Kerajaan Wernes, satu Minggu setelah ritual pemanggilan.
Didalam kastil kerajaan, Krieger terbaring dengan wajah yang dipenuhi perban. Dirinya telah terbaring di sini setidaknya selama tujuh hari setelah pemanggilan.
"Ugh..." Krieger terbangun, kemudian duduk di kasurnya. Dia menyentuh kepalanya dan merasakan bahwa dirinya telah diperban.
"Tuan, anda telah sadar!" terdengar suara perempuan yang lembut namun bersemangat.
"Siapa!?"
"Perkenalkan, nama saya adalah Perryrin dan saya seorang maid. Salam kenal Tuan." Maid perempuan itu membungkukkan badannya yang ramping untuk memberi hormat.
Melihat hal yang tidak biasa ini, Krieger hanya bisa berdiam diri menatap tidak percaya. Kepalanya mulai dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan.
"Dimana ini?" Baginya pertanyaan yang mudah untuk dijawab pastinya adalah 'dimana ini?'. Mungkin dengan mendapatkan jawaban dari pertanyaan ini, dia bisa menyimpulkan sesuatu.
"Tuan sekarang berada di istana Kerajaan Wernes." Maid itu menjawab dengan senyuman manis di wajahnya.
'istana kerajaan? Wernes?' Kembali kepalanya dipenuhi oleh pertanyaan-pertanyaan lagi. Melihat dari gestur tubuh dan wajahnya, maid ini pasti tidak berbohong. Jikalau dia berbohong, Krieger tidak dapat menjelaskan mengapa kamar ini begitu mewah dengan arsitektur aneh ala abad pertengahan seperti yang pernah ia baca dan juga mengapa dia dipanggil 'tuan' oleh si maid itu. Tetapi Krieger membuang pikiran itu dan berpikir ini pasti Surga yang selama ini dia percayai.
"Seperti nya aku sudah mati dan dibawa ke surga." Ia menatap sekeliling, "Apakah kau seorang malaikat?" Ia menatap si maid itu selama beberapa detik, karena tidak ada balasan ia melanjutkan, "Ah, ya sudahlah, tidak penting juga." Krieger kembali terbaring di kasurnya yang lembut. Dia sudah pasrah tentang keadaannya dan sudah menyimpulkan ia pasti sudah mati dibantai oleh Sang Naga.
"Eh, ah...! An... anda belum mati, karena saya lah yang merawat anda selama ini" Si maid menjelaskan agak gugup, pipinya semakin memerah, karena malu.
"Ya ya terserahlah, sana pergi. Surga ini luas, mengapa kau masih di sini." Ujar Krieger dengan acuh tak acuh. Dia benar-benar sudah tidak peduli lagi.
"Jadi seperti ini, ucapan terima kasih anda." Wajah maid itu cemberut.
"?"
Dia pun mendekati Krieger dan berdiri tepat di samping tempat tidurnya.
"Ada apa!?" Krieger melihat wajah marah dari si maid. Walaupun dia sedang marah, tetapi wajahnya tetaplah cantik dengan rambut berwarna cyan yang diikat gaya ponytail.
Krieger menatap mata si maid yang marah. Dia terheran-heran, 'ada apa dengan orang ini?'
"Maaf!!!" Si maid mulai mengangkat tangannya, kemudian dengan cepat dia menyentuh wajah Krieger, terutama di bagian hidungnya. Dia menjepit hidung Krieger dengan jari-jarinya, lalu menggoyangnya ke kiri dan ke kanan dengan kuat.
"Aaaaawwwwuwuwuwuwuwu... berhwenti! " Krieger mengerang kesakitan dan memegangi tangan si maid agar melepaskan tangannya.
Si maid kemudian melepaskan jarinya dari hidung Krieger.
"Bagaimana? Apakah terasa sakit?" Si maid sedikit tersenyum.
"Aw! Apa kau mau membunuh ku!" Ujar Krieger seraya memegangi hidungnya.
"Membunuhmu? Bukannya Tuan sudah mati?"
Krieger hanya bisa mengumpat dalam hatinya untuk menghadapi sarkas maid ini. Jika maid ini adalah seorang pria, sudah dari tadi akan terjadi sebuah perkelahian.
"Jadi, apakah Tuan percaya bahwa anda belum mati?" Tanya si maid.
"Sejujurnya aku tidak percaya." Krieger tidak mau mengalah. "tetapi..."
"Baiklah kalau gitu, aku akan melakukan nya lagi! Kali ini dengan sepenuh kekuatanku!" Maid itu menggertak jari-jari nya.
"Eh!!! Tunggu dulu. Oke, oke! Tenang sebentar!" Krieger menutupi seluruh wajah perbannya dengan tangan.
Jika Krieger melanjutkan ini, sudah jelas bahwa hidungnya yang patah akan hancur karena si maid ini. Apalagi dirinya yang masih kelelahan, tidak mungkin untuk melawan.
"Tuan, maafkan tindakan saya yang kurang ajar ini." Maid itu menundukkan kepalanya lagi, lalu melanjutkan "Karena Tuan sudah sadar, saya akan melaporkan ini kepada Kepala Maid. Saya undur diri."
"Tu... tunggu dulu!"
Namun, si maid tidak mendengar panggilan Krieger dan pergi keluar kamar. Setelah beberapa saat, datanglah seorang wanita cantik dengan wajah dewasanya, berbeda dari si maid sebelumnya. Kali ini, maid itu penuh dengan ketegasan di ekspresi nya. Dibelakang wanita itu ada Perryrin.
"Selamat Pagi, Tuan!" Salam si wanita itu.
"Pa...pagi!" Krieger sedikit gugup melihat wanita cantik yang merupakan tipenya. 'Cantik, tegas, tenang, dan berkharisma. Luar biasa!!!' Krieger hanya bisa mengagumi keindahan wanita itu.
"Perkenalkan nama saya Senyrin. Saya merupakan Kepala Maid di kerajaan ini." Wanita itu membungkuk kan badannya.
"Salam kenal. Saya adalah Krieger. Sebastian Krieger!" ia juga ingin memperkenalkan dirinya. Tetapi dirinya tidak menyangka bahwa dia mengejutkan mereka berdua. "Ada apa?"
"Ti... tidak ada Tuan. Hanya saja nama anda sedikit familiar."
"Oh. Ada apa sampai kepala maid datang kesini?" Krieger melanjutkan dengan memulai pertanyaan, agar dirinya tidak terlihat seperti orang bodoh yang tidak tahu apa-apa dihadapan wanita ini dan menunjukkan bahwa dirinya juga memiliki ketegasan dan kharisma.
"Sebenarnya tidak ada apa-apa, saya kesini hanya ingin memastikan keadaan anda. Apakah Tuan sudah lebih baik?"
"Setelah bangun dari tidur, aku sudah merasa segar." Krieger meregangkan leher dan tangannya hingga berbunyi 'krek'.
"Baiklah kalau begitu. Saya akan memanggil anggota kerajaan untuk menjenguk anda, Perryrin jaga dia." Senyrin pun pergi meninggalkan mereka berdua.
Di kamar tersebut hanya ada mereka berdua, suasana canggung pun tidak bisa dihindarkan.
Krieger berputar menghadap ke kanan untuk menghindari Perryrin yang berdiri di sebelah kirinya.
"Tuan... Apa anda yakin, anda benar-benar sudah pulih?" Perryrin membuka percakapan agar mencerahkan suasana seperti awal tadi.
"Ya." Krieger menjawab dengan cuek, ia masih marah akan perbuatan si maid tadi.
"Apa tidak ada yang aneh dari tubuh anda?"
'Aneh?'
Krieger memikirkan 'Apa ada yang aneh? kurasa tidak ada.'
'Tapi, Tunggu dulu. Aku rasa yang satu ini sangat aneh!'
Krieger memerhatikan benda yang ada didepan matanya. Sebuah benda seperti papan transparan yang melayang di udara.
'Apa ini?' Krieger menyentuh nya, dan sesuatu terjadi. Pada saat disentuh, permukaan benda itu menciptakan riak seperti gelombang air dan berbunyi "tuk".
"Might, Agility, Intellegence... Skill tidak ada?"
Krieger mendapati dirinya sedang terdiam, sebelum Perryrin memanggilnya lagi.
"Tuan?"
"Y...yaa?" Krieger menjawab, tetapi tidak bergerak dari posisinya karena masih melihat benda mengambang ini.
"Jika anda menginginkan sesuatu, saya siap membantu!"
"Bisakah kamu mengambil air minum untuk ku? Aku haus."
'Aku harus sendirian sementara...'
"Ini minuman anda." Perryrin mengambil air putih dari atas meja didekat nya.
'Apa!'
"Baiklah, letakkan saja disitu aku belum haus."
"Oh oke..." Perryrin mengedipkan matanya berkali-kali seraya berpikir, 'apa aku salah dengar?'
"Kamu boleh pergi sekarang."
"Baiklah." Perryrin pergi dari kamar itu dan meninggalkan Krieger sendirian.
"Akhirnya, nah, mari kita lihat benda ini!" Krieger bangun dan menduduki tempat tidurnya.
•Info
Name: Sebastian Krieger
Race: Human
Title: Apostle of Wernes Kingdom
Class: None
Level: 7
Experience: [0/70]
HP: [20/70]
MP: [70/70]
Status: [Wounded]
Stamina: -20%
•Attribut
Strength: 9
Agility: 10
Intellegence: 8
Vitality: 5+4
Charisma: 20
Sense: 10
•Skill Active
-Appraisal Eyes [Lvl 1]
-[Tersisa 2 slot]
•Skill Passive
-[Tersisa 3 slot]
•Bonus Skill
-[Tersisa 3 slot]
•Equipments
-Baju kulit hewan [Vit: 2]
-Celana sutera [Vit: 2]
•Tendency
Dark [50|50] Light
[Other Information]
"Luar biasa, ini seperti game RPG!"
Krieger terkagum melihat papan mengambang itu. Ini seperti sebuah jendela Status dari game RPG, namun ini lebih nyata!
"Skill active, Appraisal Eyes. Apa ini?" Krieger menyentuh jendela status itu dan membuat benda tersebut bereaksi.
*tuk*
"Sebuah Kekuatan yang diberkati oleh para dewa. Skill Appraisal Eyes berguna untuk menaksir segala sesuatu. Skill ini dapat aktif jika pengguna nya mengatakan 'Appraisal' pada sesuatu yang di lihatnya. Di Level 1, anda belum bisa mengeluarkan potensi terbaiknya. Penggunaan [10 MP] "
Krieger mencari-cari benda apapun yang bisa digunakan untuk percobaannya, tetapi yang ada di sana hanyalah ruang kosong tanpa benda-benda penting untuk melakukan percobaan 'appraisal' ini.
Setelah melihat kesekitar dan akhirnya Krieger memilih benda paling dekat dengannya. Gelas.
"untuk percobaan, ini cukup. APPRAISAL!!!"
*tring* Krieger mendengar suara lonceng yang menggema kecil di kepalanya. Kemudian sebuah papan mengambang muncul kembali, tetapi dengan sebuah tulisan sederhana dan pendek.
INFO:
[Sebuah gelas dan air yang dapat diminum]
"Memang tidak diragukan lagi, ini pasti RPG system..."
"...Kurasa di Surga tidak akan ada yang seperti ini."
Krieger tersenyum puas.