Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 264 - Berhasilkah pembelaan kalian itu, Cowie…?

Chapter 264 - Berhasilkah pembelaan kalian itu, Cowie…?

"Kami mencari seorang rekan. Kabarnya kalian pernah bertemu dengan dia seminggu yang lalu…" ujar Cowie.

"He Niger! Enyah segera dari sini, aku tak tahan baumu yang busuk. Kau pergi atau kuhancurkan hidungmu…" ujar anak muda itu petentengan.

Kemudian seusai bicara, dengan brutal dia mengecup dada montok cewek di pangkuannya. Demikian bernafsunya dia, sehingga ketika mulutnya beranjak dari dada wanita itu, di pangkal dada yang putih dan membukit tersebut kelihatan warna merah ke hitam-hitaman.

Cowie mengambil sesuatu dari kantong bajunya. Kemudian mengeluarkan foto Smith berpakaian dinas ukuran 4 x 6.

"Kalian mengenal teman kami ini?" ujar Cowie menyodorkan foto itu ke meja.

Si lelaki kekar, tanpa menatap foto itu segera saja menancapkan sebuah pisau besar ke foto yang baru beberapa detik diletakkan Cowie di meja. Dan itu adalah awal keributan. Lelaki itu jelas lebih besar dari Cowie. Namun tangan kiri Cowie segera menjambak rambutnya. Lalu tangan kanannya menghajar mulut dan hidung lelaki itu dengan pukulan berkali-kali. Enam bajingan lainnya belum sempat berdiri, ketika mereka disikat habis-habisan oleh teman Cowie.

Bar itu segera berubah menjadi kancah baku tinju antara sesama pengunjung. Akhirnya sepuluh polisi militer datang. Tentu saja mereka segera mengenal Cowie. Karena Cowie memang dikenal secara luas di antara tentara di kota itu.

Cowie menceritakan secara singkat kenapa keributan itu terjadi. Ke tujuh pemuda itu, yang semuanya sudah babak belur, digelandang ke kamp polisi militer. Pada si lelaki kekar yang hidungnya remuk dan giginya copot tiga buah dihajar Cowie, ditemukan dompet dan jam Smith. Mereka lalu dihajar habis-habisan oleh polisi militer. Kemudian semua bajingan tengik itu dijebloskan ke sel tentara.

Setelah masa cutinya habis dan kembali bertugas ke Vietnam, Cowie tak bercerita apapun pada Smith. Kedua teman Smith yang ikut menghajar ketujuh orang itulah yang bercerita. Semula tak ada reaksi apapun dari Smith. Dia berubah jadi sangat pendiam. Namun ketika nyawanya diselamatkan Cowie dari ledakan granat dalam suatu pertempuran, Smith akhirnya tunduk. Dia mendatangi komandannya itu menyampaikan terimakasih.

Kisah tentang isteri Smith itu dituturkan Cowie pada larut malam, tatkala Smith sedang tidur mendengkur. Si Bungsu menarik nafas panjang mendengar cerita tersebut. Jock Graham yang ikut mendengar cerita itu hanya termangu.

Perang Vietnam memang tidak hanya merobek-robek negeri dan bangsa Vietnam. Perang dahsyat itu juga menimbulkan berbagai krisis di Amerika. Baik di pemerintahan, maupun di kalangan rakyatnya. Di kalangan pemerintahan bukannya rahasia lagi, kalau tak semua mereka yang di Gedung Putih setuju Amerika terlibat dalam perang di Vietnam. Di kalangan rakyatnya, terutama di kalangan para prajurit yang dikirim ke Vietnam, berbagai masalah juga timbul. Masalah hancurnya rumah tangga ratusan prajurit, sebagaimana dialami Smith, adalah persoalan yang tak mudah dicarikan jalan keluarnya.

Belum lagi soal pengangguran. Sebahagian besar tentara yang dikirim ke Vietnam adalah anak-anak muda yang terkena wajib militer. Persoalan timbul setelah mereka kembali dari Vietnam, kemudian masa dinas wajib militernya berakhir. Amat sedikit sekali jumlah wajib militer yang bisa diterima menjadi tentara reguler setelah masa wajib dinasnya usai. Mereka yang selamat keluar dari perang Vietnam umumnya mengalami sindroma pasca perang. Kekerasan di medan perang dalam bentuk sikap "dibunuh atau membunuh" dalam menghadapi ancaman, menyebabkan mereka tak segera bisa menerima perlakuan tak adil di tengah masyarakat.

Para bekas wajib militer ini sebahagian menjadi penganggur, sebahagian menjadi buruh kasar, sebahagian mencoba berusaha apa saja. Sebahagian lagi justru ada yang menjadi bandit.

Namun secara umum, para veteran Perang Vietnam menganggap mereka diperlakukan pemerintah dengan sikap 'habis manis sepah dibuang'.

Untuk memperlihatkan bahwa Amerika adalah negara superkuat, polisi dunia dan berbagai simbol kehebatan lainnya, pemerintah mewajibkan seluruh pemuda yang sudah dewasa untuk mengikuti wajib militer. Sebelum diterjunkan ke medan perang mereka diindoktrinasi.

Kepada mereka ditanamkan keyakinan bahwa Vietnam Utara yang mereka perangi adalah komunis yang bukan hanya musuh Amerika, tetapi juga musuh dunia. Itu berarti tentara Amerika tidak hanya menyelamatkan Amerika, tetapi sekaligus menjadi pahlawan bagi bangsa-bangsa sedunia.

Belasan ribu tentara Amerika terbunuh dalam perang panjang yang amat kejam dan keji itu. Sebahagian besar di antaranya adalah anak-anak muda berusia tujuh belasan sampai 20-an tahun. Sebahagian lagi pulang membawa cacat tubuh permanen, yang takkan bisa baik seumur hidup, betapapun canggih dan tingginya ilmu dan teknologi Amerika.

Mereka, termasuk sebahagian lagi yang selamat fisik namun pulang dengan tekanan mental, mendapatkan diri mereka tak dihargai sama sekali. Baik oleh masyarakat maupun oleh pemerintah yang semula menyanjung-nyanjung mereka. Mereka benar-benar merasa diperlakukan sebagai tebu, yang habis manis sepah dibuang. Lama keadaan menjadi sunyi di dalam goa di balik air terjun itu, usai Cowie menuturkan apa yang dialami Smith.

Si Bungsu menatap air terjun yang seperti selendang yang seolah-olah menjadi tirai menutupi pintu goa di mana kini mereka berbaring. Goa itu terasa panas, karena Cowie membawa bara api unggun yang sore tadi mereka buat di luar sana. Bara api itu kemudian mereka tambah dengan dahan-dahan kering. Lama-lama kayu itu ikut terbakar.

Dengan cara seperti itu, goa itu tidak hanya menjadi terasa hangat tetapi juga tak bernyamuk. Di bara yang menyala itu Smith dan Jock Graham membakar daging rusa.

Kendati sudah dua hari mereka makan daging rusa yang ditimpuk si Bungsu itu, ternyata masih saja banyak yang tersisa. Selain itu, Cowie menebang tiga batang pisang emas yang buahnya sudah masak. Kemudian mengumpulkan sekitar sepuluh buah durian besar-besar.

Sebelum tidur mereka duduk atau berbaring di sekeliling api unggun. Bercerita sambil mengunyah daging rusa panggang. Kemudian memakan cuci mulut berupa pisang atau durian.

Jika memerlukan air minum, mereka melangkah ke air terjun. Lalu mengangakan mulut lebar-lebar. Dalam waktu beberapa detik air jernih dan bersih akan masuk satu atau dua drum ke dalam perut mereka. Waw, nikmatnya bukan main!

Bagi mereka tak ada lagi soal akan kena penyakit disentri atau menceret karena minum air mentah. Tubuh mereka sudah kebal terhadap hal seperti itu. Ketika berada di lobang sekapan maut itu dulu, sekali dua mereka sempat meminum air bercampur lumpur, kotoran dan bekas mayat mengapung.

Jika sekarang mereka meminum air terjun yang mengalir dari 1pengunungan, tentu saja air itu bersih bukan main, dibanding yang mereka minum di lobang penyekapan dulu.

Begitulah mereka melewatkan hari-hari di "sorga" dekat air terjun itu.

Suatu hari, malam sudah agak larut. Smith masih terdengar dengkurnya. Jock Graham, Cowie dan si Bungsu masih terlibat dalam pembicaraan berbagai hal. Namun yang banyak bicara adalah Cowie dan si Bungsu. Jock Graham lebih banyak berbaring mendengarkan.

"Engkau sudah punya isteri, Bungsu…?" tiba-tiba kesunyian dipecahkan oleh pertanyaan Cowie.

Si Bungsu yang tengah menatap tirai air terjun sekitar lima depa dari tempat mereka berbaring agak terkejut mendengar pertanyaan itu. Padahal sudah dia jelaskan kemarin atau dua hari yang lalu.

"Belum…" jawab si Bungsu perlahan setelah berdiam diri beberapa saat.

"Dengan kemahiran bela diri yang amat tangguh seperti engkau, kawan, apa sebenarnya yang kau cari…?" tanya Cowie pelahan.

Lama si Bungsu tak bisa menjawab pertanyaan Cowie. Sebab pertanyaan seperti itu tak pernah dia fikirkan sebelumnya. Dan kini, tatkala ada yang bertanya dia sungguh-sungguh tak bisa menjawab. Ya, apa yang dia cari? Dengan atau tanpa ilmu beladiri, apa yang dia cari dengan menghabiskan waktu dan umur berkelana dari satu ke tempat yang lain, dari sebuah negara ke negara lain?

Bayangan Reno Bulan, bekas tunangannya yang kini menjadi isteri Sutan Pilihan, yang sebelumnya hidup sebagai tukang salung, kini bertoko kain batik di Bukittinggi, datang membayang. Mei-mei yang meninggal diperkosa Jepang di Bukittinggi, sesaat sebelum mereka menikah. Salma, orang yang dia kasihi yang kemudian menjadi isteri Overste Nurdin sahabatnya. Hanako, adik Kenji yang menjadi menantu Tokugawa, bekas kepala Yakuza Tokyo. Michiko yang dia cari sampai ke Dallas dan ternyata menikah dengan Thomas MacKenzie. Angela, polisi Dallas yang membantunya membalas dendam pada geng iblis Ku Klux Klan. Ami Florence, mata-mata Amerika di Kota Da Nang. Thi Binh, gadis desa yang cantik dan Roxy Rogers, anak milyarder Alfonso Rogers yang dia bebaskan dari goa di bukit cadas Vitenam. Semua melintas seperti berlarian dalam fikirannya.

"Awalnya saya hanya mencari orang yang pembunuh keluarga saya…"

"Untuk membalas dendam?"

"Ya…."

"Kau berhasil?"

"Ya dan tidak…"

"Kenapa ya, kenapa tidak?"

"Ya, karena dia saya kalahkan dalam pertarungan samurai. Tidak, karena meski dia saya kalahkan tapi dia tidak saya cederai sedikit pun. Namun hanya beberapa saat setelah saya tinggalkan, dia bunuh diri. Di Jepang disebut seppuku, harakiri…."

"Setelah itu..?"

"Setelah itu… di sinilah saya sekarang…."

"Pernah menikah sebelum atau sesudahnya…?"

"Tidak…."

"Kenapa…?"

"Karena mungkin ada kutukan atas diri saya…."

"Apa penyebab kutukan itu?"

"Sewaktu masih amat remaja, saya melemparkan cincin pertunangan di depan keluarga tunangan saya…."

"Jangan percaya soal tahayul, tak ada kutukan begitu…."

"Buktinya, perempuan-perempuan yang pernah saya cintai, menikah dengan lelaki lain, atau meninggal dunia…"

"Itu bukan karena kutukan, tapi karena engkau gentayangan terus ke segala penjuru. Tidak menetap disuatu tempat. Kalau mengembara terus-terusan, jangankan menikah, untuk memakai celana pun kau tak sempat…"ujar Cowie kesal, di iringi tawa terkekeh Jock Graham.

Tapi setelah itu mereka terdiam. Yang terdengar hanya curahan air terjun dan dengkur Smith. Sampai akhirnya Cowie bertanya sebelum menguap lebar.

"Saya heran, meski kau katakan kesini untuk membebaskan Roxy rogers, lalu terlibat berperang, tapi apa urusannya dengan hidupmu kawan..?"

Ya, usahanya membebaskan tawanan dan terlibat peperangan, apa urusannya dengan hidup nya? Si Bungsu terdiam sesaat, lama baru dia menjawab.

"Paling tidak, saya ke Vietnam ini menolong seorang ayah untuk menemukan kembali putrinya. Engkau sendiri, untuk apa kau berperang di Vietnam ini, Cowie…? Cowie terkejut dengan 'serangan balik' si Bungsu.

"Untuk negeri saya Amerika…"

"Apakah Vietnam menyerang negeri kalian..?"Cowie terdiam beberapa saat.

"Kami membela Vietnam Selatan atas jajahan Vietnam Utara…"

"Berhasilkah pembelaan kalian itu, Cowie…?"

Cowie tak menjawab, karena dia tahu Bungsu tak butuh jawaban dari pertanyaan itu, dunia juga tahu. Jangankan untuk "membela Vietnam Selatan" seperti yang dikoar-koarkan, justru Amerika yang dibikin terbirit-birit oleh negeri yang katanya 'sangat terbelakang' ini.

Kekalahan tidak hanya memalukan, tetapi juga harus di bayar mahal dengan ribuan korban, yang semuanya hampir generasi muda Amerika, yang terenggut diberbagai kota di Dalam Neraka Vietnam ini.

Sebagian lagi pulang ke Amerika dengan membawa cacat tubuh atau cacat mental permanen. Si Bungsu yang juga mengantuk memang tidak memerlukan jawaban Cowie atas 'serangan balik'nya tadi. Dalam keheningan malam yang makin larut akhirnya mereka tertidur di dalam goa di balik air terjun.