Pikiran Xi Xiaye seketika melayang.
Dengan sesekali berkedip berusaha menekan perasaannya yang bercampur aduk itu, dia menatap ke luar jendela, pada langit biru. Kartu ucapan itu perlahan terjatuh menuju tempat sampah.
Menghela napas panjang sambil menyandarkan tangannya pada terali jendela di hadapannya, Xi Xiaye akhirnya kembali pada pikirannya.
Dia tidak merasa sedih. Malah lega.
Setelah pergumulan dalam dirinya, Xi Xiaye hanya menginginkan sebuah pengakuan. Entah itu layak atau tidak, mengakhirinya justru dapat memulai sesuatu yang baru.
Xi Xiaye terus meyakinkan dirinya, bahwa segala kepahitannya di masa lalu hanyalah sebagai batu pijakannya saja. Tak peduli apapun itu, kebahagiannya sendiri akan datang suatu hari nanti.
Tiba-tiba dia menoleh, melayangkan pandangannya pada sebuket mawar kuning yang mekar itu di atas meja. Senyum yang tidak biasa baginya tampak di wajahnya.