Chereads / Snowflakes (By Hyull) / Chapter 6 - Part 6

Chapter 6 - Part 6

Dari balik kaca pintu itu, Yoona mengamati mereka. Sehun duduk di sebuah sofa disamping kasur dimana Jessika berbaring. Pria itu terlihat sibuk dengan ponselnya, walau tetap sesekali melirik kearah Jessia yang belum juga siuman sejak tadi. Yoona yang tadinya permisi untuk membeli minuman merasa tidak pantas untuk masuk kesana. Karena itu ia memilih duduk di kursi tunggu didepan kamar itu, seraya meneguk minuman yang baru saja ia beli. Kenapa aku harus ikut dengannya? Lalu sekarang apa yang harus aku lakukan?

Tak terasa minumannya habis dengan cepat. Meletakkan kaleng minuman kosong itu disampingnya. dalam diam kata-kata pria itu kembali melayang dipikirannya. Mencintaimu? Tidak lagi. Dan yang membuatnya tidak bisa melupakannya, tatapan itu. Tatapan ketika Sehun mengucapkan kata-kata itu. Kenapa dia menatapku seperti itu? Mengacak rambutnya dengan kesal.

"Buanglah sampah pada tempatnya." suara itu membuatnya nyaris terjatuh dari tempat duduknya. Pria itu disana, disampingnya.

"Kau hampir membuatku terjatuh." celutuknya.

"Hoh, kau banmal padaku? Saat ini masih jam kerjamu, jadi kau harus.."

"Jesong hamnida." selanya dengan cepat. Membuat Sehun mengatup rapat mulutnya. Sehun tersenyum melihat wajah kesalnya. "bagaimana keadaannya?" tanya Yoona tanpa menoleh, tepatnya terlalu malu untuk menatap wajah itu dengan jarak dekat. Memilih memandangi lantai dengan suara detak jantungnya yang entah mengapa berbisik nakal.

"Dia sudah bisa menerima panggilan telepon di ponselnya, kurasa sudah cukup baik." kata Sehun ikut memandangi lantai disana.

Yoona tidak tahu harus berkata apa, ia juga tidak begitu peduli. Sejenak mereka terhanyut dalam diam. Dan tidak lama itu, sesuatu terdengar jelas dan berhasil menyadarkan keduanya. Suara cacing perut Yoona. Sehun menoleh padanya, yang sudah tidak memiliki waktu untuk menahan malu.

Yoona terus menunduk tidak berani membalas tatapan itu. Aish, kenapa suaranya terdengar sangat jelas! Erang Yoona dalam hati.

"Aku lapar sekali." ujar Sehun yang sudah bangkit dari duduknya dan melangkah dengan santai. Yoona juga bersamanya, mengikuti langkahnya. Tepatnya dipaksa mengikutinya. Kenapa? Karena Sehun menarik tangannya.

Tangan Sehun dengan cepat menggenggam tangan Yoona, dan tanpa permisi membawa gadis itu bersamanya. Melangkah keluar dari rumah sakit.

Sehun memilih berjalan kaki dari pada menggunakan mobilnya. Dipinggir kota Seoul, mereka melangkah dengan santai. Sekilas mereka terlihat seperti pasangan. Sehun terlihat menikmati perjalanan mereka, Sedangkan Yoona, gadis itu terlihat gugup.

Padahal Sehun hanya menggenggam tangannya. Tapi sensasi yang ia dapatkan luar biasa. Tubuhnya mendadak panas dingin. Jantungnya berdetak kuat, nyaris menembus kulitnya. Ia rasakan kulit wajahnya yang terasa kaku dan sulit ia gerakkan.

Mereka memasuki sebuah kafe yang dipenuhi aroma kopi dan cake. Cacing perut Yoona menjadi bersemangat dan menendang perutnya dengan beringas. Meminta untuk segera diberi makan. Yoona mengelus perutnya dengan tangannya yang bebas.

Sehun menyuruhnya duduk disebuah sofa di pojokkan kafe. Disamping sofa terdapat dinding kaca yang memperlihatkan kepadatan jalan raya kota Seoul. Sejenak Yoona terhanyut akan itu. Hingga disaat seorang pria melintas didepan dinding kaca itu.

Mata mereka tanpa sengaja saling bertemu. Keduanya sama-sama terdiam dalam tatapan itu. Yoona bahkan bangkit dari duduknya karena tak percaya dengan apa yang ia lihat.

"Chanyeol oppa." gumamnya penuh kerinduan. Pria yang ada dibalik dinding kaca itu tersenyum padanya. Melihat senyuman itu, reflek Yoona berlari keluar dari kafe, menghampiri pria itu disana.

Masih tersenyum kepadanya bahkan sampai tertawa gemas ketika melihat Yoona yang kelelahan setelah berlari menghampirinya.

"Kenapa kau berlari?" ujar pria itu dengan suara beratnya.

"Oppa, kau sudah kembali? sejak kapan kau disini? Kenapa kau tidak mengabariku?" tanya Yoona tanpa putus, dirinya terlalu senang akan keberadaan pria itu.

"Bernafaslah dulu." mengelus rambut Yoona penuh kasih sayang.

"Jawab pertanyaanku dulu."

"Aku tiba disini kemarin. Aku belum sempat mengubungimu, terlalu banyak kerjaan yang harus aku urus." jawab pria yang bernama Chanyeol itu.

"Kau terlalu giat bekerja." dengusnya kesal. Pria itu kembali tertawa. Tapi sedetik kemudian tawanya lenyap ketika ia menyadari tatapan sinis dari seseorang.

"Pria itu kenapa? Sepertinya dia sedang mengamati kita." ujarnya. Yoona mengikuti arah pandangnya dan mendapatkan Sehun tengah duduk di sofa dengan matanya yang mengamati mereka. Barulah Yoona mengingat keberadaan Sehun disana.

"Biarkan saja. Oppa, kau mau kemana?" berusaha tidak membalas kontak mata Sehun.

"Aa, aku lupa, aku sedang buru-buru. Aku pergi dulu." menghubungi seseorang dengan ponselnya dan mulai melangkah menjauh.

"O-oppa.."

"Aku akan segera mengunjungi rumahmu, tunggu saja." ujarnya berteriak sambil melambaikan tangannya yang masih menggenggam ponselnya. Yoona mengangguk semangat.

Tukk Tukk Tukk!

Suara ketukan kaca terdengar. Yoona menoleh dan mendapatkan wajah itu disana. Menatapnya datar. Memperlihatkan senyuman terpaksanya, Yoona melangkah dengan berat kembali kedalam kafe.

Menyeruput kopi panasnya perlahan. Uap panas mengepul hingga menyentuh kulit wajahnya. Ia menggenggam cangkir itu dengan kedua tangannya, sembari menikmati kehangatan yang tersalur dari cangkir itu.

Dihadapannya Sehun tengah serius berbincang dengan seseorang melalui ponselnya. Berharap dapat mendengar obrolan itu, namun suara pria itu terlalu kecil. Dia sedang mengobrol dengan siapa? Batinnya yang mencoba melirik Sehun.

Tidak ia sangka, ketika itu Sehun tengah menatapnya. Tetap berbincang tanpa sekalipun melepaskan tatapannya dari Yoona. tentu membuat Yoona merasa gelisah, bahkan sampai salah tingkah. Segera ia layangkan pandangan keluar kaca.

Ia sadari itu, tidak terdengar lagi suara obrolan pria itu. Yoona mencoba memberanikan diri untuk melirik Sehun lagi. Sehun masih menatapnya, dalam diam.

"W-wae?" tanyanya dengan kaku. Berusaha menyimpan suara debaran jantungnya.

"Pria tadi siapa?" Sehun bertanya dengan ketus.

"Nu-nugu?" sejenak ia teringat dengan Chanyeol. "Aa.. Chanyeol oppa?" dilihatnya Sehun mengerutkan keningnya. Seperti tidak senang mendengar nama itu. "dia tetanggaku." sambungnya singkat.

"Tetangga?" tanyanya lagi. Yoona mengangguk malas. Diam beberapa detik dalam tatapan itu.

Tak lagi peduli, dengan santai Sehun raih cangkir miliknya, menyeruput minuman hangatnya, tak lagi menatap gadis itu, yang baru bisa bernafas dengan lega tanpa harus terpenjara dalam mata yang selalu berhasil memikatnya itu.

"Barusan, kau berbicara dengan siapa?" tanya Yoona namun segera menyesalinya. Ia tidak menyangka akan menanyakan itu.

"Jessika." jawab Sehun yang kembali menatapnya, tatapannya penuh dengan keyakinan. Batin gadis itu kembali bersiteru dengan jantungnya. "Dia bertanya dimana aku berada. Lalu aku mengatakan bahwa aku tengah menikmati kopi bersamamu." Dugg! Yoona rasakan tubuhnya meremang. "wae?" pria itu menyadari perubahan ekspresi Yoona.

Yoona hanya mampu menggelengkan kepalanya. Mulutnya terlalu kaku untuk digerakkan. Sehun malah menatapnya menyelidiki. Terlalu lama, tatapan itu sudah terlalu lama. Tidak, aku harus bernafas! Aku butuh udara! Yak! bernafaslah! Erangnya dalam hati.

Dengan gerakan mendadaknya, ia bangkit dari duduknya penuh dengan hentakkan. Pipinya sudah menggembung karena menahan nafas. Dengan ragu ia menggerakkan jari telunjuknya kearah toilet, mencoba memberi tahu pria itu bahwa ia hendak kesana. Belum juga Sehun memahami itu, Yoona sudah berlari seperti kilat.

"Hah." Sehun sampai tertawa berkat tingkahnya.

--

"Masuklah." ujar Sehun ketika Yoona menghentikan langkahnya tepat dihadapan pintu ruangan itu.

"A-ani.. Aku tunggu disini saja." mendengar itu, Sehun berdecak kecil. Disaat Yoona hendak duduk di kursi tunggu, tangannya sudah ditarik pria itu, masuk kedalam ruangan itu bersama.

Sehun duduk disebuah sofa berdampingan dengan Yoona yang terlihat tidak nyaman berada disana. Dihadapan mereka Jessika tengah berbaring, tidak terlihat lemah, gadis itu dapat berbicara seperti biasanya, juga melirik Yoona dengan garang. Yoona bahkan terbatuk berkat lirikan menakutkan itu. berkali-kali ia mencoba untuk keluar dari sana, tapi Sehun selalu menahannya.

Jessika terus mengajak Sehun untuk mengobrol dengannya. Sedangkan Yoona dengan terpaksa harus mendengarkan obrolan itu. Mereka membicarakan masa lalu mereka yang bahagia. Senang bisa mendengar cerita itu, tapi Yoona juga tidak bisa berbohong pada dirinya bahwa timbul rasa cemburu ketika mendengar itu.

"Yoona-ssi, apa kau juga pernah merasakannya? Berjalan santai dibawah hujan dengan sebuah payung pada musim dingin?" tanya Jessika kepadanya berusaha terlihat akrab.

"Aku tidak begitu mengingatnya, kurasa aku tidak pernah melakukan itu, pasti akan terasa sangat dingin." jawab Yoona reflek seakan masuk kedalam obrolan itu. Mengingat dirinya tidak pernah cocok dengan musim dingin, tentu ia tidak pernah melakukan itu, tepatnya berusaha agar tidak perlu melakukannya.

"Kau harus merasakannya. Itu sangat menyenangkan. Bukankah begitu Sehun-a?" ujarnya dengan manja kepada Sehun. Sehun mengangguk mengiyakan, melirik Yoona sejenak. "lalu bagaimana dengan berjalan disebuah labirin ketika hujan?" Yoona kembali menggeleng. "aigoo, hidupmu sangat membosankan." walau kata-kata itu menyakitkan, tapi itu dibenarkan Yoona. Hidupnya memang membosankan. "kami selalu melakukan itu, dulu." sambung Jessika dengan semangat. Ia kembali mengobrol dengan Sehun. Yoona terpaksa harus kembali mendengar semuanya.

--

Mereka sudah kembali kerumah, meninggalkan Jessika disana. Yoona kembali bekerja seperti biasa. Sedangkan Sehun pergi entah kemana. Ketika itu Yoona banyak menghabiskan waktunya bersama ketua dan Xiumin.

Mereka bahkan menyempatkan diri untuk menonton film bersama, tertawa bersama, menangis bersama, menikmati hari itu dengan ceria. Diwaktu luang lainnya mereka lakukan untuk berbagi cerita. Hingga malam tiba dan waktunya untuk Yoona pulang.

Lama menunggu di halte, akhirnya bis yang ia tunggu datang juga. Baru saja ia duduk disebuah kursi penumpang, hujan turun dengan deras. Mengutuk kesal dirinya yang tidak pernah membawa payung.

Dikeluarkannya selimut kuning miliknya dari dalam ransel, segera ia membalut lehernya dengan selimut kuning itu. Memandangi setiap rintik hujan dari balik kaca bis. Ia menghela nafas dengan berat.

Bis berhenti disebuah halte yang berada dekat dengan rumahnya. Yoona turun dari bis menuju halte dengan berlari kecil. Ia berdiri di halte sembari menyesali dirinya yang selalu melupakan payung.

Mencoba merasakan rintikkan hujan dengan telapak tangannya, setelah air yang dingin itu menyentuh telapak tangannya, tubuhnya langsung menggigil berkat itu. ia duduk dengan lemas di halte tersebut. Seorang diri.

--

Sehun baru saja bertemu dengan seorang pria muda di sebuah kafe. Pria muda itu merupakan anak dari penjaga rumah milik kakek Sehun di kampung halaman tempat dimana kakeknya dulu tinggal.

Anak itu mengatakan bahwa orangtuanya baru saja meninggal dunia, sehingga tidak ada lagi yang menjaga rumah peninggalan kakeknya itu. Setelah berbincang lama, akhirnya mereka membuat sebuah kesepakatan baru. Bahwa sekarang rumah itu akan dijaga oleh anak muda itu.

"Khamsahamnida. Aku akan berusaha sebaik mungkin." kata anak muda itu yang bernama Chen.

"Aku akan segera berkunjung kesana. Tolong siapkan beberapa kamar untukku." Chen mengiyakan dengan semangat.

Perbincangan yang memakan waktu yang lama itu akhirnya berakhir. Chen yang menolak untuk diantar Sehun sudah pergi dari sana. Setelah membayar semuanya, Sehun keluar dari kafe itu. Baru ia sadari bahwa diluar sedang hujan. Segera ia berlari menuju mobilnya.

Didalam mobil ia menyadari sesuatu. Kafe itu berada didaerah rumah Yoona. Ia meraih ponselnya hendak menghubungi gadis itu, tapi tangannya tidak juga bergerak untuk melakukan itu. Memasukkan ponselnya kedalam saku jaketnya.

Mobilnya belum bergerak, masih terparkir didepan kafe. Sehun tengah melamun didalam mobilnya. Ketika itu, dikejauhan ia seperti melihat sesosok wanita yang ia kenal, duduk disebuah halte. Selimut kuning yang wanita itu kenakan membenarkan perkiraannya.

Sehun hendak menghidupkan mobilnya untuk menghampiri wanita itu, tapi sejenak ia mengingat sesuatu. Entah mengapa, ia keluar dari mobilnya dengan sebuah payung. Dan memilih berjalan kaki untuk menghampiri wanita itu disana.

Matanya tidak pernah terlepas dari sosok itu. Yang terlihat tengah menahan kejamnya udara dingin. Duduk disana seorang diri. Tapi disela itu, Sehun seperti tengah mendapat sebuah kesempatan. Kesempatan apa yang ia maksud? Entahlah. Ia terlihat bersemangat dengan langkahnya. Menghampiri gadis itu disana dengan raut wajahnya yang terlihat sangat yakin.

--

"Bagaimana ini?" ucap Yoona melihat hujan yang tidak kunjung reda. "bodohnya aku!" memukul kepalanya dengan geram, lalu meringis kesakitan. "bagaimana caranya aku bisa pulang jika hujan tidak juga reda?"

"Haruskah aku mengantarmu?" tanya seseorang yang entah kapan sudah berada disana. Duduk disampingnya dengan payung yang masih setia memayunginya. Melihat siapa yang berbicara dengannya, tentu Yoona kaget bukan main.

"T-t-t-tuan???"

"Kajja.." Sehun berdiri dari duduknya. Yoona reflek ikut berdiri. Pria itu mulai melangkah, tapi setelah sadar bahwa Yoona tidak berada disampingnya, ia berhenti melangkah. Dilihatnya Yoona masih berdiri di halte. "cepat kesini." kata Sehun mencoba menegurnya dari setengah lamunnya. Yoona tersentak. Ragu-ragu ia berlari menghampiri Sehun. Berbagi payung dan mulai melangkah menuju rumahnya.

Perjalanan terasa lama karena Sehun melangkah dengan santai. Yoona terus mengikuti langkahnya dengan hati-hati. Beberapa hal mendebarkan tidak luput dari perjalanan itu. seperti ketika sebuah sepeda motor hendak melewati mereka dan nyaris menabrak Yoona, tapi Sehun dengan cepat menarik bahu Yoona, setengah memeluk dan berhasil menghindari itu.

Hal mendebarkan lainnya yaitu ketika Sehun memilih memegang payung menggunakan tangan kirinya. Sedangkan Yoona berada di sisi kanannya. Entah apa maksud pria itu. Perbuatannya itu membuat tangan mereka saling bersinggungan disetiap langkah mereka. Tentu berkat sentuhan itu sebuah desiran seakan menyetrum Yoona perlahan. Yang ternyata juga dirasakan Sehun, namun mencoba bertahan.

Angin dingin menerpa wajah mereka dengan lembut, membuat Yoona mendadak bersin hebat. Gadis itu segera mengepalkan kedua tangannya yang tidak menggunakan sarung tangan. Masih merasa kedinginan, ia menggosok-gosok kedua tangannya.

Sehun memperhatikan tingkahnya. Entah mengapa, seakan tidak memikirkan semua tindak lakunya. Tanpa berpikir, dengan santai ia meraih tangan kiri Yoona dengan tangan kanannya yang bebas. Sembari menggenggam tangan yang nyaris beku itu, Sehun memasukkan tangan itu kedalam saku jaketnya.

Dalam saku jaket itu, perlahan tangan yang nyaris membeku itu mulai berangsur hangat, tetap dalam genggaman tangannya.

Awalnya tentu Yoona merasa malu dan sulit mengontrol dirinya. Ia menjadi sulit bernafas juga salah tingkah. Tapi seiring kaki terus melangkah, kenyamanan itu seakan memperkuat kepercayaan. Seperti beberapa pasang kekasih lainnya yang berada disekitar mereka, mereka tak kalah romantis dibandingkan lainnya. Yang berbeda hanya kepastian hubungan mereka. Tepatnya, mereka belum menyadari perasaan mereka masing-masing.

Lucunya ketika mereka tiba didepan tangga rumah Yoona, Hujan berhenti tuntas. Mereka berdua pun tertawa tak percaya. Disaat itu Yoona baru mengingat tentang keberadaan mobil Sehun, tentu pria itu mencoba beralasan bahwa mobilnya mogok didepan sebuah kafe.

Tidak mungkin untuknya mengakui itu. Yoona mengangguk mempercayai. Sehun menyuruhnya untuk segera menaiki tangga dan masuk kerumahnya. Tapi Yoona terlihat ragu karena ia memiliki sesuatu yang ingin ia tanyakan, hanya saja ia malu untuk menanyakannya.

"Masuklah." kata Sehun. Yoona masih saja menatapnya dengan ragu. Pertanyaan itu tidak juga keluar dari mulutnya. "kau bisa sakit jika berlamaan diluar." kata pria itu lagi.

"Ne.." jawab Yoona tak bersemangat.

Ia mulai menaiki tangga dengan malas. Pertanyaan itu terus mendesaknya, meminta agar dirinya segera mengatakan itu. Diakhir pertahanannya, gadis itu berhenti menapakkan kakinya. Ia berbalik guna menatap Sehun yang berada beberapa tangga dibawahnya. Masih berdiri disana, yang kini tengah membalas tatapan darinya.

"Wae?" tanya pria itu.

"Seperti yang dikatakannya, ketika kalian berjalan dibawah hujan, apa pada saat itu kau juga menggenggam tangannya?" pertanyaan itu mengalir dengan lancar. Ia gugup bukan main. Sehun mengernyitkan keningnya sejenak dalam diam, lalu mengangguk mengiyakan.

"Waeyo?" tanya pria itu lagi. Yoona kecewa mendengarnya. Ia tidak tahu harus mengatakan apa. Dan memilih menggeleng pasrah. Tersenyum seadanya dan kembali menaiki anak tangga. "tapi.." langkahnya terhenti dan seperti kilat Yoona kembali menatap Sehun.

Dilihatnya Sehun sedang menaiki anak tangga dan berhenti melangkah tepat ketika menapakkan kakinya satu anak tangga dibawah Yoona. Membuat tinggi mereka menjadi sama, dan mata pun menatap sejajar, dengan jarak yang sangat dekat. Tubuh Yoona mendadak kaku ketika Sehun berdiri dihadapannya dengan jarak sedekat itu.

"Pada saat itu aku tidak melakukan ini." kata Sehun berbisik.

Perlahan ia mendekati wajah itu. Merasa malu, Yoona mencoba mundur, tapi Sehun terlebih dahulu melingkarkan tangannya dipinggangnya, membuat Yoona terhempas ketubuhnya.

Terjadi begitu saja. Sehun mengecup bibir itu beberapa detik, lalu menyudahinya. Menatap Yoona yang tidak berani menatapnya. Ia tersenyum melihat wajah itu. Yoona tengah berusaha mengatasi rasa malunya. Melihat kesegala arah kecuali wajah Sehun.

"Aku baru saja menjawab pertanyaanmu." ujar Sehun dengan lembut.

"Itu.." malu-malu Yoona mencoba membalas tatapan Sehun. Dirinya malah terpenjara oleh mata itu. "kau.."

"Aku menyukaimu." Ujar Sehun. Yoona nyaris tak berkedip, bernafas pun lupa. Tak menyangka akan mendengar kata itu. "Aku sudah memikirkannya. Dan sepertinya jawabannya hanya itu. Aku.. Menyukaimu." ulang Sehun mencoba meyakinkannya.

Yoona berusaha untuk mengatakan sesuatu, tapi nyatanya tidak terdengar apapun. Yoona tidak mampu berkata. Sehun tertawa melihatnya.

"Akhirnya aku bisa mengatakannya." setiap kata-kata yang ia ucapkan penuh dengan keseriusan. Keseriusannya membuat Yoona tak mampu menjawab perkataannya. Bukannya menjawab, gadis itu malah bersin tepat dihadapan wajah tampan itu. Namun segera mengusap wajah itu dengan lengan jaketnya.

"M-mianhaeyo." ucapnya pelan sembari mengusap wajah itu. Sehun melepaskan tangannya dari tubuh gadis itu, lalu menahan tangan Yoona.

"Masuklah, disini sangat dingin." Yoona masih ingin mengatakan sesuatu, tapi Sehun sudah mendorongnya hingga kedepan pintu rumahnya.

Memaksanya untuk segera masuk kedalam rumah. Tidak ada yang bisa ia lakukan, ia pun masuk kedalam rumahnya. Sedangkan pria itu. melangkah dengan riang menuju kafe dimana ia memarkirkan mobilnya.

--

Suasana rumah mewah itu terlihat senyap. Juga terlihat berbeda. Ruang tamu terlihat ramai dengan para karyawan yang tengah sibuk menyusun berbagai aneka makanan disebuah meja. Beberapa sofa tambahan juga mereka susun rapi disana. Yoona yang tidak mengetahui apapun segera menanyakan itu kepada Xiumin yang kebetulan sedang melewatinya.

"Xiumin-a, mereka sedang apa?"

"Nuna mian, aku sedang sibuk." jawab si pendek yang sudah melewatinya. Membuat Yoona semakin penasaran.

Ketika itu ia melihat Sehun baru turun dari mobilnya. Pria itu terlihat rapi dengan setelan jas hitamnya. Yang berbeda, raut wajah pria itu terlihat murung. Sehun sempat melirik Yoona sebentar, namun terus melangkah hingga memasuki kamarnya. Melihat raut wajah itu, kecemasan merasuki Yoona. Yoona segera melangkah cepat mencari ketua.

--

Tontonan yang sama terlihat didapur. Ketua juga berada disana, sibuk mondar-mandir mengamati kerja para karyawan. Bahkan ketua tidak menghiraukan keberadaan Yoona disana. Takut mengganggu, Yoona pun keluar dari sana.

Ia duduk diruangan ketua. Menikmati kesunyian disana. Lama merenung dalam cemas. Suara Xiumin menyadarkannya. Yang tengah memanggilnya dari arah pintu.

"Nuna!" teriak si pendek.

"Oo, wae?" jawab Yoona yang sudah bangkit dari duduknya.

"Bisa tolong panggilkan hyung? Sudah banyak tamu yang datang." katanya buru-buru.

"Aa ne." Xiumin sudah menghilang dari sana. Yoona bergegas melangkah menuju ruangan pria itu, dengan banyak pertanyaan yang tidak kunjung ia dapatkan jawabannya.

Baru saja ia hendak menekan password pintu ganda itu, suara klik terdengar dan pintu itu pun terbuka sebelum ia minta. Terlihat Sehun disana masih dengan setelan jas hitamnya yang tadinya Yoona lihat. Pria itu masih terlihat murung.

"Apa mereka sudah datang?" tanyanya tak bersemangat. Yoona mengangguk. Melihat anggukan itu, Sehun berjalan mendahuluinya menuju ruang tamu.

--

Tidak terpikirkan dan tidak ia duga. Melihat keberadaan kue ulang tahun yang tengah Xiumin bawa. Ditambah topi kerucut yang digunakan para karyawan. Balon pesta yang baru terlihat. Berbagai macam jenis kado yang tersusun diatas meja. Situasi disana menjawab semuanya.

Yoona terperangah melihat semua itu.Bagaimana mungkin ia tidak mengetahui itu. dan mengapa tidak ada yang memberitahu hal ini kepadanya? Ia sangat kecewa akan itu. Tetapi, ada hal lain yang membuatnya penasaran hingga detik ini. Mengapa raut Sehun memperlihatkan sebaliknya?

Belum juga pesta itu selesai. Sehun sudah tidak terlihat disana. Ia benar-benar penasaran akan hal itu. Dilihatnya Ketua tengah berjalan menuju dapur, segera ia berlari mengejar ketua. Ketika ia menghadang jalan wanita berbadan gemuk itu, ia juga melihat hal yang sama.

Ketua juga memperlihatkan raut murungnya. Rasa cemas semakin membuatnya gelisah. Pada saat itu ketua menceritakan semuanya. Dan kini Yoona juga menjadi murung. Melangkah penuh cemas menuju kamar Sehun.

--

Pria itu tengah berdiri dihadapan dinding kaca. Menatap kosong kedepan, seperti tengah merenungkan sesuatu. Yoona memilih berdiri disampingnya, memandangi wajah itu dalam diam. Mencoba untuk tidak mengganggunya. Juga tidak ingin meninggalkannya seorang diri disana. Karena ia yakin, pada saat itu Sehun membutuhkan seseorang untuk berada di sisinya.

"Nikmatilah pestanya." kata Sehun seperti bisikkan. Tidak menoleh, tetap menatap kedepan.

"Aku harus disini bersamamu." jawab Yoona yang terus menatap wajahnya dari samping.

Sehun menoleh padanya. Merasakan tatapan gadis itu, seakan memberikannya kekuatan. Mata pria itu memerah dan mulai berkaca-kaca. Tulang rahangnya mengencang, seakan tengah menahan kesedihan. Membalas tatapan Yoona penuh pertahanan.

Melihat Sehun seperti itu, Yoona merasa sedih.  Ia maju selangkah lebih dekat, lalu memeluk tubuh itu. Dalam pelukannya, dapat ia dengar suara isak tangis Sehun, membisik telinganya. Yoona semakin memeluknya erat. Merasakan kenyamanan itu. Sehun membenamkan wajahnya di bahu Yoona.

Continued..

Gimana kak? Lanjut?