Chereads / TIKAM SAMURAI / Chapter 180 - Kita tinggalkan dia…

Chapter 180 - Kita tinggalkan dia…

Suatu saat mobil dia hentikan dengan mendadak ditempat yang gelap. Kemudian bergegas turun. Si Bungsu mengikuti Indian itu. Turun dari mobil dan bergegas mengikuti Yoshua yang terpincang-pincang dari belakang. Indian itu nampaknya tahu benar apa yang dia lakukan. Dia menuruni sebuah anak tangga. Nampaknya jalan menuju kesebuah ruangan bawah tanah. Senter ditangan Yoshua menerangi jalan itu.

Setelah menuruni lima anak tangga, mereka menemui sebuah pintu kecil. Pintu dihantam dengan kuat oleh Yoshua dengan kakinya. Pintu itu terpental, mereka masuk. Dibalik pintu itu ada ruangan besar yang lantainya penuh debu. Bahagian selatan dimana mereka kini berada, merupakan gedung-gedung tua yang telah ditinggalkan pemiliknya.

Yoshua melangkah melintas ruangan besar berdebu itu. Di Ujung dia membuka lagi sebuah pintu, bergegas masuk dengan si Bungsu di belakangnya.

Yoshua nampaknya kenal betul ruangan yang mereka masuki ini. Dia sangaat mengenal setiap ruang dan gang yang mereka masuki. Setelah melewati dua ruangan lagi, Yoshua membawa si Bungsu menaiki sebuah anak tangga. Di atas mereka membuka sebuah pintu, lalu sampai disebuah ruangan yang tak terlalu besar. Ketika senter diarahkan kearah suatu tempat, si Bungsu segera tahu, ruangan itu adalah ruangan dimana terakhir mereka meninggalkan tubuh Norris, Kapten polisi kota dallas itu terikat dan terbius!

Kapten itu masih terlihat tergeletak diatas meja berdebu dengan tangan terborgol. Yoshua melangkah kesana. Memeriksa mata kapten itu. Memastikan apakah dia masih hidup atau sudah mati.

"Dia masih hidup.. sebentar lagi sadar.."katanya.

Sambil menarik nafas panjang dia duduk disebuah kursi reot. Menyenter luka dipahanya. Si Bungsu mendekat.

"Pelurunya bisa aku keluarkan.."katanya pelan.

"Ya, saya yakin itu.Kini kau lakukanlah, Bungsu…"

"Anda harus menggigit sesuatu…"

"Jangan kuatir, kau keluarkan saja peluru jahanam itu dari kakiku…"

Si Bungsu masih ragu. Namun yoshua terus mendesak, maka tak ada jalan lain bagi dia, si Bungsu segera mencongkel peluru itu dari paha si Indian itu.

Dia menggoyangkan tangan kanannya. Dan secara otomatis, sebuah samurai kecil yang tersembunyi dilengannya meluncur turun ketelapak tangannya. Dia menyingsingkan lengan bajunya.

Untuk pertama kalinya Yoshua melihat dikedua lengan anak muda itu, diikat dengan sebuah tali dari kulit terselip enam buah samurai kecil yan besarnya hanya sejari telunjuk. Tiga dilengan kiri dan tiga dilengan kanan.

"Maaaf…"kata si Bungsu.

Lalu tanpa menunggu jawaban, dia mulai bekerja. Pertama yang dilakukannya adalah mengiris paha Yoshua. Diiris untuk memperbesar lobang yang kecil bekas peluru tersebut. Sementara Yoshua sudah selesai mengikat pangkal pahanya dengan ikat pinggang.

SiBungsu mengiris paha Yoshua cukup dalam. Ternyata peluru didekat tulang paha. Sedalam itu pula si Bungsu terpaksa mengiris daging paha Yoshua. Namun Indian itu sedikitpun tak terdengar mengerang atau mengaduh. Sayatan samurai kecil yang tajam itu di daging pahanya seperti tak dia rasakan. Meskipun peluh telah membasahi wajah dan tubuhnya. Si Bungsu merinding juga melihat ketahanan tubuh si Indian tua ini. Dia cepat mencongkel peluru tersebut. Kemudian menghapus darah yang menggenang disekitar luka.

"Nah, saya rasa selesai sudah…" katanya.

Yoshua menyenter luka yang menganga dipahanya. Dan merogoh kantongnya, mengeluarkan sebbuah botol pipih persegi.

"Tolong terangi dengan senter…"katanya.

Si Bungsu mengambil senter itu, kemudian menerangi luka tersebut dengan cahaya senter yang makin redup karena kelamaan dipakai. Yoshua menuangkan isi botol yang tak lain adalah alkohol keluka tersebut . Hal itu diperlukan mencegah infeksi.

Si Bungsu tahu betapa pedihnya luka yang disiram alkohol. Namun Indian itu tetap diam bertahan. Mereka disadarkan dari kebisuan yang mencekam itu ketika dari samping mereka terdengar suara mengerang pelan.

Si Bungsu menyenter ke arah suara itu. Mereka melihat Norris mulai bergerak. Mula-mula dia menggerakkan kepala, lalu matanya menatap kearah senter, memicing karena silau. Lalu menyumpah-nyumpah.

"Laknat, kalian akan mendapat hukuman setimpal atas hal ini.."rutuknya.

Dia berusaha dan bersusah payah untuk duduk. Yoshua memegang bahunya dan menariknya hingga perwira polisi dallas itu terduduk.

"Kini dengarkan kapten, apa penyebab ditahannya Angela dipenjara itu.?"

"Kalian tak kan pernah bisa masuk kesana, penjara itu.."

"Tak perlu kau komentari. Kami baru saja dari sana. Kini kau jawab saja apa maksudmu menahannya. Bukankah kau tahu dia tidak ada sangkut pautnya dengan pembunuhan Kennedy? Bukankah kau sendiri yang menerima teleponnya tentang adanya seorang bersenjata yang mencurigakan di pustaka tua itu, yang menurut kalian adalah anggota FBI dan ternyata orang itu yang membunuh Kennedy?"

Norris tak segera menjawab. Barangkali sulit baginya untuk mencari cara untuk menjelaskan persoalan ini pada kedua orang yang memborgolnya itu. Satu hal tiba-tiba membuat si Bungsu agak terkejut, yaitu subuh.

Ya, subuh telah datang lewat cahaya teram temaram yang membias lewat kisi-kisi tinggi di gedung tua itu. Dia melihat keatas. Yoshua juga. Norris juga. Subuh telah datang,berarti kesempatan mereka untuk meloloskan diri dari kepungan polisi makin tipis.

"Hari telah siang.."tanpa sengaja si Bungsu berkata pelan.

Dan ucapannya memang tak perlu dikomentari yang lain. Yoshua mematikan lampu senternya yang telah redup. Kini cahaya diruangan itu remang-remang.

"Boleh saya merokok?"ujar Norris perlahan.

Yoshua merogoh kantong Norris. Di kantong kirinya hanya ada lambang kepolisiannya. Di kantong kanannya baru ditemukan sebungkus rokok. Rokok itu diambilnya sebatang, meletakkannya di bibir Norris, lalu memasukkan kembali sisa rokok yang hanya tinggal setengah bungkus itu kekantong perwira polisi itu.

Dari kantong celana sebelah kanan norris yoshua menemukan Lighter. Menghidupkannya dan menyulut rokok yang ada di mulut polisi dallas itu. Norris mmenghisapnya dalam-dalam dan memejamkan matanya.

"Terima kasih.."katanya sambil kembali menghisap rokoknya dengan nikmat kemudian menghembuskan asapnya lewat hidung dan mulut.

"Kalian akan tertangkap disini.."Norris berkata pelan.

"Mereka hanya bisa menangkap kami, setelah engkau kubunuh…"ujar Yoshua dengan datar.

"Jika itu kau lakukan, regu tembak akan membunuhmu…"

"Heee..hee.. Sejak kapan di Dallas ini tak berniat menggantung orang Indian?"

Norris tak menjawab sindiran Yoshua yang tajam itu.

"Kini jelaskan,kenapa gadis itu kalian sekap dipenjara itu.."ujar Yoshua lagi.

"Jalan itu satu-satunya untuk menyelamatkannya dari pembunuhan…"

"Tapi penangkapannya disiarkan televisi secara langung bahwa dia salah satu dari komplotan dari pembunuh itu.."

"Itu hanya taktik…"

"Tapi taktik itu akan menghancurkan hidupnya. Orang mengenalnya dikota ini. Dan orang selalu akan mengganggapnya sebagai pembunuh.."

"Bukankah tempat untuk hidup tidak hanya dikota ini? Masih banyak kota lain di dunia. Dengan uang yang cukup orang bisa hidup di Hawaii, florida, Eropa…"

Yoshua meludah.

"Kalian para penegak hidup haram jadah. Saya punya keyakinan, engkau ikut dalam mata rantai pembunuhan Kennedy, kapten…"

Norris tak bereaksi.

"Kalau aku tak salah, menurut Angela kau dulu bertugas di kota ini kapten. Kemudian dipindahkan ke New York. Dua pekan sebelum kunjungan Kennedy ini, kau dipindahkan pula kemari sebagai seorang perwira Intelijen. Dibawah pengawasanmu, Presiden terbunuh…."

Norris masih tak bereaksi apa-apa. Dia menghisap rokok. Memicingkan mata ketika menghembuskan asap rokok tersebut. Di Luar pagi telah datang. Dikejauhan terdengar sirene mobil polisi mondar-mandir. Namun nampaknya mereka belum menemukan mobil yang tadi ditinggalkan Yoshua dan si Bungsu diluar sana. Mereka juga tak tahu tak jauh dari tempat mereka mondar-mandir orang yang tengah mereka cari tengah berbincang-bincang justru dengan salah seorang perwira mereka. Yoshua menatap pada perwira polisi Kota Dallas itu dan berkata.

"Jika penangkapan gadis itu merupakan taktik yang datang darimu, kapten. Maka taktikmu itu akan menghancurkan hidupnya. Taktikmu itu jelas menyembunyikan komplotan yang barangkali kalian atur dengan rapi. Kau tak layak hidup atas perbuatanmu itu, kapten. Membiarkan seorang pembunuh bersembunyi ditempat yang akan dilalui Presiden, dan setelah Presiden terbunuh, kau justru menangkap orang lain. Seorang gadis yang justru pernah mencintaimu, dan yang telah melaporkan tentan pembunuh itu jauh sebelum presiden lewat di sasaran tembak bedilnya…."

Yoshua berhenti bicara menanti reaksi perwira itu. Dan Norris memang kali ini bereaksi.

Reaksi pertamanya ketika Yoshua berkata bahwa Angela pernah mencintainya. Norris sesaat menatap pada si Bungsu. Dan kemudian menoleh pada Yoshua dan mulutnya menyumpah panjang pendek.

Dan Yoshua, entah mengapa, tiba-tiba menghantam mulut perwira itu dengan keras. Tubuh Norris sampai terpental, saking kuatnya pukulan itu. Si Bungsu jadi kaget kenapa yoshua benar-benar berang pada Norris. Karena tangannya masih diborgol, Norris berusaha bangkit dengan susah payah. Namun Yoshua seperti kesetanan, kakinya melayang menghantam rusuk norris.

"Jahanam, Injun biadab. Kalian memang suku biadab..!"

Ucapannya terhenti lagi ketika tendangan Yoshua menghajar kepalanya! Si Bungsu kaget bukan main. Namun dia tak berniat mencampurinya. Tubuh Norris tertelentang dengan bibir dan hidung berdarah. Dia terjajar pingsan. Yoshua bergerak mendekatinya. Membuka pakaian perwira itu, melucutinya hingga tinggal kolornya saja. Dia memakai, pakaian sipil perwira itu.

Kelihatan agak pas, meskipun ada bagian yang kelihatan kekecilan. Sebab tubuh Yoshua memang berotot karena bekerja di perkebunan.

"Kita tinggalkan dia…"katanya sambil membuka borgol Norris.

Mereka kemudian melangkah meninggalkan ruangan itu. Namun Norris rupanya berpura-pura pingsan. Ketika dia mengetahui kedua orang itu meninggalkannya, dia segera beraksi.

Dia membuka mata, dan melihat pistol yang malam tadi diambil oleh Indian itu, kini terletak sejangkauan tangan darinya. Pistol itu dilemparkan oleh indian yang dia sebut "injun" itu. Injun adalah sebutan penghinaan buat suku Indian. mungkin sama kalau orang menyebut "niger" pada orang negro.

Dia bangkit dan meraih pistolnya cepat. Lalu menembak kearah injun yang kini telah berada sekitar sepuluh depa darinya.

Tapi, Yoshua memang memasang perangkap. Dia tahu norris tidak pingsan. Dia tahu kalau perwira itu pura-pura tak sadar. Makanya dia memancing dengan melemparkan pistol itu kedekat polisi itu ketika akan pergi. Yoshua bukannya tak tahu, ketika norris membuka mata, begitu mereka membelakangi dan ketika Norris membidik, si Bungsu terkejut nalurinya mengatakan bahaya mengancam. Dia membalik dan tangannya berayun. Dua bilah samurai kecil melesat dengan cepat. Dan saat itu pistol Norris bergema. Namun pelurunya menghantam kaca. Sementara tubuhnya sendiri melosoh jatuh.

Yang bergerak tidak hanya si Bungsu, Yoshua yang telah dari tadi memasang perangkap juga berbuat sama. Norris tertelentang mati.