Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 243 - Apa pendidikan Anda?

Chapter 243 - Apa pendidikan Anda?

'Obat' yang datang kepadanya dari alam metafisik, dari alam gaib. Pada orang-orang tertentu, mimpi bukan hanya sekedar permainan tidur. Banyak manusia yang mengalami mimpi sebagai isyarat bahkan petunjuk atas sesuatu. Hanya saja, bagi orang-orang yang beriman, isyarat dan petunjuk itu menjadikan dia semakin yakin akan kekuasaan Tuhan.

Sementara, sebahagian lagi keyakinannya bukan pada Tuhan yang menciptakan semua denyut kehidupan di muka bumi, termasuk menciptakan mimpi itu. Yang dia yakini justru mimpi tersebut. Bagi orang-orang seperti ini, tidak jarang dia terperosok menjadi musyrik. Mengeramatkan dan minta perlindungan dan rezeki pada makam atau tempat-tempat keramat lainnya.

Akan halnya si Bungsu, begitu keluar dari kerangkeng bambu berlumpur amat busuk itu, kayu sebesar lengan yang panjangnya sedepa yang tadi dibawa seorang tentara, segera diletakkan di bahunya. Kedua tangannya diikat, dengan posisi terbentang ke kiri dan ke kanan, ke kayu tersebut dengan erat. Kedua kakinya diikat pula dengan tali yang terbuat dari kulit kayu.

Tali dari kulit kayu yang mengikat tangan dan kakinya itu dalam keadaan basah. Teknik mengikat dengan kulit kayu khusus, yang liat dan kenyal seperti yang dilakukan pada si Bungsu saat itu, adalah cara yang lazim dilakukan Vietkong. Kulit kayu basah itu semakin kering semakin mengencang cengkeramannya pada bahagian tubuh yang diikat. Ikatan pada kedua kaki tahanan, yang rentang talinya dibuat tak lebih dari sejengkal, membuat si tahanan benar-benar dalam kesulitan. Usahkan untuk melarikan diri, akibat amat pendeknya rentang tali yang mengikat kedua pergelangan kaki, untuk melangkah saja sangatlah sulitnya.

Ketika dia di dorong dibawah todongan senjata agar bergerak cepat, maka tak ada cara lain yang dilakukan si Bungsu selain melompat-lompat dengan kedua kakinya bergerak sekaligus.

Semua tentara Amerika yang berada dalam kerangkeng di kandang babi itu menatap dengan diam pada tawanan tersebut. Mereka tak mendapat informasi apapun tentang lelaki tersebut.

Semua tentara dan penduduk yang mendekat ke tempat mereka disekap pada tutup mulut. Penduduk kampung disini adalah orang Vietnam Selatan yang pada masa perang berpihak pada Amerika.

Apapun yang terjadi pada tawanan mereka harus tutup mulut atau tak ikut campur. Mereka takut akan siksaan dari tentara Vietna utara itu, yang kini menguasai seluruh negeri mereka. Sudah pemandangan biasa bila ada Ayah, ibu dan seluruh anak-anaknya ditembaki, jika dicurigai telah berkhianat.

Kecurigaan pihak Vietkong pada penduduk tidak diperlukan bukti. Jika saja ada salah satu pihak vietkong yang merasa mencurigai satu orang atau satu keluarga melakukan pengkhianatan, dia menembaki orang atau keluarga itu.

Dalam situasi ini, rasa suka atau tak suka amat menentukan kelangsungan hidup seseorang atau satu keluarga, bisa hidup atau harus diakhiri nyawanya. Itulah sebabnya pihak vietkong dengan leluasa memperkosa wanita-wanita dari pihak selatan. Tak peduli dia masih gadis atau sudah punya suami. Jika menolak, pasal penghianatan sudah bisa membinasakan seseorang atau satu keluarga.

Itulah sebabnya, setelah Vietkong memenangkan peperangan. Jutaan orang orang selatan berbondong-bondong keluar dari Vietnam menuju perbatasan ke kamboja dengan melewati hutan belantara yang ganas, dan ada juga dengan kapal-kapal kecil mengarungi lautan untuk mencari negara yang mau menampung mereka. Itulah sebabnya mereka di sebut 'orang-orang perahu'

Si Bungsu memasuki sebuah rumah yang paling besar di kampung itu. Sekali pandang dia bisa mengetahui kalau desa itu adalah kampung yang di bangun oleh kelurga-keluraga petani yang mengungsi dari kota-kota yang sedang terjadi pertempuran. Namun perang dengan cepat berakhir, semua tanah vietnam kini dikuasai Vietkong.

Setelah dia masuk, seorang tentara berpangkat Letnan Kolonel sedang duduk dengan beberapa orang perwira lainnya. Termasuk Kapten gorila itu dan Lok Ma. Ada sebuah kursi reot di depan mereka. Si Bungsu disuruh duduk disana. Di meja reot tanpa alas itu dia lihat beberapa benda yang dia kenal. Senjata-senjata kecil yang selama ini dia pakai dalam berbagai pertarungan. Beberapa bilah samurai kecil, beberapa lempengan baja tipis yang sangat tajam. Beberapa diantaranya ada yang sebesar uang logam yang disisinya ada gerigi yang sangat tajam. Sebagiannya bundar biasa, dengan pinggiran yang setajam pisau cukur. Dia lihat ada lima buah samurai kecil dan enam buah besi bulat itu terletak diatas meja.

Letnan Kolonel itu sepertinya sangat terpelajar, berbeda dengan si Kapten gorilla yang menghantam dadanya sampai dia muntah darah dan menendang ubun-ubun nya sampai dia koma.

"Ini punya mu Tuan…?ujar Overste itu membuka interogasi itu dengan bahasa Inggris yang fasih.

"Ya..Tuan.."jawab si Bungsu.

"Engkau salah seorang yang ikut membebaskan tawanan tentara Amerika yang kami tawan sembilan minggu yang lalu?"

Si Bungsu tertegun.

"Maksud tuan?"

Letnan Kolonel itu menatapnya dengan tajam. Lok Ma berbisik kepada overste itu dengan bahasa Vietnam. Overste itu mengangguk pelan usai lok Ma berbisik.

"Dua bulan yang lalu, sekitar seratus meter dari sini, tujuh belas orang tentara Amerika dibebaskan teman-temannya. Apa anda termasuk salah seorangnya?"

Si Bungsu menarik nafas panjang, berarti selama itu pula dia pingsan.

"Saya bukan bagian yang membebaskan itu, tuan…."jawabnya pasti.

Overste itu menatap dia dengan tajam, kemudian dia melanjutkan ucapannya.

"Saya ingin menjelaskan, kalau saya sendiri membebaskan mereka. Ada tiga orang Vietnam yang jadi penunjuk jalan. Jika mereka di hitung, maka yang membebaskan tawanan itu kami berempat. Namun sesungguhnya, selain sebagai penunjuk jalan, mereka tak berperan apapun. Pembebasan itu sepenuhnya tanggung jawab saya.."overste itu menatapnya dengan tajam.

"Demikian hebatnya kau, sehingga bisa menghancurkan sepuluh tentara Vietnam…"desis overste itu.

Sebelum ucapanya selesai, dengan cepat tangannya menyambar salah satu samurai kecil si bungsu diatas meja. Dan dengan cepat dan mahirnya dia lemparkan kearah dada kanan si Bungsu, dari arah lemparan dada sebelah kanan bukan sebelah kiri dimana jantungnya, si Bungsu tahu overste itu hanya ingin menyiksanya.

Dia terkejut dengan gerakan lemparan itu yang tiba-tiba dan amat cepat. Namun saat itu pula tubuhnya seolah-olah menunduk ke meja, terdengar suara berdetak halus. Dan saat dia meluruskan badanya dan menengok kebelakang dia lihat samurai itu tertancap didinding tempat tangannya terikat.

Semua yang ada di ruangan yang dindingnya terbuat dari bambu itu pada terdiam. Tak ada seorang pun yang tahu, termasuk overste itu kalau lemparan itu meleset karena kebetulan. Gerakan merunduk kemeja itu telah di perhitungkan si Bungsu.

Si Bungsu kembali duduk dengan lurus di kursinya. Overste itu menyuruh Lok Ma mencabut samurai kecil itu yang tertancap didinding tempat si Bungsu diikat.

Lok Ma melangkah kearah si Bungsu mencabut samurai kecil tersebut. Dan kembali meletak di meja di depan letnan Kolonel tersebut.

"Apa pangkat tuan di ketentaraan Amerika.."ujar LetKol itu.

"Saya bukan tentara Amerika tuan, dan juga bukan warga negara Amerika…"

Letnan Kolonel itu kembali menatapnya dengan tajam. Dia hampir tak yakin kalau orang yang punya kemahiran seperti lelaki ini bukan dari Pasukan Khusus Amerika.

"Jika bukan kebangsaan Amerika, lalu apa kebangsaan tuan?"

"Indonesia…"

"Indonesia?"

"Ya, Indonesia.."

"Engkau tentara Indonesia?"

"Bukan, Tuan…"

Overste itu kembali menatap si Bungsu. Tak ada tanda sedikit pun bahwa orang ini berdusta atas setiap kata yang diucapkannya, bisik hati si overste.

"Engkau ke Vietnam bersama tentara PBB yang dari Indonesia?"

Si Bungsu kini yang tertegun mendengar pertanyaan overste tersebut. Dia tidak tahu, bahwa sejak beberapa bulan yang lalu, ratusan tentara Indonesia memang sudah berada di Vietnam. Dia memang tak pernah mendengar bahwa dalam proses menciptakan perdamaian di Vietnam, setelah Amerika angkat kaki dalam perang belasan tahun yang melelahkan itu, Indonesia diminta menjadi salah satu negara yang mengirimkan pasukan perdamaian di bawah bendera PBB. Masuknya Indonesia menjadi anggota pasukan ICCS (International Commission of Control and Supervision) yang disepakati di Paris.

Kesepakatan itu ditanda tangani di Paris tanggal 23 Januari 1973. Masuknya Indonesia atas permintaan langsung pihak yang bertikai, yaitu Vietnam Utara dan Amerika Serikat. Ada tiga negara lainnya yang menjadi anggota ICCS, yaitu Kanada, Hongaria dan Polandia.

Ada empat tugas utama yang dipercayakan ke pundak pasukan ICCS, yaitu:

1) Mengawasi/mencegah pelanggaran-pelanggaran dan menjaga status quo.

2) Me ngawasi evakuasi pasukan.

3) Mengawasi evakuasi alat-alat perang dan

4) Mengawasi pertukaran tahanan perang.

Kontingen pasukan Indonesia pertama yang datang ke Vietnam diberi nama GARUDA IV. Garuda I sampai III ditugaskan di bawah bendera PBB ke berbagai negara yang dilanda kemelut sebelum perang Vietnam, seperti Kongo misalnya.

Komandan Garuda IV ke Vietnam adalah Letjen HR. Dharsono. Jumlah pasukan Garuda IV adalah 290 orang, tiba di Vietnam pada 28 Januari 1973. Markas besar pasukan ICCS adalah Kota Hanoi, Ibukota Vietnam Utara. Di kota itu mereka semua bertugas. Bulan Juli tahun yang sama Garuda IV ditarik dari Vietnam digantikan oleh Garuda V.

Pada Juli 1975, setelah seluruh proses evakuasi dan pertukaran tawanan perang usai, dan seluruh Vietnam sepenuhnya berada di tangan Vietkong (Vietnam Utara), Indonesia menarik pasukan perdamaiannya dari Vietnam.

"Maaf saya tak tahu apa yang Tuan maksud dengan pasukan Indonesia di Vietnam…" jawab si Bungsu dengan polos.

Kembali letkol itu menyelidik si Bungsu dengan tatapan matanya yang tajam.

"Apa pendidikan Anda?"

"Maksud Tuan, sekolah?"

"Ya, sekolah. Tamatan sekolah mana Tuan?"

"Saya hanya tamat sekolah rakyat. Sewaktu muda saya lebih suka berjudi. Kemudian saya mengembara…" jawab si Bungsu apa adanya tentang dirinya.

"Darimana Tuan belajar bahasa Inggris, sehingga bisa berbicara demikian fasih?"

Si Bungsu menarik nafas. Bagaimana dia harus menjelaskan bahwa dia tak hanya fasih berbahasa Inggris, tapi juga Jepang. Dan itu tanpa menduduki sekolah formal.

"Saya belajar dengan mendengar orang bicara, kemudian mencobanya. Barangkali ingatan saya sangat kuat terhadap kata-kata…" ujarnya dengan jujur.

"Siapa yang memerintahkanmu untuk datang membebaskan para tawanan Amerika itu?" lanjut si Overste mengalihkan bahasan interogasi.

"Saya tidak diperintah, melainkan dibayar oleh seseorang, Tuan…."

"Maksudmu?"

"Di Dallas saya berkenalan dengan seorang milyader. Dengan bayaran tinggi dia meminta saya datang kemari, mencari anak gadisnya yang hilang dalam peperangan dua tahun yang lalu. Nama anak gadisnya itu adalah Roxy Rogers. Gadis itu ada di antara tawanan yang saya bebaskan itu…."

"Engkau membunuh Kolonel Van Truang, komandan di barak yang kalian hancurkan itu?"

"Tidak secara langsung, tapi kenyataannya dia memang mati setelah baraknya meledak.