Setelah menutup teleponnya, An Zhixin merasa sedih dan matanya perlahan menjadi basah.
Ia mendongakkan kepalanya ke atas untuk mencegah air matanya jatuh.
Mengapa dia memiliki ayah seperti itu?
Dia merindukan masa kecilnya sewaktu masih tinggal bersama ibunya. Walaupun mereka tidak memiliki banyak uang, setidaknya hidupnya tidak tersiksa seperti sekarang.
Saat dia merenung, dia teringat pada Mu Xiaoxiao.
Nasib memang sangat tidak adil. Benar-benar tidak adil.
An Zhixin menyeka air mata dengan tangannya dan merapikan gelas-gelasnya ke nampan. Saat dia akan meninggalkan meja, seseorang tiba-tiba datang dan memegang tangannya.
Orang itu adalah pemabuk dan menatapnya dengan penuh gairah.
"Aku mengenalmu...Kau adalah putri dari Pak An Furen, kan? Pantas saja aku merasa kenal denganmu! Kemarilah, aku akan membelikanmu minuman."
Setelah mengatakan itu, kedua tangannya yang menjijikan itu menyentuh tubuh An Zhixin.