Di kamar Zhang Xiaotong.
Zhang Xiaotong bersandar pada pintu di belakangnya. Wajahnya tampak merah, dan pikirannya kacau.
Dengan menyilangkan dadanya, terlintas ucapan Liu Zilang.
Pernahkah kau menonton "Dalam Kesendirian, Di mana Kita Paling Tidak Merasa Sendiri" sebelumnya?
"Euugh!"
Zhang Xiaotong berseru kesal dan melemparkan dirinya ke tempat tidur. Membalut dirinya dengan selimut, dia berguling-guling di tempat tidur, tidak tahu apa yang dia pikirkan.
...
Di saat yang sama, Liu Zilang kembali ke kamarnya.
Hanya setelah dia membuka situs pencarian Baidu dan mencari beberapa saat, dia menyadari tentang apa sebenarnya "kasih sayang keluarga" dari karya besar itu.
Wajah Liu Zilang tiba-tiba muram.
Duduk di depan komputernya, Liu Zilang menggenggam ponselnya, ingin sekali menjelaskan dirinya pada Zhang Xiaotong.
Namun, dia tidak yakin bagaimana caranya untuk menjelaskan dirinya.
'Maaf. Aku sebenarnya tidak pernah menontonnya juga, seseorang pernah memberitahuku tentangnya.'
'Siapa yang akan percaya?'
'Bahkan aku tidak akan memercayainya!'
Terus terang, saat itu, Liu Zilang ingin kembali ke hari di mana dia pertama kali bergabung dengan team Se7en tiga tahun lalu.
Bukan karena dia merindukannya.
Tapi karena dia ingin mencekik Li Muqui hari itu juga!
...
Keesokan harinya.
Ketika Liu Zilang bangun, dia seketika teringat adegan semalam dan merasa kesal.
Memikirkan bahwa dia akan bertatap muka dengan Zhang Xiaotong lagi di sepanjang hari itu, suasana canggung yang akan terjadi tidak perlu dijelaskan kembali. Liu Zilang merasa dia tidak mampu melakukan apa-apa.
Sesaat berikutnya, ketika dia mengangkat ponsel dan melihatnya, dia menyadari bahwa hari itu adalah tanggal 8 Oktober.
8 Oktober adalah hari terakhir liburan. Itu artinya kuliah akan kembali di mulai.
Liu Zilang seketika menjadi cemas memikirkannya.
Melihat jadwal kelasnya, dia menarik napas lega.
'Hampir saja!'
'Tidak ada kelas pagi ini.'
Walaupun begitu, tidak peduli seberapa dekat jarak antara rumahnya dengan kampus, di daerah seperti Jianghai, sudah tentu akan terlalu terlambat untuk dapat sampai di kampus.
'Ngomong-ngomong, anak itu pasti sudah berangkat ke sekolah.'
'Huff!'
'Kalau begitu, tidak masalah.'
Dengan berpikir bahwa dia dapat menghindari interaksi yang canggung dengan adiknya, Liu Zilang merasa lega.
...
Dia membuka pintu kamarnya dan berjalan ke area ruang tengah, mendengarkan gerakan apa pun.
Benar saja, dia satu-satunya orang di rumah.
Liu Zilang meregangkan tubuhnya. Dia kemudian berjemur di bawah sinar matahari yang datang dari luar jendela, ketika tiba-tiba, dia merasa perlu pergi ke kamar mandi.
Setelah menyelesaikan urusannya di kamar mandi, Liu Zilang melewati kamar Zhang Xiaotong dan menemukan pintu kamarnya tidak tertutup sepenuhnya.
Biasanya, pintu kamarnya akan tertutup rapat bahkan ketika dia berada di rumah, tak perlu disebutkan lagi bagaimana jika dia tidak di rumah.
Keadaan seperti ini sangat jarang terjadi.
Liu Zilang merenung sejenak sebelum dia menyadari apa yang terjadi.
Perempuan ini kemungkinan besar lupa bahwa masa liburan telah selesai. Dia mungkin bangun di pagi hari dan menyadari hari telah siang; pergi terburu-buru, dia lupa untuk menutup pintu kamarnya.
Nyatanya, tebakan Liu Zilang benar.
Namun, lebih penting lagi, karena Zhang Xiaotong tidak bisa tidur tadi malam.
...
Liu Zilang tidak tertarjk untuk memasuki kamar anak gadis itu.
Awalnya dia ingin menutup pintu itu untuknya, tetapi ketika ia semakin dekat, dia menemukan bahwa layar komputer di kamar Zhang Xiaotong sedang menyala melalui sela pintu yang terbuka.
'Anak ini masih sempat untuk menyalakan komputer meskipun terburu-buru?'
Liu Zilang ragu-ragu, namun masih membuka pintu kamarnya. Dia ingin mematikan komputernya.
Ketika dia memasuki kamar itu, dia mencium semerbak wangi seorang gadis muda. Kamar Zhang Xiaotong terlihat rapi dan bersih. Boneka-boneka dan tokoh anime yang dia beli tertata rapi di atas meja. Sebuah keadaan yang berbeda jauh dengan kamar Liu Zilang.
Sebelum mematikan komputer, Liu Zilang secara tidak sengaja melihat ke arah layar dan mendapati itu adalah bagian MAG dari sebuah forum.
Sesaat kemudian, setelah dia melihat jelas keseluruhan isinya, dia hampir saja tersedak.
Di layar muncul sebuah tulisan yang telah dibuat oleh akun lain milik Zhang Xiaotong. Di sana tertulis, "Kakakku menyuruhku menonton 'Dalam Kesendirian, Di mana Kita Paling Merasa Sendiri'. Kemarin, dia juga melihatku dengan tatapan yang aneh. Apakah dia orang mesum?"
Sepertinya muncul sejumlah komentar pada tulisan tersebut. Setelah membacanya, Liu Zilang merasa ingin bunuh diri.
Hampir semua balasan tampak serupa seperti, "pasti orang mesum", "sepertinya iya". Beberapa bahkan meminta Zhang Xiaotong untuk berhati-hati. Ada beberapa orang juga yang berkomentar "hehehe" dan begitu seterusnya.
Seketika, Liu Zilang terpatung sebelum mematikan komputernya.
Hal ini karena dia tiba-tiba menyadari sesuatu.
Bagaimana jika Zhang Xiaotong kembali ke rumah dari sekolah dan melihat komputernya telah mati.
Hanya ada dua orang di rumah. Dia pasti akan tahu bahwa Liu Zilang yang telah masuk ke kamarnya.
Liu Zilang gemetar. Dia dapat membayangkan tulisan Zhang Xiaotong selanjutnya.
"Kakakku masuk ke kamarku ketika aku tidak di rumah. Apakah dia orang mesum?"
Lalu, serangkaian "tuduhan" akan diberikan oleh banyak netizen yang melihat. Mereka akan menyulut api tersebut, dan tuduhan orang mesum yang dikenakan padanya akan semakin lekat!
'Oh pfft!'
'Sialan!'
Merasa demikian, Liu Zilang segera pergi dari kamar Zhang Xiaotong, meninggalkannya seperti semula.
Bahkan celah pintu yang terbuka sebisa mungkin dikembalikan seperti semula.
...
Setelah keluar dari kamar Zhang Xiaotong, Liu Zilang yang sedang bermalas-malasan di rumah merasa agak tidak bersemangat. Meskipun demikian, dia memutuskan untuk pergi ke kampus.
Dia membasuh wajahnya sebentar lalu kembali ke kamarnya untuk ganti baju. Lalu dia meninggalkan rumah dan menaiki taksi untuk langsung pergi menuju Universitas Jianghai.
Sesampainya di kampus dan berdiri di depan gerbang kampus, perasaan nostalgia membuncah di dalam hati Liu Zilang.
Liu Zilang baru hendak menyelami kesedihannya ketika tiba-tiba bahunya ditepuk dari belakang.
Ketika berbalik, Liu Zilang langsung merasakan sakit dari giginya.
Ternyata itu adalah Qin Xuanxuan yang memberinya sebuah "tendangan melayang" di pameran anime.
Qin Xuanxuan menggendong sebuah tas, dan di sampingnya berdiri empat orang perempuan. Mereka melihat ke arahnya, cekikikan.
Salah satu perempuan itu yang memiliki wajah bulat tersenyum kepadannya dan bertanya, "Ketua, inikah adik kelas yang kau bicarakan ketika awal semester? Dia memang terlihat gagah."
"Dik, kau masuk kelas apa? Sudah punya pacar? Perlu kakak carikan satu untukmu?" Perempuan yang lain dengan rambut ekor kuda bertanya sambil terkekeh.
Ketika dia selesai berucap, kedua perempuan lainnya juga mulai tertawa kecil.
Mereka juga berkata hal yang serupa seperti "kita tidak boleh menyuburkan lahan orang lain dengan air pupuk yang kita miliki".
Gadis-gadis itu menggoda Liu Zilang, dan bahkan jika Liu Zilang tidak tahu malu, keadaannya tetap akan terasa canggung.
Lalu, Qin Xuanxuan yang telah menatap Liu Zilang sambil tersenyum lebar, berkata, "Oke oke, jangan lagi menggoda adik kelas ini lagi. Lagi pula, aku beri tahu kalian, dia tidak sejujur yang terlihat. Jangan mau dibohongi oleh penampilannya."
Liu Zilang melirik kearah Qin Xuanxuan dengan ekspresi lega ketika dia mendengar Qin Xuanxuan melepaskannya.
Namun, mendengarkan apa yang dia katakan, mata Liu Zilang berkedut.
'Sialan! Sejak kapan aku melecehkan seseorang?'
...