Cintiya yang menyebalkan
"Na, Na" cintiya berteriak dari balik pagar rumahku. Oh cintiya, cintiya teman sejatiku, aku pun segera beranjak dari ayunan.
"kau mau ikut nggak?" tanyanya
"emangnya mau kemana?"
"rumah jesi"
"rumah jesi?" aku heran. Jesi itu cewek yang paling menyebalkan yang pernah aku kenal. Dia selalu mengibaskan rambutnya persis seperti anjing yang baru selesai mandi. Dan juga dia main curang. Lagi pula, dia itu punya dada yang gede sekali. Kami selalu bernyanyi, bukan lautan hanya kolam susu, susu si jesi segede gunung merbabu bila sedang kesal padanya.
"dia mau ngasih tau kita rahasia saat puber"
Hah, rahasia saat puber? Apa an itu? Aku tidak tau arti puber. Yang aku tau masa Puber itu kira-kira masa dimana cewek-cewek memiliki dada yang besar.
"aku sudah tau rahasianya" kataku malas ke rumah jesi
"Oh yaudah kalau gitu, aku pulang dulu ya" jawab cintiya padaku
"eh tunggu-tunggu" teriakku panik dan menyusulnya. Saat ini aku benci cintiya. Dia sok banget! Tapi tetap aku ingin jadi temannya. Dia teman terbaikku. Ini benar-benar mengerikan.
Dan cintiya sudah menjadi orang yang sedikit menyebalkan. Ia akan ke rumah jesi. Aku sudah tau kelanjutannya, ia akan memakai baju aneh dan bicara omong kosong tak berguna seperti jesi, "apakah kau pernah mencoba lip ice rasa lemon?" waktu itu aku mengira ia salah bicara dan bermaksud mengatakan pop ice, jadi aku menanggapinya, "belum, tapi yang taro udah" dan mereka langsung ketawa terbahak-bahak sampai memegangi perutnya. Dan aku baru tau kalau lip ice itu sejenis lipstik tidak berguna. Lebih enak pop ice dari pada lip ice.
"nanti jesi akan jadi kakel kita, jadi kita bisa minta nasihat dia supaya bisa jadi anak gaul" kata cintiya
Ya, ya, ya aku tau itu. Sial sekali kami mendaftar di SMP yang sama dengan jesi. Seribu sial bagi cintiya dan dua ribu sial untukku. Karena aku bersekolah di SMP ayahku, kalian masih ingat bukan? Sebetulnya itu juga sial bagi cintiya karena tidak memiliki guru bahasa daerah yang keren. Rasanya mending di jatuhi bom atom dari pada satu sekolah dengan papaku dan juga jesi si genit berdada besar.
"pasti asyik" kata cintiya
Ugh, asyik apanya? Belum sampai pun aku udah mulas. Kalau sebelumnya urusan SMP ini hanya membuatku jengkel, sekarang juga aku merasa seperti perutku diaduk-aduk.