Huo Li merasa diperlakukan tidak adil, merasakan ketidakpuasan di hatinya. Dia merasa hanya digunakan sebagai benda mati yang diletakkan begitu saja begitu sudah selesai dipakai. Tanpa ada imbalan uang ataupun senyuman, bahkan tidak ada kata terima kasih terucap dari Kakaknya Huo Yunting! Kasihan Huo Li, Kasihan sekali dia.
Tapi disaat Huo merasa kesal bersamaan dengan itu adalah momen ketika dua sejoli sedang berpelukan, yang akhirnya dapat membuatnya mengerti dan memahami, karena itu Huo Li memilih untuk tersenyum — senyuman yang benar-benar sangat lebar, senyuman itu membuat Lu ketakutan, sampai akhirnya Huo Li beranjak pergi dari ruangan itu.
Setelah Huo Li meninggalkan ruangan, Huo Yunting menarik wanita itu ke arah mejanya, kemudian mempersilahkan Lu untuk duduk, sambil mendorong kotak kayu yang tadi dibawa oleh adiknya, makan siang untuk Lu.
"Makan ini."
"...Te-terimakasih."
Lu dengan cepat membuka kotak itu. Didalamnya terdapat bubur hangat serta dan hidangan ringan, Lu tersenyum bahagia.
Huo Yunting duduk di atas meja, dengan satu tangan bertumpu pada permukaan meja, dan memiringkan sedikit tubuhnya ke belakang. Sekali-sekali dia menatap Lu makan dengan lahap, namun kebanyakan tatapannya memandang kearah lain lurus kedepan.
Selesai menghabiskan makanannya, Lu menutup kembali petinya dan bangkit dari kursi, dia bermaksud untuk mencucinya dengan bersih di wastafel kamar kecil, tetapi sebelum dia membalikkan badannya, Huo meraihnya kembali.
Pria itu melingkarkan satu tangannya ke pinggang Lu, dan memainkan helaian rambut Lu dan melingkarkannya di satu telinga dengan tangan lainnya.
"Kamu belum memberitahuku apa yang kamu inginkan untuk hadiah."
Matanya memandang mata Huo, di saat yang sama tangannya memegang kotak kayu dengan sangat erat, mencoba mengerahkan seluruh keberaniannya untuk berkata sesuatu, dia menelan ludah, "Ayah akan berulang tahun dalam beberapa hari lagi— bisakah kita menghadiri undangan jamuan makan ayah saat itu?"
Huo Yunting tertawa.
Apakah itu hadiah yang dia inginkan?
Wajahnya yang memikat mendekat hanya beberapa inci dari wajah Lu, bibirnya mendekati telinganya, mencium daun telinganya.
Lu gemetar — dia tidak bisa melawan, jangan melawan dulu. Karena butuh waktu berhari-hari untuk mengumpulkan keberanian bagi Lu menanyakan pertanyaan itu dan dia tidak boleh memberontak sampai dia mendapat jawaban yang diinginkannya dari Huo.
Tapi sentuhan bibir Huo ditelinganya itu mengganggunya.
"Baiklah, aku akan datang."
Jawaban itu terucap dari mulut Huo, tepat ketika Lu bingung tak berdaya menerima rangsangan sensual yang diterimanya.
Bola mata Lu melebar, dia tersenyum gembira, "Terima kasih banyak!"
Tidak seperti Lu, Huo sama sekali tidak tersenyum, tetapi dia memutuskan untuk mencium pipinya, "Akhir yang bahagia bagi kita semua, bukan?" Katanya sambil mengangkat lengan dari pinggangnya.
Apa maksud dari perkataannya?
Senyuman Lu membeku.
Kita semua? Apakah berarti dia tahu bahwa jamuan itu adalah rencana ibuku selama ini?
Lu tahu maksud dari rencana kecil Nyonya Xue itu, meskipun dia juga menyadari bahwa perjamuan itu mungkin tidak akan membantu memperbaiki hubungan di antara mereka, mungkin saja kenyataan itu akan sangat bertentangan dengan harapan.
Tetapi dari perspektif Huo Zhenning, lain lagi ceritanya. Dia senang dan akan mendukung apapun yang dilakukan oleh Nyonya Xue berinisiatif melakukan pertemuan dengan anak lelakinya. Huo Zenning lebih mementingkan kepentingan Nyonya Xue dibandingkan dirinya, menempatkan harga dirinya diatas harga diri istrinya.
Lu dan Huo saling memandang dalam diam selama beberapa detik. Lu terbatuk ketika dia mulai canggung dan dengan cepat mengubah topik pembicaraan, "Jadi ... aku juga mendengar Huang Dong melaporkan apa yang dia lakukan di kantormu kepada orang lain melalui telepon genggamnya. Mungkin ada seseorang dibalik tindakannya menyelinap ke kantormu.
"Hmph," Huo mencibir melipatkan pahanya, "Apel yang membusuk dari permukaan kulit, pasti akan menjalar sampai ke dalam buahnya. Aku akan menangani ini. Tidak ada lagi yang perlu dikhawatirkan di perusahaan Thunderbolt untuk saat ini, aku akan mengirimmu pulang."
"Aku bisa pulang sendiri, terima kasih," Lu menolak dengan cepat
"Sayang, apakah kamu secara tidak langsung meminta saya untuk mengantarmu sampai ke meja resepsionis? Aku benar-benar tidak keberatan."
Huo Yunting siap dalam posisinya.
Lu mundur beberapa langkah dari orang gila ini dengan sigap, sementara dia merasakan pembuluh darah di tangannya menggembung memegang erat kotak kayu.
Huo tahu benar bagaimana caranya mengancam orang untuk mengikuti perintahnya. Semuanya tentang menjadi mafia. Serius, kenapa aku bahkan tersenyum padanya?
"Dapatkah kamu memberiku alasan yang lebih baik dari ini? Selalu saja diancam seperti ini, -aku-seorang-mafia-dengarkan- dan patuhi-perintahku-atau-kau-dalam-masalah, apakah kamu benar-benar merasa puas dengan mengancam orang seperti itu?"
Lu benar-benar kesal dengan tingkah Huo yang seperti itu.
Mata Huo Yunting menyipit memandang lengan lu yang pucat, kemudian berubah kembali menjadi tatapan yang teduh, "Mengapa saya harus mengubah gaya saya jika itu berhasil setiap saat?"