Hari itu ada sesuatu yang tidak biasa di kapal perang USS Alamo yang sedang buang jangkar di lepas pantai salah satu pulau milik Philipina, tapi posisinya cukup dekat ke Natuna, Kalimantan dan pantai bagian selatan Vietnam Selatan. Sebagian besar pasukan sedang naik ke darat. Di kapal itu hanya ada beberapa orang perwira, awak radar dan komputer serta komandan kapal Laksamana Billy Jones Lee.
Menjelang tengah hari sebuah heli mendarat di helipad kapal itu, dan Laksaman Lee langsung menyambut orang-orang yang sedang turun dari heli itu.
Mereka langsung ke ruang komando dimana terdapat komputer canggih dan layar kaca bening berukuran 2×2 meter dengan tampilan peta wilayah Vietnam selatan. Sesaat setelah tamu-tamu itu berada diruangan komando, dalam posisi sama-sama berdiri, Laksamana Lee saling memperkenalkan tamunya.
"Senang bertemu dengan tuan-tuan dan anda, Lady. Baik, walau sudah ada yang sudah saling kenal, saya kenalkan Lady ini adalah Ami Florence, mata-mata Amerika Di Vietnam selatan yang banyak sekali jasanya kepada Amerika, ini Abangnya Tuan Le Duan, sama seperti adiknya, adalah mata-mata Amerika. Ini Tuan Alfonso rogers, donatur yang banyak menyumbang angkatan laut Amerika, termasuk Kapal USS Alamo dimana kini kita sedang berada. Ini Tuan McKinlay, kolonel perang Veteran dan pahlawan dari Hamburger Hill, dia kehilangan sebelah kaki di sana. Ini tuan Eddie Macmahon, kolonel SEAL yang dibebaskan seoarang Indonesia bersama Roxy, putri Tuan Alfonso. Ini Tuan Thomas Mackenzie, mantan pilot tempur perang dunia II. Nah, lengkap sudah.
Kita semua berkumpul disini karena sangat berkepentingan atas keselamatan seorang Indonesia, bernama Bungsu. Dia masuk ke Vietnam sekitar enam bulan yang lalu.
Semula atas permintaan tuan Rogers yang minta dicarikan putrinya, roxy Rogers yang hilang di Vietnam sekitar tiga tahun yang lalu. Sebelum dia mencari Roxy, dia terlebih dahulu menyelamatkan Ami Florence dan Lee Duan, menghancurkan tiga speedboat perang Vietnam, kemudian mencari dan membebaskan 15 tawanan Amerika, lima wanita Amerika, dan sepuluh lelaki. Termasuk Roxy dan MacMahon.."ujar Lee.
Tiba-tiba Alfonso Rogers maju selangkah lalu bicara.
"Maaf, ada yang harus saya katakan tentang orang ini, saya memang membayarnya dengan sangat mahal, asal putri saya bisa bebas. Itu sudah saya lakukan dua tiga tim tapi semuanya gagal. Namun orang ini, tak satu dolarpun uang saya dia terima. Bahkan tiket pesawat yang saya berikan melalui Yoshua, sahabatnya yang orang Indian. Saat melibas anggota Ku Klux klan, tidak dia pakai. Saya tidak tahu harus menyampaikan terimakasih saya…"
Semua orang terdiam mendengar penjelasan itu. Seorang letnan wanita bagian komputer datang membawakan minuman. Masing-masing mereka memegang gelas Coca Cola, Anggur atau Lemon. Lalu terdengar lagi Laksaman Lee bicara.
"Dengan satu atau lain sebab orang itu kini berada dalam Neraka Vietnam yang apinya masih menyala besar. Tidak hanya Tuan-tuan dan Anda Ami, yang menginginkan lelaki itu dibebaskan, saya juga. Apapun caranya! Sudah berbulan-bulan ini kita kehilangan kontak dengannya, sejak dia mengalihkan serangan yang ditujukan ke heli yang dinaiki Kolonel MacMahon, Roxy dan kawan-kawan. Sekarang silahkan Ami…"
Ami Florence maju, meletakkan gelasnya di meja kecil. Mendekati kaca bening 2×2 meter dimata tergambar peta Vietnam Selatan itu. Lalu bicara.
"Lewat jalur informasi yang rumit, saya mendapat info dari'dragon' di daratan Vietnam. Si Bungsu terakhir berada di desa ini.."ujar Ami sambil menunjuk sebuah titik dekat sebuah sungai di peta di kaca bening tersebut. lalu dia melanjutkan.
"Dia menyebuhkan kanker paru stadium empat kolone yang menjadi komandan garnizun Vietkong. Dia juga menyelamatkan nyawa sersan Lok Ma, pencari jejak handal vietkong, saat memburu rombongan Roxy dan MacMahon. Namun keadaan berubah drastis saat Politbiro komunis di kota Da Nang yang mengirm tentara pasukan dan milisi PKI. Si Bungsu disekap di sebuah lobang tanah bersama tiga tentara Amerika yang sudah lebih awal disekap.
Beberapa minggu ditahan, mereka bisa melarikan diri. Diburu satu peleton tentara, namun tak pernah tertangkap. Jejak mereka lenyap di rawa di daerah ini, namun Lok Ma menduga mereka menuju arah barat, ke arah heli yang pernah menjemput roxy dan MacMahon…"ujar Ami Florence sambil menunjuk peta.
"Mereka memburu sesuai petunjuk Lok Ma?" tanya MacKenzie suami Michiko.
"Tidak…"
"Kenapa?"
"Dia bersama kolonel yang diobat si Bungsu kanker parunya, mencari jalan mengabarkan hal itu pada pihak Amerika. Mereka berdua merasa berhutang nyawa pada si Bungsu. Dragon mendapatkan bocoran itu, dan mengirimkan kabar pada kami…"ujar Ami.
Mereka saling bertukar pandang. Mereka semua mempunyai kaitan langsung maupun tidak dengan si Bungsu.
"Well. anak saya meminta saya melakukakan apa saja menjemput lelaki itu. Lebih dari pada itu, setelah anak saya dia bebaskan. Saya bersedia bertukar nyawa dengan dia…"ujar ALfonso Rogers.
"Jika Amerika merasa tak berhutang apapun padanya, saya dengan empat belas anak buah saya yang di sekap selama tiga tahun, takkan pernah bisa membayar hutang atas apa yang dia lakukan buat membebaskan kami…"ujar Kolonel macMahon.
"Oke, sekarang kita mari ke komputer besar itu. Letnan, anda tunjukan apa yang anda peroleh dari satelit mata-mata…"ujar Laksaman lee pada perwira wanita yang tadi membawakan minuman.
"Yes, Sir…."Lalu mereka mengambil posisi dibelakang perwira itu, yang telah menghidupkan komputernya.
"Kami berhasil dan menelusuri dan menemukan wilayah yang informasinya diperoleh nona Ami Florence dari Dragon dengan memakai pencitraan satelit mata-mata Amerika. Satelit hanya bisa melacak jika di lokasi itu ada panas yang dipicu oleh pembakaran Amunisi.
Konkritnya jika di tempat itu terjadi tembak menembak. Satelit menemukan dan merekamnya. Satelit merekam terjadinya pertempuran sepeleton pasukan dengan satu orang. Satelit juga menemukan tiga orang lainnya bergerak ke barat, menjauh areal tembak-menembak. Informasi dari Dragon tampaknya sesuai dengan di lapangan. Si Bungsu dan tiga tentara Amerika lainnya lari dikejar pasukan Vietkong. Satelit juga berhasil melacak keempat pelarian itu kini berada di sini, sekitar air terjun ini…"papar letnan wanita itu sambil menunjuk layar komputer.
Semua mereka yang di ruangan itu mempelototi layar komputer tersebut.
"Apakah ini di rekam?"tanya Ami.
"Maksudnya..?"
"Kalau direkam tolong direwind ke saat pertempuran. Saya ingin mengetahui siapa yang menahan tentara Vietkong itu…"ujar Ami.
Letnan bagian komputer USS Alamo itu menoleh kearah Laksamana Lee, Laksamana itu mengangguk.
"Yes, Mam…!"ujarnya pada Ami Florence.
Letnan itu menekan tombol di komputer, lalu memutar ulang video itu. Malam terlalu gelap, apalagi di dalam belantara. Tidak ada manusia yang kelihatan hanya kilat-kilatan peluru.
Namun dalam rekaman selanjutnya, nampaknya hari telah siang, kelihatan sesosok berlari di antara belantara dan sekilas-sekilas menjadi jelas saat dia melewati rawa yang tidak ditutupi daun kayu.
"Itu si Bungsu…!" seru Ami.
"Ya, itu si Bungsu..! " ujar Kolonel MacMahon.
Mereka yang di ruangan itu saling berpandangan.
"Peristiwa di padang lalang saat heli menjemput kami, dan kami dihujani tentara Vietkong dengan tembakan, kini terulang lagi. Dia kembali menjadikan dirinya umpan perluru, demi membebaskan tiga tawanan lainnya. Oh Tuhan…!" ujar Kolonel MacMahon dengan suara bergetar.
Ami Florence tak mampu menahan isak tangisnya.
"Selamatkan dia, tolong selamatkan dia, please…." ujarnya.
"Ya… kita semua hadir di sini karena ingin menyelamatkannya. Karena tidak hanya kita, Amerika berhutang amat besar padanya…" ujar multi-milyuner Alfonso Rogers.
"Tidak hanya kita, tiga atau empat tentara Vietkong itu sendiri, seorang di antaranya berpangkat kolonel, yang ditolong oleh si Bungsu, diam-diam menginginkan kebebasannya. Itu informasi yang disampaikan Dragon…" ujar Le Duan.
Laksamana Billi Yones Lee, Komandan USS Alamo kemudian bicara.
"Well, baiklah! Berbeda dengan operasi pencarian MIA atau operasi penyelamatan lainnya selama ini yang dilakukan Amerika, tetapi jika terjadi sesuatu Amerika akan mengatakan tidak tahu!'
Kemarin pagi saya diinformasikan akan kedatangan Tuan-tuan di bawah koordinasi Tuan Rogers. Setelah itu dari Pentagon ada perintah langsung dari Kepala Staf Panglima Gabungan, jemput si Bungsu, Amerika akan menghadapi apapun risiko politiknya.
Apapun! Saya yakin, perintah dan sikap Amerika seperti itu hanya di mungkinan karena tekanan Tuan-Tuan dan Anda, Lady. Terutama Tuan Alfonso Rogers dan Kolonel MacMahon dan Jhon McKinlay…"
"Anda terlalu merendah, Laksamana. Saya berada di Pentagon ketika Anda membentak-bentak seorang jenderal di sana. Menyuruh mereka memasang telinga saat Anda menceritakan apa yang dilakukan si Bungsu untuk membebaskan 17 tentara Amerika, dan menghancurkan beberapa boat perang Vietkong menyelamatkan Ami Florence dan Le Duan…" ujar Alfonso Rogers memotong.
Laksamana itu tersipu.
"Ya, apa yang dilakukan orang asing itu belum tentu mampu dilakukan satu kompi pasukan kita yang amat tangguh sekalipun. Di atas segalanya, kesediaannya menjadikan dirinya umpan peluru untuk menyelamatkan heli dan para tawanan Amerika, membuat saya tak tidur berhari-hari. Dia sendirian di padang lalang itu, ditembaki dan ditangkap…" ujarnya.
Semua tertunduk mengingat peristiwa tersebut. Lalu Laksamana itu menyambung.
"Kita sudah sediakan tiga heli tempur. Sebuah untuk mengambil mereka di dekat air terjun itu, dua buah untuk mengawal. Perintahnya amat jelas, bawa mereka pulang, terutama si Bungsu, apapun risikonya….!"
"Saya telah mendapatkan persetujuan Pentagon untuk memiloti heli penjemputan…." ujar Thomas MacKenzie, suami Michiko yang mantan pilot udara Perang Dunia II itu.
"Ya, saya sudah diberitahu. Terimakasih, kami memang amat membutuhkan pilot yang berpengalaman. Dua pilot lain siap mengawal Anda…" ujar Laksamana Lee.
"Saya ikut heli yang menjemput…?" tiba-tiba Ami Florence menyela.
"Maaf, Lady. Kali ini usulan Anda terpaksa saya tolak. Demi kesuksesan operasi yang harus amat cepat ini. Di tiap heli, selain pilot masing-masing hanya ada dua penembak yang menjaga di mitraliur. Satu di kiri, satu di kanan. Oke, masukkan koordinat wilayah air mancur itu ke komputer di tiap heli. Sekarang jam tiga, ada waktu sekitar empat jam mencapai tempat itu. Anda hanya bisa memakai lampu sorot setelah dekat air terjun itu, MacKenzie. Waktu untuk Tuan mempersiapkan diri ada lima menit, McKenzie…."
"Yes, Sir!" ujar veteran Perang Dunia II itu, sambil bergegas keluar menuju heli yang menanti dalam keadaan mesin sudah dihidupkan. Mereka menatap keberangkatan tiga helikopter itu dari anjungan komando. Menatapnya hingga jauh, hingga hanya kelihatan seperti seekor burung kecil, kemudian seperti titik.
Saat ketiga heli itu lenyap di kaki langit, Ami dikejutkan oleh ucapan letnan di komputer tadi.
"Mam, ada yang ingin bicara padamu ditelpon…."
"Saya?"
"Siapa?"
"Nona Roxy…."
Ami menoleh pada Alfonso Rogers, ayah gadis yang ingin bicara melalui telepon dengannya. Lelaki tua itu tersenyum.
"Hallo, Roxy.." sapanya setelah memegang telpon.