Siang itu Elang Merah pulang dengan wajah lesu. Pagi, tadi tanpa setahu si Bungsu dia ditugaskan pamannya Yoshua untuk menyelidiki dimana Angela di tahan.
"Saya sudah mendatangi empat kantor polisi wilayah. Namun orang-orang yang diduga
terlibat dalam peristiwa pembunuhan Kennedy itu, amat dirahasiakan tahanannya. Tak ada yang bisa memberi petunjuk…"
"Tak ada yang bisa disogok? Bukankah banyak saja polisi di Dallas ini yang bisa buka mulut untuk seratus Dollar..?"
"Untuk hal lain mungkin mau,tapi peristiwa ini tampaknya terlalu hebat. Mereka benar-benar tidak tahu…"Yoshua menarik nafas panjang.
"Jika tak dapat dengan cara itu, pasti ada cara lain, pasti! Kita akan dapatkan cara itu…"kata Indian tua itu pelan.
Malam itu dia mengajak si Bungsu untuk pergi berdua.mereka tak mengatakan kemana tujuannya. Yoshua menyetir mobil. Sepanjang perjalanan menuju kota, mereka hampir tidak bicara sepatah katapun. Ketika memasuki kota Yoshua menghentikan mobil dekat sebuah telepon umum. Dia masuk ketempat telpon itu. Bicara dengan seseorang diujung sana. Si Bungsu hanya menatap dengan diam dimobil. Kemudian Yoshua masuk lagi kemobil dan menjalankannya dengan cepat kearah selatan. Mereka segera melewati gedung pustaka tua dimana pembunuh Kennedy itu sembunyi sebelum melakukan aksinya.
Melewati flat yang dulu ditempati si Bungsu dan Angela. Kemudian menikung diantara dua bangunan. Mobilnya dihentikan mendadak. Yoshua memberikan sebuah kantong kertas kepada si bungsu, yang nampaknya telah dia siapkan dari rumah kepada si Bungsu.
"Sarungkan itu dikepala mu nak, kita harus hati-hati…"
Dia sendiri lalu menyarungkan kantong itu di kepalanya. Sarung kertas itu menutup kepala sampai keleher.
"Cepatlah…"ujar Yoshua sambil menatap kedepan, pada sebuah mobil yang mendekat.
Si Bungsu menyarungkan kantong kertas itu kekepalanya. Mobil dari depan itu makin dekat, dan tiba-tiba, Indian itu menjalankan mobilnya. Membelintangkan nya di tengah jalan. Mobil yang lewat itu tak dapat menghindari tabrakan dan berhenti mendadak.
"Hei, sialan…" sumpah orang yang membawa mobil itu sambil keluar.
Yoshua masih duduk di belakang kemudi. kemudian dengan cepat sekali keluar dan mendekati orang itu. Tangannya bergerak, dan lelaki yang menyumpah itu tiba-tiba terkulai.
Si Bungsu masih duduk dimobil. Tak tahu apa yang diperbuat Yoshua yang telah meletakkan lelaki itu di jok belakang. Dia segera memundurkan mobil dan melepaskan nya dari mobil yang menabrak tadi. Kemudian dengan cepat keluar dari areal tersebut. Setelah beberapa kali menikung tajam, mobil itu berhenti di suatu tempat yang gelap. Yoshua keluar, dengan mudah dia menenteng lelaki yang dibelakang itu keluar.
"Cepat ikuti aku.."katanya pada si Bungsu yang masih duduk bengong dalam mobil tersebut.
Si Bungsu keluar. Mengikuti Yoshua melangkah kesuatu tempat.Indian itu kenal benar tempat yang mereka tuju ini. Itu terbukti meski dalam gelap, dimana si Bungsu harus meraba-raba, dia berjalan dengan cepat dan segera memasuki sebuah gedung tua.
Tubuh yang dia pangku itu, yang masih saja belum diketahui si Bungsu orangnya diletakan diatas sebuah meja tua penuh debu dalam ruangan tersebut.
"Tutupkan pintunya…"kata Yoshua begitu si Bungsu berada dalam ruangan.
Suara menggema terdengar ketika pintu itu ditutup agak keras. Yoshua mengeluarkan senter dari kantongnya. Memeriksa kantong baju orang yang dia pukul hingga pingsan itu. Mengeluarkan sebuah pistol dan sebuah medali perak simbol kepolisian Dallas. Kartu pengenalnya ditemukan dalam jas bahagian dalam Yoshua membaca keterangan orang itu.
"Norris, Kapten Norris…"katanya pelan.
Si Bungsu segera mengingat nama itu sebagai polisi yang beberapa kali menelpon Angela. Inikah rupanya bekas pacar gadis itu. Dari cahaya senter yang menerangi wajah sang kapten, bungsu melihat kapten itu berwajah gagah. Mirip orang Inggris. Barangkali moyangnya dari Scotlandia. Satu keturunan dengan moyang Kennedy.
Yoshua mengambil sehelai saputangan dan botol kecil dari kantongnya. Nampaknya dia telah menyiapkan segala sesuatu atas "operasi" malam itu. Botol itu berisi sejenis Amoniak. Dia tuangkan kesapu tangannya, kemudian meletakkannya diaatas hidung kapten itu. Norris segera sadar.Dia menyumpah dan berontak duduk, merogoh kantong dan segera sadar kalau dia sudah dilucuti.
"Anda bisa dihukum lima belas tahun atas perbuatan ini, Bung…"perwira itu berkata dan menyumpah.
Dia tak dapat melihat wajah orang yang menyekapnya dan menahannya dalam kegelapan ini. Sebab selain gelap, wajahnya disororti terus dengan senter. Matanya jadi silau.
"Oke, kapten. Kini kau hanya punya kesempatan untuk menjawab. Dan menjawab dengan benar. Kita mulai, dimana Angela dipenjarakan?"
"Jahanam, kau..Hukk..!"
Sumpah kapten itu terhenti. Dihentikan oleh pukulan yang hebat diulu hatinya. si Bungsu yang dari tadi hanya diam, merinding juga melihat kerja Indian ini memaksa si perwira.
"Di mana dia ditahan?"
Sepi.
Dan sebuah pukulan lagi menerpa! Kali ini pukulan itu menghantam mulut si Kapten. Darah meleleh.
"Bicaralah, kapten. Selagi kau bisa…"
"Dia ditahan di Indiana Bronx…"
"Kau pasti?"
"Jahann…Aduh…!"
Pukulan indian itu mendarat lagi diwajah si Kapten.
"Jangan menyumpah, jangan memaki, kapten. Saya bertanya dan kau menjawab. Bukankah praktek begini juga dilakukan dikantor kalian bila ada tahanan yang kalian periksa? Baik, Anda katakan dia ditahan di Indiana Bronx. Tempat itu dengan mudah dicapai. Kami akan mencek kesana. Tapi bila ternyata kau bohong, kau akan rasakan akibatnya. Oke, cek omongan orang ini…"
Sambil berkata begitu, Yoshua memberi isyarat pada si Bungsu. Dan si Bungsu melangkah kearah pintu.
"Saya tak tahu apakah dia pindahkan atau tidak. Kemaren dia ditahan disana…"
"Kami tak mau tahu kapten. Jika dia tak disana berarti kau membohongi kami dan kau akan menyesali tindakanmu itu…"
"Jahanam! Dia ditahan di distrik selatan. Kalian akan menyesal dengan perlakuan ini..!"Akhirnya Norris memberitahukan tempat tahanan itu sambil menyumpah-nyumpah.
"Nah, begitu lebih baik. Tapi kau belum boleh meninggalkan tempat ini kawan.."
Yoshua melanjutkan "mengerjain" Kapten polisi Dallas itu.Dia memborgol tangannya dengan gari yang dibawa si kapten. Kemudian mengambil lagi sebuah botol dari kantongnya. Menumpahkan isi botol kesaputangan, kemudian mendekapkannya kehidung si kapten.
"Ini ramuan tradisional yang bisa membuat anda tidur dengan nyenyak kawan.."katanya.
Hanya dua detik setelah itu, si kapten terkulai, tidur!
"Dia akan tidur, paling tidak empat puluh delapan jam karena obat bius keras yang baru dia sedot barusan…"ujar Yoshua sambil menyenter wajah si Bungsu.
"Kini mari kita pergi. Sampai detik ini dia tak mengetahui siapa kita. Dia pasti tak bohong tentang tempat tahanan Angela…"
Sehabis berkata begitu mereka segera bergegas meninggalkan tempat tersebut.
Si Bungsu hanya mengikuti dari belakang. Dia tak menyangka bekas buruh perkebunan turunan Indian ini begitu mahir dengan tiap pekerjaan yang dia lakukan. Kelihatan demikian profesional.
Mereka sudah berada kembali di mobil dan meluncur kejalan raya lewat jalur yang berlainan dari arah mereka datang tadi. Yoshua menyetir menyetir mobil itu dengan diam.
Ada beberapa tempat yang di kenali si Bungsu. Diantaranya toko tekstil dimana dulu dia menghajar orang-orang ku klux klan yang membunuh Tongky. Kemudian pos polisi dimana dia bertemu dengan Angela buat pertama kalinya. Setengah jam setelah mereka meninggalkan Norris, mobil dihentikanYoshua.
Di depan ada sebuah gedung yang kelihatan kukuh dan angker.
"Itu markas polisi yang disebut sebagai distrik selatan itu. Sebuah markas polisi yang amat rahasia. Kita harus berusaha masuk kedalamnya…"
Si Bungsu menoleh pada Yoshua. Dia memang ingin sekali bertemu dengan Angela, namun ini pekerjaan yang alangkah berbahaya. Mereka tengah melawan suatu sistem yang amat kukuh. Kepolisian Dallas!
"Kenapa ragu?" Yoshua bertanya sambil tetap menatap kedepan.
"Sedangkan ku klux klan yang demikian di takuti, kita hantam. Kepolisian Dallas hanya sepersepuluh dari organisasi tersebut…."tambah Yoshua. Ucapan itu membuat semangat Bungsu berkobar.
"Mari kita masuk…"kata si Bungsu sambil kembali memakai topeng kertas itu.
Yoshua berbuat hal yang sama. Kemudian mereka meninggalkan mobil di tempat yang gelap.
Tapi bukanlah hal yang mudah bagi kedua orang itu untuk masuk kepenjara tersebut. Penjara itu dijaga dengan ketat sekali. Mereka sampai dibahagian belakang. Di sana terang benderang. Tiap sudut penjara itu disorot dengan lampu besar. Apapun yang bergerak di sekitarnya dapat dilihat dengan jelas oleh penjaga diatas dinding penjara tersebut.
Di rumah jaga di atas dinding penjara itu, pejaga bersiaga dengan senapan siap dimuntahkan.
"Mustahil untuk masuk…" kata si Bungsu.
Yoshua yang jongkok disisinya, menatap dengan diam. Nampaknya dia sedang mempelajari sesuatu.
"Kita harus mematikan aliran listrik…." terdengar suara Yoshua.
"Bagaimana mematikannya?"
"Itulah yang harus kita cari tau. Ayo…"
Yoshua mengendap-ngendap kebahagian lain. Mereka memutar lagi kejalan raya. Kembali ketempat mereka meninggalkan mobil. Kemudian berjalan kearah yang berlawanan dari arah semula. Yoashua memperhatikan bangunan-bangunan disekitar penjara.
"Mencari apa?"tanya si Bungsu.
"Gardu listrik…"
Mereka mengendap-ngendap terus, sampai akhirnya diutara penjara itu kelihatan sebuah bangunan beton empat segi berpintu besi dan luarnya dipagar kawat berduri.
"Nah, itu gardu listrik untuk penjara tersebut…"kata Yoshua.
Mereka mempelajari situasi gardu itu, disana ada seorang petugas, bukan polisi. Nampaknya petugas listrik biasa.
"Dengarkan, Kita harus menyelesaikan petugas itu. Kunci pasti ada dalam kantong celananya. Kurasa kau bisa menyudahi orang itu, jangan dibunuh. Setelah dia dilumpuhkan, kita akan masuk dan merusak peralatan di dalamnya. Memutuskan aliran listrik kepenjara tersebut, kita harus masuk dari dinding utara tadi. Disana ada anjing pemburu. Barangkali ada dua atau tiga ekor. Tugasmu lagi yang menyudahi anjing itu. Dalam kegelapan, barangkali petugas menara takkan melihat kita. Kita tak tahu di ruangan mana Angela ditahan. Tapi rasanya kita akan mudah mencari.
Kita hanya punya waktu sekitar sepuluh menit untuk menemukan dan membawa Angela keluar. Setelah lewat waktu itu, saya rasa lampu akan dihidupkan melalui mesin cadangan di penjara itu. Kita harus keluar sebelum lampu dihidupkan. Paham?"
Si Bungsu masih belum menjawab.