan nama Karin sekarang, jadi jangan mengatakan pada siapa pun bahwa sebenarnya Karin itu adalah ibumu. Jaga rahasia itu," ucap Jhana.
"Lalu apa keuntungan yang ibu dapatkan dengan melindungi mereka dari bibi Raya?" tanya Fina.
"Seseorang berkata kepada ibu, bahwa jika ibu mencintai orang yang telah merawat ibu dengan baik dulu, maka ibu harus membalas perbuatannya dengan baik juga. Ibu dibuang oleh keluarga ibu dan diasuh oleh Nyonya Zemira dan Tuan Farzin, mereka melindungi ibu yang beberapa kali dikucilkan oleh beberapa pembantu yang sempat bekerja pada mereka karena menganggap ibu adalah orang lain dan tidak pantas untuk dilayani. Kini mereka sudah tidak berdaya untuk melindungi, sebagai seseorang dengan fisik dan jiwa muda, giliran ibu lah yang melindungi mereka sekarang, meski pengusiran yang dilakukan oleh Nyonya Zemira pada ibu dulu masih terasa menyakitkan bagi ibu, tapi ibu sama sekali tidak peduli dengan hal itu. Mereka adalah orang yang baik aslinya, tidak salah jika ibu melindungi mereka. Tidak ada keuntungan yang ibu dapatkan jika melindungi mereka, tidak ada senjata yang ibu punya untuk melindungi mereka, ibu hanya punya cinta yang mereka berikan pada ibu untuk melindungi mereka balik, ibu hanya punya kasih sayang yang ibu dapatkan dari mereka, dan akan ibu kembalikan pada mereka," jawab Jhana, panjang lebar.
Untuk sesaat, suasana menjadi hening.
"Ibu tahu? Sulit untuk memahami segala situasinya dalam sekejap. Aku tidak tahu hal itu hanya berlaku pada kami atau tidak, tapi yang jelas, mungkin kami butuh waktu untuk mengerti segala situasinya. Yang kami benar-benar pahami sekarang adalah, ibu menjadi Karin untuk melindungi keluarga Dhananjaya, dan kami harus menjaga rahasia mengenai Karin. Dan biarkan aku bertanya satu hal lain," ujar Mona.
"Apa?" Jhana bertanya.
"Apa yang akan ibu lakukan setelah ibu benar-benar berhasil membuat keluarga Dhananjaya aman dari bibi Raya?"