Untuk beberapa pertandingan selanjutnya, jalan mereka menuju kemenangan selalu kandas dengan cepat karena berbagai alasan.
"Kau… Apakah kau sengaja melakukannya?" Zhang Xiaotong bertanya gusar.
Liu Zilang yang sedang memegang AK dan sedang melakukan uji balistik bertanya dengan bingung, "Sengaja melakukan apa?"
"Kau sengaja tidak ingin membawaku pada kemenangan!" Zhang Xiaotong berkata.
"Oh! Bukankah kau yang bilang bahwa kau akan membawaku pada kemenangan?" Liu Zilang berkata sembari menahan tawanya.
"Kau… Errrgh!" Zhang Xiaotong kehabisan kata-kata.
Pada akhirnya, keduanya tidak mampu memenangkan satu pertandingan pun hingga Zhang Xiaotong keluar dari game. Bahkan tidak sekalipun mereka nyaris menang.
Ketika para penonton melihatnya, mereka tidak tahu harus berkata apa.
"Ini... Performa si kakak ahli tampaknya tidak konsisten!"
"Apakah ada yang menggantinya?"
"Tapi suaranya tidak berubah!"
"Pada perang sebelumnya, ketika dia menggunakan AK, sangat menyedihkan untuk dilihat. Benar-benar tidak satu pun tembakannya mengenai sasaran."
"Dia menembakan banyak sekali peluru namun tidak satu pun yang mengenai sasaran, sulit dipercaya."
"Tetapi pada perang selanjutnya, dia menggunakan AK yang sama, dan dia bermain cukup baik. Dia melumpuhkan dua orang pemain di dalam mobil di seberangnya."
"..."
Dibandingkan dengan percakapan yang ramai terjadi dari penonton saluran live streaming, Shen Zeyan yang sedang diam-diam menonton live streaming Zhang Xiaotong menyadari sesuatu.
Mirip dengannya, sebagai mantan pemain FPS, Shen Zeyan sangat jeli dan dapat mengetahui bahwa Liu Zilang sebenarnya sedang berlatih kemampuan menembaknya di pertandingan-pertandingan tadi. Dia sedang menguji seluruh senjata baik dari kecepatan maupun jarak dengan tujuan untuk mendapatkan teknik yang berbeda-beda ketika menggunakan senjata-senjata itu.
Wajah Shen Zeyan seketika menunjukan ekspresi berpikir serius.
...
Setelah Zhang Xiaotong dan Liu Zilang meyelesaikan pertandingan terakhir mereka, waktu sudah menunjukan pukul setengah tujuh malam.
Ketia Zhang Xiaotong melihat jam, dia berseru, "Aiyaaa!"
Dia lalu menghentikan streaming-nya setelah berpamitan pada para penontonnya untuk pergi makan malam.
Ketika Liu Zilang mendengar Zhang Xiaotong menyebutkan bahwa waktu makan malam telah tiba, dia lantas teringat bibi penjaga rumah pasti sudah selesai menyiapkan makan malam saat ini.
Segera dia keluar dari game dan membuka pintu kamarnya.
"Kreek."
"Kreek."
Ketika Liu Zilang membuka pintu kamarnya, dia tidak mengira bahwa Zhang Xiaotong pun membuka pintu kamarnya bersamaan.
Keduanya bertukar pandang.
Ketika Liu Zilang ingin menyapanya, Zhang Xiaotong langsung memalingkan wajah dan berjalan menuju dapur.
"..." Sudut bibir Liu Zilang berkedut.
Anak perempuan ini begitu mudahnya berbicara di dunia maya tadi, suaranya pun terdengar lucu.
'Bagaimana dia kembali menjadi seperti ini lagi?'
'Mungkinkah dia memiliki kelainan kepribadian ganda?'
Liu Zilang dengan tak berdaya menggaruk kepalanya yang dipenuhi pikiran-pikiran itu.
...
Di dalam dapur, sesuai perkiraan, bibi pengurus rumah telah menyiapkan makan malam untuk mereka.
Namun, dia tahu bahwa pintu kamar Liu Zilang dan Zhang Xiaotong tertutup rapat, dan dia tidak ingin mengganggu mereka.
Sebaliknya, dia meninggalkan catatan bahwa nasinya tersimpan di dalam penanak nasi agar tetap hangat.
Liu Zilang mengambil makanannya dan berlalu untuk duduk di sofa ruang tengah. Dia menyilangkan kakinya dan memegang mangkuk di tangannya. Dia makan sembari menonton televisi.
Sementara bagi Zhang Xiaotong, dia mengambil makanannya lalu membawanya ke kamar. Ketika dia berjalan melewati punggung Liu Zilang, Zhang Xiaotong melirik ke arahnya tanpa sengaja dan sayup-sayup menggerutu kepadanya.
Liu Zilang yang sedang menonton televisi mendengar Zhang Xiaotong di belakangnya. Ketika dia menoleh, dia melihat Zhang Xiaotong mengenakan sendal bergambar kartun berwarna merah muda dan berlalu pergi ke kamarnya.
'Aku tidak salah dengar?'
'Rasanya tidak?'
'Anak ini, kenapa dia menggerutu kepadaku?'
Liu Zilang tampak tidak mengerti apa yang terjadi dengan anak itu…
Lalu, dia mendapatkan sebuah ide. Dia mengambil ponselnya di atas meja dan membuka aplikasi QQ, mencari akun Zhang Xiaotong.
Dia berpikir lebih lama dan lalu segera mengirimkan pesan. "Hehe. Aku jago sekali, kan, sore ini?"
Setelah beberapa saat, muncul balasan yang berbunyi, "Tidak ada yang aneh, biasa saja."
Liu Zilang tidak tahu harus merespons apa. Dia lantas lanjut bertanya, "Apa yang kau lakukan? Makan?"
"Ya," jawab Zhang Xiaotong
"Sendiri?"
"Ya."
"Orang tuamu tidak di rumah? Apakah kau anak tunggal?"
"Aku… tidak, bukan anak tunggal."
"Ah??"
"Aku… punya seorang kakak."
Liu Zilang tidak bisa berkata apa-apa ketika dia membaca pesan dari Zhang Xiaotong...
'Perasaan apa ini, apakah terlalu memalukan untuk mengakui sesuatu?'
Namun, untungnya, obrolan mereka kembali ke topik utama. Liu Zilang dengan cepat berkata, "Kau masih punya kakak. Kenapa kakakmu tidak makan bersama denganmu?"
"Ya. Jangan bahas dia."
Liu Zilang tersentak, dia lanjut bertanya, "Apa yang terjadi?"
Beberapa saat tidak muncul jawaban kali ini.
Liu Zilang yang sedang duduk di sofa seketika merasa gelisah dan ketika dia akan bertanya kembali, sebuah balasan panjang muncul dari lawan bicaranya.
Saat Liu Zilang membacanya, dia terkejut.
"Kakakku tidak pernah memedulikanku. Biasanya ketika dia pulang, dia akan mengurung dirinya di dalam kamar. Dia juga sangat jorok; beberapa kali aku diam-diam membantunya membersihkan kamarnya tetapi dia tidak pernah berterima kasih kepadaku sebelumnya. Selain itu, dia juga tidak menghargai privasiku. Terakhir kali, dia mengintip ponselku, dan mengirimkan pesan pada teman-temanku. Beberapa tahun yang lalu, dia bahkan… Lupakan, aku sudah tidak ingin membahas dirinya."
Liu Zilang melihat layar ponselnya, kebingungan. Dia sulit percaya bahwa dia adalah orang yang demikian di mata Zhang Xiaotong.
Dia tidak pernah peduli padanya.
Meskipun demikian, masalahnya adalah Zhang Xiaotong tidak pernah memberinya kesempatan untuk peduli padanya.
Dia hanya mengurung diri di kamarnya setiap kali dia pulang.
'Bukankah semua geeks seperti ini?'
'Jorok?'
'Sepertinya masuk akal, tapi bisa juga dibilang itu adalah kebiasaan…'
'Membantu membersihkan kamarku.'
'Pernahkah terjadi?'
Liu Zilang menggaruk belakang kepalanya memikirkan ini semua. Dia sama sekali tidak menyadari satu pun sebelumnya.
Tidak menghargai privasinya...
'Err… Bukankah aku sudah meminta maaf?'
'Lagipula, beberapa tahun yang lalu… Apa yang terjadi beberapa tahun yang lalu?'
'Anak ini berhenti bicara. Apa yang ia pikirkan?'
…
Sementara dia berpikir tentang semuanya, Liu Zilang merasa ingin untuk langsung mengetuk pintu Zhang Xiaotong dan langsung membahas hal ini.
Namun, dia seketika berpikir bahwa usahanya selama ini akan sia-sia. Oleh karenanya, dia menahan diri.
Dia menarik napas dalam dan mengingatkan dirinya.
'Tahan sebentar dan jangan mengambil keputusan gegabah!'
Dengan pikiran demikian, Liu Zilang yang merasa kekesalannya mulai naik, mengeluarkan ponselnya lagi dan mulai mengetik, "Ah! Kenapa kakakmu seperti ini! Dia seorang bajingan."
Namun, ketika dia mengirimkan pesan itu, seketika muncul balasan dari lawan bicaranya dengan simbol marah.
Ketika Liu Zilang melihatnya, dia tersentak.
"Apakah ada yang salah dari ucapanku?"
Awalnya, Liu Zilang hanya ingin mengikuti alur yang Zhang Xiaotong katakan. Dia tidak menyangka apa yang dia lakukan akan menjadi buruk.
Ketika dia melihat simbol itu, dia lantas bertanya, "Kau benci kakakmu?"
Setelah beberapa saat, Zhang Xiaotong menjawabnya, "Aku benci dia… tapi kadang kala tidak terlalu."
"Ah? Kenapa begitu?" Liu Zilang bingung.
"Maksudnya… Ah, aku harus pergi, aku ingin makan sekarang," jawab Zhang Xiaotong.
'Sial!'
'Baru saja mulai, sekarang sudah selesai?'
Liu Zilang terdiam. Sepertinya "kebaikan" yang dia peroleh dari membuat Zhang Xiaotong memenangkan pertandingan sudah seluruhnya habis. Itulah yang dapat mereka katakan.
Jika dia ingin melanjutkan berbicara dengannya, dia perlu memikirkan cara lain.
Liu Zilang menggaruk telinganya sambil berpikir keras. Tiba-tiba, muncul ide di pikirannya. Dia segera mengambil ponselnya dan mengetik, "Sebenarnya aku juga punya seorang adik. Kami tinggal bersama tapi sepertinya dia juga tidak menyukaiku. Aku ingin tahu kakak seperti apa yang disukai perempuan seperti kalian?"
Setelah Liu Zilang mengirimkan pesan tersebut, Zhang Xiaotong dengan cepat membalas dengan simbol "menutup mulut sambil tersenyum".
'Apa yang terjadi?'
Lalu, Zhang Xiaotong berkata, "Paman, kau sepertinya cukup tua jika mendengar dari suaramu. Apa kau masih tinggal dengan adik perempuanmu? Kau bukan geek yang terobsesi dengan dengan adikmu sendiri, kan?"
'Apa?'
'Terobsesi dengan adikku?'
...