Tangan kanannya tertancap dua bilah samurai kecil milik si Bungsu. Yang membunuhnya bukan dua samurai itu, hanya melumpuhkan nadi dan bukan untuk membunuhnya. Yang membunuhnya justru kapak kecil yang dilemparkan sambil berbalik oleh Yoshua dalam jarak sepuluh depa itu. Kapak kecil yang terbuat dari kuningan itu menancap diantara alis norris!
Si Bungsu menoleh pada Yoshua. Yoshua berjalan cepat kearah Norris. Mengambil kapak kecilnya, kemudian mencabut samurai kecil milik si Bungsu dari tangan Norris. Lalu berjalan lagi kearah si Bungsu yang masih saja tertegun ditempatnya.
Dia tak mengerti ada dendam apa diantara Yoshua dan Norris, hingga dia menghabisi nyawa perwira polisi tersebut.
"Cepat, kita harus keluar dari tempat ini…"ujar Yoshua sambil bergegas menuju jalan lain dari mereka tempuh untuk masuk malam tadi.
Si Bungsu juga bertindak cepat, karena sayup-sayup terdengar sirene polisi mendekat. Mereka menuruni sebuah tangga berdebu, nampaknya jalan ini menuju ruang bawah tanah yang berfungsi sebagai gudang. Suara langkah mereka terdengar bergema dalam ruang pengap dingin dan remang-remang. Mereka turun lagi kesebuah ruangan yang berisi air sehingga mata kaki. Tikus kelihatan berkeliaran dengan mata merah menatap terheran-heran pada manusia yang barangkali sudah beberapa tahun tak mereka lihat. Mereka kini berada diruangan bawah tanah. Tak lama kemudian, mereka menaiki tangga.
Setelah naik cukup tinggi dan akhirnya keluar disebuah ruangan kecil. Di luar ada kendaraan simpang siur. Yoshua kenal betul tempat ini. Mereka mengintip lewat jendela yang kabur oleh debu. Memperhatikan kalau-kalau diluar ada patroli polisi. Namun keadaan aman.
"Nampaknya engkau mengenal tiap sudut kota ini…"kata si Bungsu pelan sebelum mereka keluar.
"Dahulu gedung ini adalah tempat membuat sepatu. Saya bekerja disini. Hampir sepuluh tahun jadi buruh gedung ini. Akhirnya perusahaan bangkrut, sahamnya dijual pada orang lain. Saya berhenti dan bekerja di perkebunan. Itulah sebabnya saya sangat mengenal setiap lobang dan lorong disini. Kini kita keluar…"
Sesaat mereka tegak dibawah bayang-bayang teras yang buram. Beberapa buah taksi lewat di depan mereka. Mereka masih berdiam diri diam, meneliti gang kiri sampai keujung sana. Gang kanan juga demikian.
Nampaknya gang ini tak banyak dilewati orang. Agak sepi. Tak jauh dari mereka, di gang sebelah kanan, kedua orang anak-anak Negro tengah duduk dikaki lima. Pakaian mereka compang-camping. Tak jauh dari mereka kelihatan dua ekor anjing kejar-kejaran. Kedua anjing itu kurus.
Di gang sebelah kiri kertas- kertas beterbangan ditiup angin. Debuterangkat naik keatas. Seorang perempuan setengah baya, yang datang entah darimana, menutup hidungnya dengan tangan.
"Kita pergi…"kata Yoshua ketika disebelah kiri dia lihat sebuah taksi.
Mereka meninggalkan tempat dibawah bayang-bayang gedung tua itu. Tegak dipinggir jalan, dan Yoshua memberi isyarat pada taksi itu. Taksi berhenti. Yoshua membuka pintu, dan masuk lebih dulu, kemudian menyusul si Bungsu. Yoshua menyebutkan sebuah alamat. Dan taksi itu meluncur.
Lima blok dari tempat mereka naik tadi taksi itu berhenti. Yoshua menyetop taksi lain. Kemudian menyebutkan lagi sebuah tempat. Dengan cara beranting demikian, akhirnya mereka sampai dirumah.
Malam harinya, mereka mendengar berita yang mengejutkan. Pembunuh Kennedy yang bernama Oswald yang ditangkap dipustaka bekas gedung teater itu, yang kemudian ditahan disebuah penjara bawah tanah di salah satu bahagian kota Dallas yang amat dirahasiakan, telah ditembak mati!
Penembaknya tertangkap saat itu juga. Menurut televisi Amerika, penembakan terjadi tatkala serombongan polisi datang kepenjara itu untuk menjemput Oswald. Dia dibawa dari ruang tahanannya dengan pengawalan yang sangat ketat. Tapi ketika berada dijalan menuju keluar, masih dalam gedung penjara itu juga, seorang lelaki dalam jarak hanya dua meter, mencabut pistol dan menembak Oswald tiga kali hingga mati disana.!
Kejadian itu persis berada didepan mata polisi dan FBI yang selusin banyaknya itu! Dan tak ada yang tahu persis, kenapa orang yang menembak Oswald itu, yang bernama Jack Ruby, bisa lolos dan berada dalam bangunan penjara bawah tanah itu!
Anggota komplotan "tingkat atas" itu, kata siaran televisi tersebut, khawatir kalau Oswald sampai diadili lelaki itu akan bicara membuka rahasia mereka. Karena itu,Oswald harus dibunuh. Untuk itu disewa seorang lelaki yang memang tak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan itu. Lelaki itu adalah Jack Ruby.
Untuk bisa masuk kepenjara bawah tanah itu, komplotan tingkat atas itu mengatur permainan dengan pihak FBI dan kepolisian Dallas. Jika tak demikian mustahil pembunuh itu bisa berada diantara lusinan aparat di tempat yang amat dirahasiakan itu. Dan berhasil pula menembak Oswald dari jarak dekat.
Dua hari kemudian, sebuah berita televisi membuat si Bungsu terhenyak lemah. Pada acara lewat tengah hari, masih dalam rangkaian pembunuhan Kennedy, televisi menyiarkan bahwa seorang polisi wanita kota Dallas berpangkat letnan bernama Angela, dan seorang perwira bernama Norris juga terbunuh dalam rangkaian yang sama dengan pembunuhan Kennedy.
Si Bungsu tak mampu bicara. Dia teringat pada pertemuan terakhirnya dengan Angela di penjara itu. Gadis itu menolak untuk ikut dengan nya. Alasannya dia merasa aman dipenjara itu, dia ditahan disana karena untuk menghindar dari jangkauan pembunuhan. Siapa nyana, dia ditahan disana justru memudahkan orang untuk membunuhnya!
Si Bungsu mendengar isak tertahan dibelakangnya. Ketika dia menoleh, dia lihat Elizabeth, istri Yoshua yang masih cantik itu mengusap air matanya. Perempuan itu merasa sangat kehilangan atas kematian Angela!
Persabatan mereka yang cukup singkat itu, ternyata meninggalkan bekas yang dalam dihatinya. Si Bungsu untuk beberapa hari tak bisa bicara. Dia benar-benar merasa terpukul atas kematian Angela. Dia tahu, gadis itu mencintainya.
Kenapa dia tak memaksanya untuk keluar dan melarikan diri dari kamar tahanannya malam itu? Tapi gadis itu yang bersikeras tak mau keluar. Dia amat merasa aman dalam penjara itu.
Dan kini, lihatlah.
"Kau ingat betapa aku bertindak amat keras terhadap kapten Norris saat itu?" yoshua bertanya pada si Bungsu yang tengah duduk termenung diberanda belakang.
Si Bungsu menoleh pada Indian itu. Dan tanpa menjawab, dia kembali mengingat betapa yoshua sengaja memancing agar Norris mempergunakan pistol, kemudian disudahi nyawanya dengan kampak Apachenya.
"Kapten itu adalah seorang yang amat licik. Saya mengenal manusia dengan melihat matanya. Saya yakin, kapten itu membuat suatu perangkap untuk Angela. Dan saya juga yakin kapten itu terlibat dalam komplotan pembunuhan Kennedy. Itulah sebabnya saya tak membiarkan dia hidup…"ujar Yoshua perlahan.
Si Bungsu hanya mendengarkan dengan diam. Ingatannya terhadap hari-hari ketika bersama Angela membuncah pikirannya. Dia ingat pertemuannya dengan Angela ketika dia berhasil menerobos malam itu kepenjara dimana gadis itu ditahan. Dan mengajaknya lari. Saat itu Angela berkata.
"Saya harus disini, bungsu. Saya tak bisa berada diluar. Saya tak sangsi pada kemampuanmu. Tapi kemana saya harus pergi dinegeri ini? Ini negeri saya. Saya tak mau jadi buronan, kau mengerti maksudku bukan?
Lalu, Angela dalam isaknya berujar "Terimakasih kau melihatku disini, saya amat meridukanmu… saya amat kehilanganmu. .oh…"
Saat itu terdengar derap suara sepatu berlarian.
"Jika itu pilihanmu, saya harus pergi Angela…"ujarnya.
"Bungsu ,aku masih berharap engkau masih akan menantikanku keluar dari tempat ini.."ujar Angela.
Lamunan si Bungsu diputus oleh suara Elizabeth.
"Dia amat mencintaimu, Bungsu.. amat mencintaimu…"
Dia seperti tertelan sesuatu yang amat pahit. Namun dia jawab juga ucapan perempuan itu.
"Terimakasih, mam. Terimakasih. Tapi…Kini dia telah tiada…"ujarnya perlahan dengan fikiran masih menerawang.
Untuk apalagi dia berada di Amerika ini? Dia datang kebenua asing ini untuk mencari Michiko. Tongky, sahabatnya, terbunuh dalam upaya mencari kekasihnya.
Perempuan yang dia cari itu telah ditemukan. Dia telah menikah. Untuk mencari Michiko dia kemudian dibantu oleh Angela. Kini gadis itu terbunuh pula.
Kenapa kehadirannya dimana-mana selalu dikelilingi bencana dan gelimang darah? Adakah yang salah dengan suratan nasibnya? Sejak ayah, ibu dan kakaknya terbunuh di Situjuh Ladang Laweh di tangan saburo Matsuyama, sampai hari ini, hidupnya berkisar antara letusan senjata dan sabetan samurai!
Berapa orangkah yang telah mati ditangannya atau yang mati dengan kehadirannya? Sebelas, tiga puluh, seratus? Ah, dia tak bisa lagi menghitung. Tak bisa lagi dihitung.
Kematian sudah sesuatu yang amat lumrah dalam kehidupannya. Apakah dia lahir dengan sebuah kutukan, sehingga demikian banyak mayat bergelimpangan disekitar kehidupannya.?
Hari-hari setelah itu menjadi hari-hari yang murung bagi si Bungsu. Tiap hari kerjanya hanya mendengar siaran radio dan televisi. Berita kedua media itu, termasuk surat kabar, didominasi oleh siaran seluk beluk kematian Kennedy. Presiden yang dianggap sebagai reinkarnasi dari Abraham Lincoln. Presiden yang dianggap (dan memang demikian adanya) amat dekat orang-orang Negro dan Indian. Dua suku bangsa yang saat itu amat dikucilkan masyarakat kulit putih, yang merasa dirinya amat superior.
Tentang pembunuhan Kennedy, pemerintah membentuk suatu komisi penyelidik yang di ketua oleh Warren. Hasil penelitian komisi ini amatlah kontroversial. Mereka sampai pada kesimpulan bahwa presiden dibunuh oleh seorang pembunuh, yaitu Lee Harvey Oswald. Dan orang itu disampaikan oleh komisi sebagai orang yang tidak waras.
Artinya, pembunuhan ini berdiri sendiri. Dia membunuh presiden karena tidak waras. Dus, tak tahu siapa yang dibunuhnya. Dan tak seorangpun yang berdiri dibelakang pembunuhan ini. Artinya, kalau pun Oswald tidak dibunuh oleh Jack Ruby, dan diseret kepengadilan, karena tidak waras. Maka orang ini tak bisa dihukum!
Sebab menurut hukum, seorang yang tak waras tak bisa di mintakan pertanggungjawaban atas apa yang diperbuatnya! Paling-paling pengadilan hanya akan memutuskan bahwa pembunuh itu harus dirawat di rumah sakit jiwa, dibawah pengawasan dokter!
Si Bungsu menjadi saksi sejarah, tatkala hasil penyelidikan komisi Warren ini menimbulkan gelombang protes hebat dari segenap lapisan masyarakat Amerika, termasuk Dallas. Namun gelombang itu seperti menerpa dinding karang yang amat terjal dan kukuh.
Tragedi berikutnya justru kembali menimpa keluarga Kennedy. Yaitu dalam pemilihan Presiden berikutnya. Adik Jhon F Kennedy, yaitu Robert Kennedy, yang menjabat sebagai Jaksa Agung Amerika Serikat ketika kakaknya jadi Presiden, maju sebagai calon presiden berikutnya Lyndon B Jhonson. Tapi apa yang terjadi? Kennedy yang satu ini tertembak mati! Saat dia nyaris sudah mencapai kursi kepresidenan di Gedung Putih.
Apakah yang terjadi dengan keluarga Kennedy yang legendaris itu? Cukup lama waktu berlalu saat kongres amerika serikat memutuskan membentuk komisi sendiri untuk menyelidiki kebenaran laporan komisi warren yang menghebohkan itu.
Setelah bekerja berbilang tahun juga, komisi kongres itu sampai pada kesimpulan bahwa laporan komisi warren yang terdahulu, yang menyatakan pembunuh Kennedy yang bernama oswald itu seorang yang tak waras dan pembunuhan itu berdiri sendiri tampa ada otak dibalakangnya adalah bohong besar!.
Komisi kongres Amerika Serikat sampai pada kesimpulan yaitu setelah menemukan bukti-bukti, Presiden Kennedy dan saudaranya Robert Kennedy dibunuh oleh persekongkolan maut kelompok MAFIA!
"Tentu saja kami tidak menemukan revolver yang masih berasap." kata salah seorang dari anggota komisi itu.
Jejak-jejak pada waktu sebelum dan sesudah pembunuhan itu telah dihapus dengan cermat sekali. Namun setelah dua setengah tahun mengadakan penyelidikan, menginterview ribuan orang, mulai dari pejabat, polisi, pedagang, orang yang lewat, penonton televisi, dan menelan biaya jutaan dollar. Komisi itu berhasil menemukan suatu komplotan yang memusuhi Kennedy bersaudara itu.
Menurut penyelidikan komisi, semula sasaran utama untuk dibunuh komplotan mafia itu adalah Robert Kennedy, yang waktu itu menjabat Jaksa Agung Amerika Serikat.